"Kritikan almarhum KH. Ali Mustafa Ya'qub terhadap pangkal besar Wahaby yang bernama Syekh Al Albani"
.
Dalam salah satu bukunya yang berjudul “Hadits-Hadits Palsu Seputar Ramadhan”, KH. Ali Mustafa Yaqub melontarkan kritikan-kritikannya kepada Syaikh al-Albani, seorang ulama kebanggan Salafi-Wahabi. Diantara kritikannya adalah:
1) Pada halaman 133, beliau menulis: “Maka, tidak heran apabila ahli hadits dari Maroko Syaikh Abdullah al-Ghumari menyatakan bahwa al-Albani tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam menetapkan nilai hadits, baik shahih ataupun dha’if.”
2) Masih pada halaman 133, beliau menulis: “Tidak mengherankan pula apabila Syaikh Muhammad Yasin al-Faddani, ulama Saudi Arabia keturunan Sumatera Barat Indonesia mengatakan: “Al-Albani adalah sesat dan menyesatkan.”
3) Pada halaman 135 beliau menulis: “Ungkapan ini kongkritnya adalah al-Albani seorang yang bodoh.”
KH. Ali Mustafa Yaqub selain merujuk pendapatnya pada ulama pakar hadits kaliber dunia seperti as-Sayyid Abdullah al-Ghumari dan Syaikh Yasin al-Faddani, dalam bukunya tersebut beliau juga merujuk pada al-Habib Hasan Assegaf, Syaikh Abdullah al-Harari al-Habasyi dan pakar hadits lainnya yang tidak diragukan lagi keilmuannya.
Prof. KH. Ali Mustafa Ya’qub, M.A., masih Dalam bukunya yang berjudul Hadis-Hadis Palsu Seputar Ramadhan, dia menulis sub-sub judul: “Arogansi al-Albani”, “(al-Albani) Mendaifkan Hadis-hadis (Sahih) Imam al-Bukhari dan Muslim”, “(al-Albani) Mbulet dan Ngambang”, “(al-Albani) Menentang ijma’ Ulama”.
Dia juga mengatakan, “Kami sungguh tidak mengerti sikap al-Albani ini, apakah memang dia itu tidak mengerti ilmu hadis, seperti yang dituduh oleh ramai ulama kepadanya atau dia itu membuat kaedah-kaedah sendiri untuk mendaifkan atau mensahihkan hadis di luar kaedah-kaedah yang telah baku dan disepakati para ulama dalam disiplin ilmu hadis. Sekali lagi, kami tidak mengerti. Yang jelas al-Albani memang mendaifkan hadis-hadis yang telah disepakati kesahihannya oleh para ulama, seperti hadis-hadis riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dan mensahihkan hadis-hadis yang oleh para ulama dinilai sebagai hadis-hadis yang daif.”
Pada halaman 125 dari bukunya itu Mustafa Yaqub mengatakan, “Al-Albani akhirnya benar-benar memetik apa yang dia harapkan. Dia dihentam beramai-ramai oleh para ulama, dari Syria, Lebanon, Saudi Arabia, Morroco, India danlain-lain. Maka, menurut catatan kami, sekurang-kurangnya ada 17 buku yang membantah al-Albani tentang fatwa dan pendapat-pendapatnya.”
Wahai saudaraku para pembaca yang budiman, kalau kita halusi, penolakan-penolakan para ulama dari berbagai-bagai mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) yang mengkritik kesalahan dan kesesatan ulama Wahabi khususnya Syaikh Albani ini, maka kita akan bertanya diri sendiri: apakah boleh beliau ini dikatakan sebagai Imamu al-Muhaddisin (Imamnya Para Ahli Hadis) pada zaman sekarang ini, sebagaimana yang digelar oleh sebahagian golongan salafi Wahabi? Memang ada ulama-ulamayangmemuji Syaikh al-Albani, tetapi semua ulama yang memujinya tidak lain adalah ulama yang semazhab atau sejalan dengan golongan salafi Wahabi.