Kitab
Risalah Adabu Sulukil Murid
Risalah Adabu Sulukil Murid
"فـصـلٌ"
ويَنبغي لِلمُريد أَن يكونَ أَبعدَ النَّاسِ عنِ المَعاصي والمَحظوراتِ، وأَحفَظهُم لِلفَرائِضِ والمَأموراتِ، وأحرَصَهُم على القُرُباتِ، وأسرَعَهُم إلى الخَيراتِ، فإنّ المُريدَ لَم يَتَميَّزَ عن غَيرِهِ مِن النّاسِ إلا بالإقبالِ على الله وعلى طاعَتهِ، والتَّفرُّغِ عن كُلِّ ما يُشغِلُهُ عن عِبادَتِهِ.
ويَنبغي لِلمُريد أَن يكونَ أَبعدَ النَّاسِ عنِ المَعاصي والمَحظوراتِ، وأَحفَظهُم لِلفَرائِضِ والمَأموراتِ، وأحرَصَهُم على القُرُباتِ، وأسرَعَهُم إلى الخَيراتِ، فإنّ المُريدَ لَم يَتَميَّزَ عن غَيرِهِ مِن النّاسِ إلا بالإقبالِ على الله وعلى طاعَتهِ، والتَّفرُّغِ عن كُلِّ ما يُشغِلُهُ عن عِبادَتِهِ.
“Fasal”
Seyogyanya bagi seorang murid (penempuh jalan menuju Allah) menjadi seseorang yang paling menjauh dari kema’shiyatan dan perkara yang di larang, dan paling memelihara perkara di fardlukan dan yang di perintahkan, paling gemar melakukan perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, dan paling cepat dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Sesungguhnya seorang murid tidak berbeda dengan orang lain kecuali dengan mendakat kepada Allah dan ta’at kepada-Nya, dan mentiadakan segala hal yang dapat menyibukkannya dari ber’ibadah kepada Allah.
Seyogyanya bagi seorang murid (penempuh jalan menuju Allah) menjadi seseorang yang paling menjauh dari kema’shiyatan dan perkara yang di larang, dan paling memelihara perkara di fardlukan dan yang di perintahkan, paling gemar melakukan perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, dan paling cepat dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Sesungguhnya seorang murid tidak berbeda dengan orang lain kecuali dengan mendakat kepada Allah dan ta’at kepada-Nya, dan mentiadakan segala hal yang dapat menyibukkannya dari ber’ibadah kepada Allah.
ولِيكُن شَحيحاً على أنفاسِهِ، بَخيلاً بِأوقاتِهِ، لاَ يَصرِفُ مِنها قليلاً ولا كَثيراً، إلا فِيما يُقَرِّبهُ مِن ربّهِ، ويَعودَ عَليهِ بِالنَّفعِ في معَادِهِ.
Hendaknya ia menjadi orang yang pelit terhadap nafasnya, kikir terhadap waktunya, tidak mentasarrufkannya sedikit atau banyak kecuali pada perkara yang dapat mendekatkannya kepada Tuhannya, dan pada perkara yang manfa’atnya akan kembali kepadanya kelak di akhirat.
ويَنبغي أن يكونَ لهُ وِرْدٌ مِن كُلِّ نوعٍ مِن العِباداتِ يُواظِبُ عليها، ولا يسمَح بِتَركِ شيءٍ مِنها في عُسرٍ ولاَ يُسرٍ، فَلْـيُكثِر مِن تِلاوةِ القُرآنِ العظيمِ مَع التَدبُّرِ لِمعانيهِ، والتَّرتيلِ لألفاظِه، وليكُن مُمتلِئاً بِعَظمةِ المُتكَلِّم عِند تِلاوةِ كَلامِه، ولاَ يَقرأُ كَما يَقرأُ الغافِلون الذينَ يَقرؤونَ القرآنَ بِألسِنةٍ فصيحةٍ وأصواتٍ عالِيَةٍ وقلوبٍ مِنَ الخُشوعِ والتَعظيمِ لله خاليةٍ، يَقرَؤونهُ كما أُنزِلَ مِن فاتِحتِه إلى خاتِمَتِه ولاَ يدرونَ مَعناهُ، ولاَ يعلَمونَ لأيِّ شيءٍ أُنزِلَ، ولَو عَلِموا لَعمَلوا، فإنّ العِلمَ ما نَفعَ، ومَن عَلِمَ وما عَمِلَ فَلَيسَ بينهُ وبَينَ الجاهِلِ فَرقٌ إلا مِن حيثُ إنّ حُجَّةَ الله عليهِ آكَدُ، فَعَلى هذا يَكونُ الجاهِلُ أَحسنُ حالاً منه، ولِذلِك قيلَ: كُلُّ عِلمٍ لاَ يَعودُ عَليكَ نَفعُهُ فَالجَهلُ أَعوَدُ عَليكَ مِنهُ.
Dan seyogyanya bagi seorang murid memiliki wirid dari berbagai macam ‘ibadah yang senantiasa ia kerjakan secara rutin, dan ia tidak mudah meninggalkan sesuatupun darinya baik dalam keadaan sempit ataupun lapang. Hendaknya ia memperbanyak membaca al-Qur’an al ‘Adzim serta tadabbur (merenungi) ma’nanya dan membaca tartil setiap lafadz-lafadznya. Dan hendaknya ia penuh dengan mengagungkan Dzat yang berfirman ketika membaca firman-firman-Nya, jangan membaca seperti membacanya orang yang lalai, yaitu orang-orang yang membaca al-Qur’an dengan lisan fasih dan suara keras, tetapi hatinya tidak khusyu’ dan tidak ta’dzim kepada Allah, mereka membaca Al-Qur’an sebagaimana yang diturunkan, mulai pembuka sampai akhir, akan tetapi mereka tidak mengerti ma’nanya, mereka tidak tahu sebab apa ayat itu diturunkan, seandainya mereka mengetahui niscaya mereka akan meng’amalkannya, karena mengetahui sesuatu pasti memberikan manfa’at. Namun barangsiapa yang mengerti akan tetapi ia tidak mau meng’amalkan, maka ia tidak ada bedanya dengan orang bodoh kecuali dari segi hujjah Allah yang ada padanya lebih kuat. Dari sudut pandang inilah orang bodoh itu lebih baik keadaannya daripada orang yang mengerti tapi tidak meng’amalkan. Oleh karena itu dikatakan; “Setiap ‘ilmu yang manfa’atnya tidak kembali kepadamu, maka bodoh adalah lebih bermanfa’at bagimu”.
ولِيكُن لكَ- أيّها المُريدُ- حَظٌّ مِن التَّهجُّدِ فإنّ اللَّيلَ وَقتُ خَلوةِ العَبدِ معَ مَولاهُ فأكثِر فيهِ مِن التَّضرُّعِ والاِستِغفارِ، وناجِ ربَّكَ بِلِسانِ الذِّلّةِ والاِضطِرارِ، عَن قلبٍ مُتحقّقٍ بِنِهايةِ العَجزِ وغايَةِ الاِنكِسارِ، واحذَر أن تَدعَ قِيامَ الليلِ فلا يأتي علَيك وقتُ السَّحرِ إلا وأنتَ مُستيقِظٌ ذاكِرٌ لله سُبحانَهُ وتعالى.
Wahai murid, hendaknya engkau memiliki waktu untuk melaksanakan shalat tahajjud, karena malam merupakan waktu seorang hamba ber-kholwat (menyepi) dengan Tuhannya, maka perbanyaklah berdo’a di sana dengan segenap kerendahan hati dan memohon ampun, bermunajatlah kepada Tuhanmu dengan lisan yang hina dan seolah dalam keadaan darurat yang keluar dari hati yang menyatakan puncak kelemahan dan kepatahan. Takutlah kamu meninggalkan qiyamul lail (menegakkan ‘ibadah malam), dan jangan sampai waktu sahur datang kepadamu, kecuali kamu dalam keadaan terjaga berdzikir kepada Allah subahanahu wa Ta’ala.