Kitab Risalah al-Mudzakarah
Ma'al Ikhwan al-Muhibbin Min Ahlil Khair Wad Din
Lil Imam al-Habib Abdullah al-Haddad
فَصْل:
في ذِكْرِ شَيءٍ ممّا يترَتّب على المعَصيَة مِنَ الخِزي وَالدَّمار وَالهَوَان وَالبَوار في الدّنيَا وَالآخِرَةِ
Fasal Tentang; Akibat Perbuatan Ma’shiyat Yang Berupa Kehinaan Yang Besar, Malapetaka, Rasa Malu Dan Kebinasaan Di Dunia Dan Di Akhirat
قال الله تعالى: {إِنَّهُ مَن يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِماً فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيى}[طه: ٧٤].
Allah Ta’ala berfirman;
“Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup”.(Qs. Thaaha: 74).
وقال تعالى: {أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَن يَسْبِقُونَا سَاء مَا يَحْكُمُونَ}[العنكبوت: ٤]،
ومعنى يسبقونا: يعجزونا ويفوتونا.
Allah Ta’ala berfirman;
“Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (‘adzab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu”.(Qs. Al-Ankabut: 4).
Adapun ma’na kata “ يَسْبِقُونَا “ adalah; Tidak mampu dan luput.
وقال تعالى: { وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً }[الأحزاب: ٣٦].
Allah Ta’ala berfirman;
“Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”.(Qs. Al-Ahzab: 36).
وقال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: (( لا يزني الزاني حين يزني وهو مؤمن، ولا يسرق السارق حين يسرق وهو مؤمن، ولا يشرب الخمر حين يشربها وهو مؤمن)).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa alihi wasallam bersabda;
“Tidaklah berzina orang yang berzina ketika berzina ia dalam keadaan beriman, tidaklah mencuri orang yang mencuri ketika mencuri ia dalam keadaan beriman, dan tidaklah meminum khamer orang yang minum khamer ketika meminumnya ia dalam keadaan beriman”.
وقال عليه الصلاة والسلام: ((إذا أذنب العبد ذنباُ كانت نكتة سوداء في قلبه، وإن عاد زاد ذالك حتى يَسْوَدَّ قلبه. فذلك قوله تعالى: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ))[المطففين: ١٤].
Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda;
“Jika seorang hamba berbuat suatu dosa maka timbullah noda hitam di hatinya, dan apabila ia mengulang-ulangnya, maka noda itu semakin bertambah banyak hingga hatinya menjadi hitam”. Itulah ma’na firman Allah Ta’ala; “Sekali-kali tidak (demikian), sebenar-nya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka”.(Qs. Al-Muthaffifin: 14).
وقال عليه الصلاة والسلام: ((قسوة القلب من كثرة الذنوب)).
Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda;
“Kerasnya hati itu disebabkan oleh terlalu banyaknya dosa”.
وقال - صلى الله عليه وسلم -: ((إن العبد ليحرم الرزق لذنب يصيبه))... الحديث.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa alihi wasallam bersabda;
“Sesungguhnya seorang hamba terhalang dari memperoleh rezeki karena dosa yang di lakukannya…”. Al Hadits.
وأوحى الله إلى موسى - عليه السلام -: "يا موسى أوّل من مات من خلقي إبليس - لعنه الله - لأنه أوّل من عصاني، ومن عصاني كتبته ميتاً".
Allah Ta’ala telah mewahyukan kepada Nabi Musa ‘alaissalam;
“Wahai Musa, yang pertama kali mati dari makhluk-Ku adalah iblis -semoga Allah Ta’ala mela’natnya-, karena dialah yang pertama-tama mendurhakai-Ku, barangsiapa yang durhaka kepada-Ku, maka Aku menganggapnya ssebagai orang mati”.
وقال سعيد بن المسيب - رحمه الله-: "ما أكرمت العباد أنفُسَها بمثل طاعة الله، ولا أهانتها بمثل معصية الله، ويكفي المؤمن من نصر الله له أن يرى عدوّه يعمل بالمعاصي".
Sa’id bin Musayyab rahimahullah berkata; “Tidaklah para hamba memuliakan dirinya kecuali dengan berbakti kepada Allah Ta’ala, dan tidaklah para hamba menghinakan dirinya kecuali dengan berma’shiyat kepada Allah Ta’ala, dan cukuplah bagi orang mu’min mendapat pertolongan dari Allah Ta’ala bila ia melihat musuhnya berbuat ma’shiyat kepada Allah Ta’ala”.
وقال محمد بن واسع: "الذنب على الذنب يميت القلب".
Muhammad bin Wasi’ berkata; “Dosa diatas dosa dapat mematikan hati”.
وقال بعض السلف: "إن كنت تعصي الله وأنت ترى أنه يراك فأنت مستهزىء بنظر الله، وإن كنت تعصيه وترى أنه لا يراك فأنت كافر".
Sebagian ‘ulama’ salaf berkata; “Jika kamu berma’shiyat kepada Allah Ta’ala sedangkan kamu menganggap bahwa Dia melihatmu, maka berarti kamu meremehkan pandangan Allah Ta’ala. Dan apabila kamu berma’shiyat kepada-Nya, sedangkan kamu menganggap bahwa Dia tidak melihatmu, maka kamu adalah orang kafir”.
وقيل لوهيب بن الورد: "هل يجد لذة العبادة من يعصي الله؟ قال:لا، ولا من يهمّ بالمعصية".
Wuhaib bin Ward rahimahullah ditanya; “Apakah orang yang berma’shiyat kepada Allah Ta’ala dapat merasakan ni’matnya beribadah?” Beliau berkata; “Tidak, dan begitu pula bagi orang yang berkeinginan untuk melakukan ma’shiyat”.
وكان السلف الصالح يقولون: "المعاصي بريد الكفر، أي رسوله".
Para Salafush Shalihin berkata:” Kema’shiyatan merupakan suatu pengantar menuju kekafiran”.
وعلى الجملة فعلامة السقوط من عين الله والكون في مقت الله العمل بمعصية الله. فالمصرّ عليها مقيت الرحمن ووليّ الشيطان وبغيض أهل الإيمان.
Kesimpulannya; Tanda-tanda jatuhnya martabat seseorang dimata Allah Ta’ala dan yang menjadikan ia berada dalam kemurkaan-Nya adalah ber’amal dengan berma’shiyat kepada Allah Ta’ala. Dan orang yang terus menetapi kema’shiyatannya adalah orang yang paling di murkai Ar Rahman, pengikut syaithan dan yang paling di benci oleh golongan orang-orang yang beriman.
فإياك يا أخي و التعرُّضَ لسخط الله وعقابه بارتكاب معصيته.
Maka, waspadakah wahai saudaraku terhadap murka dan siksa Allah Ta’ala, jangan sekali-kali berbuat ma’shiyat kepada-Nya.
ومهما دعتك نفسك إلى ارتكابها فذكرها بإطلاع الله عليك ونظره إليك، وخوِّفها بما توَعّد الله مَن عصاه من أليم العذاب وعظيم العقاب.
Setiap kali nafsumu mengajakmu untuk berbuat ma’shiyatsiat, maka peringatkanlah ia bahwasanya Allah Ta’ala selalu melihat dan mengawasi dirimu. Takut-takutilah ia dengan ancaman Allah Ta’ala yang berupa siksa yang sangat pedih dan hukuman yang sangat berat bagi orang yang berma’shiyat kepada-Nya.
ولو لم يكن في ارتكابها إلا فوات منازل الصادقين وحرمان ثواب المحسنين لكان كافياً .
Andaikata di dalam melakukan kema’shiyatan tidak ada hukuman selain akan kehilangan derajat sebagai orang-orang yang benar (shadikin) dan terhalang dari mendapatkan pahala orang-orang yang berbuat baik (muhsinin), niscaya itu saja cukup baginya sebagai hukuman.
كيف ؟ وفي ارتكابها العار والنار ، وسخط الجبار وغضبه الذي لا تقوم له السماوات و الأرض، نسأل الله العافية بمنّه.
Bagaimana mungkin? Sedangkan di dalam berbuat ma’shiyat terdapat kehinaan, siksa api neraka, kamarahan Allah Yang Maha Perkasa dan kemurkaan-Nya yang tidak mampu di ambil alih oleh langit dan bumi.
Kami memohon kepada Allah keselamatan berkat karunia-Nya.