Kitab
Risalah Adabu Sulukil Murid
Risalah Adabu Sulukil Murid
"فـصـلٌ"
وَلتَكُن لَكَ -أيُّها المُريدُ- عِنايَةٌ تَامَّةٌ بِصُحبةِ الأَخيارِ وَمُجالَسَةِ الصَّالِحينَ الأَبرارِ. وَكُن شَديدَ الحِرصِ علَى طَلبِ شَيخٍ صَالِحٍ مُرشِدٍ نَاصِحٍ، عَارِفٍ بِالشَّريعَةِ، سَالِكٍ لِلطَرِيقَةِ، ذَائِقٍ لِلحَقِيقَةِ، كَامِلِ العَقلِ وَاسِعِ الصَّدرِ، حَسَنِ السِّيَاسَةِ عاَرِفٍ بِطبَقاتِ النَّاسِ مُمَيِّزٍ بَينَ غَرائِزِهِم وَفِطَرِهِم وَأَحوَالِهِم.
وَلتَكُن لَكَ -أيُّها المُريدُ- عِنايَةٌ تَامَّةٌ بِصُحبةِ الأَخيارِ وَمُجالَسَةِ الصَّالِحينَ الأَبرارِ. وَكُن شَديدَ الحِرصِ علَى طَلبِ شَيخٍ صَالِحٍ مُرشِدٍ نَاصِحٍ، عَارِفٍ بِالشَّريعَةِ، سَالِكٍ لِلطَرِيقَةِ، ذَائِقٍ لِلحَقِيقَةِ، كَامِلِ العَقلِ وَاسِعِ الصَّدرِ، حَسَنِ السِّيَاسَةِ عاَرِفٍ بِطبَقاتِ النَّاسِ مُمَيِّزٍ بَينَ غَرائِزِهِم وَفِطَرِهِم وَأَحوَالِهِم.
“Fasal 17”
Wahai murid, hendaklah engkau mejadikan berkawan dengan orang-orang pilihan dan berkumpul dengan orang-orang shalih yang berbakti sebagai penolong yang sempurna bagimu, dan hendaklah engkau menjadi orang yang sangat berhasrat mencari tuan guru yang shalih, mursyid yang banyak memberikan nasehat, faham syari’at, penempuh jalan akhirat, yang merasakan manisnya hakikat, sempurna ‘akalnya, lapang dadanya, baik kebijakannya, mengenal tingkatan-tingkatan manusia dan mampu membedakan antara watak, fitrah dan keadaan manusia.
فَإِن ظَفِرتَ بِهِ فَألقِ نَفسَكَ عَليهِ وَحَكِّمهُ في جمَيعِ أُمورِكَ وَارجِع إِلى رَأيِهِ وَمَشُورَتِهِ في كُلِّ شَأنِكَ وَاقتَدِ بِهِ في جَميعِ أَفعَالِهِ وَأَقوَالِهِ إِلاَّ فِيمَا يَكونُ خَاصّاً مِنها بِمَرتَبةِ المَشيَخَةِ، كَمُخالَطَةِ النَّاسِ وَمُداَرَاتِهم وَدَعوَةِ القَريبِ والبَعيدِ إَلى الله وَمَا أَشبَهَ ذَلكَ فَتُسَلِّمُهُ لَهُ، وَلا تَعتَرِض عَليهِ في شَيءٍ مِن أَحوَالِهِ لا ظَاهِراً ولا بَاطِناً وَإِن وَقَعَ في قَلبِكَ شيءٌ مِنَ الخَواطِرِ في جِهَتِهِ فاجتَهِد في نَفْيِهِ عَنكَ فَإِن لَم يَنتَفِ فَحَدِّث بِه الشَّيخَ لِيُـعَرِّفَكَ وَجهَ الخَلاصِ مِنهُ، وَكَذلِكَ تُخبِرَهُ بِكُلِّ ما يَقَعُ لَكَ خُصوصاً فِيما يَتعَلَّقُ بِالطَّريقِ.
Jika engkau telah menemukan seorang guru dengan ketentuan yang telah di sebutkan, maka pasrahkan dirimu padanya, dan mintalah fatwa kepadanya dalam setiap urusanmu, dan merujuklah pada pendapatnya dan bermusyawarah dengannya dalam setiap langkahmu, ikutilah semua perilaku serta ucapannya kecuali suatu perkara yang khusus bagi derajat seorang guru, seperti masalah bergaul dengan orang-orang dan berkecimpung dengan mereka, mengajak orang yang dekat dan yang jauh kepada Allah dan yang serupa dengannya, maka pasrahkanlah dirimu kepadanya (mursid), janganlah engkau menentang keadaannya sedikitpun baik secara dzahir maupun batin. Jika dalam hatimu terjadi sesuatu bisikan buruk tentangnya, maka bersungguh-sungguhlah engkau dalam menghilangkan hal tersebut darimu, jika engkau tidak mampu menghilangkannya, maka ceritakan hal itu pada guru mu, supaya ia memberitahukanmu cara untuk membersihkannya. Demikian pula, ceritakan pada gurumu setiap sesuatu yang terjadi padamu, terutama dalam hal yang berkaitan dengan jalan menuju Allah.
وَاحذَر أَن تُطيعَهُ في العَلانِيَةِ وَحَيثُ تَعلَمُ أَنَّهُ يَطَّلِعُ عَليكَ وَتَعصِيهِ في السِّرِّ وَحَيثُ لا يَعلَمُ فَتَقعُ في الهَلاكِ.
Dan hindarilah engkau ta’at pada gurumu secara terang-terangan, sedangkan secara sembunyi-sembunyi engku durhaka kepadanya, baik gurumu mengetahuinya atau tidak, karena hal itu akan menyebabkanmu terperosok dalam jurang kehancuran
وَلا تَجتَمِعَ بِأَحدٍ مِنَ المَشايِخِ المُتَظاهِرينَ بِالتَّسلِيكِ إِلاَّ عَن إِذنِهِ، فَإِن أَذِنَ لَكَ فاحفَظ قَلبَكَ وَاجتَمِع بمَن أَرَدتَ وَإِن لمَ يَأذَن لَكَ فَاعلَم أَنَّهُ قَد آثَرَ مَصَلَحَتَكَ فَلا تَتَّهِمَهُ وَتَظُنَّ بِهِ الحَسدَ وَالغَيرَةَ، مَعَاذَ الله أَن يَصدُرَ عَن أَهلِ الله وَخاصَّتِهِ مِثلُ ذَلِكَ.
Jangan engkau berkumpul dengan salah seorang dari para masyayikh yang menampakkan perjalanan spiritualnya kecuali mendapat idzin darinya, jika ia memberi idzin untukmu maka jagalah hatimu, dan berkumpullah dengan orang yang engkau kehendaki. Tetapi jika ia tidak memberi idzin untukmu, maka sadarlah bahwa ia lebih mementingkan kemaslahatanmu, janganlah engkau curiga dan menduganya dengan kedengkian dan kecemburuan, dan berlindunglah kepada Allah supaya tidak keluar dari ahli Allah dan ke utamaan semacam itu.
وَاحذَر مِن مُطالَبَةِ الشَّيخِ بِالكَرَامَاتِ وَالمُكَاشَفَةِ بِخَوَاطِرِكَ فَإِنَّ الغَيبَ لا يَعلَمُهُ إِلاَّ الله، وَغَايَةُ الوَلِيِّ أَن يُطلِعَهُ اللهُ علَى بَعضِ الغيُوبِ في بَعضِ الأَحيان، وَرُبَّما دَخَلَ المُريدُ علَى شَيخِهِ يَطلُبُ مِنهُ أَن يُكاشِفَهُ بِخاطِرِهِ فَلا يُكاشِفَهُ وَهُوَ مُطَّلِعٌ عَليهِ وَمُكاشَفٌ بِهِ صِيَانَةً لِلسِرِّ وَسَتراً لِلحالِ فَإِنَّهُم رَضِيَ الله عَنهُم أَحرَصُ النَّاسِ علَى كِتمانِ الأَسرارِ وَأَبعَدُهُم عَنِ التَّظاهُرِ بِالكرَاماتِ والخَوارِقِ وَإِن مُكِّنُوا مِنها وَصُرِّفُوا فِيها.
Takutlah engkau mencari karamah dan mukasyafah (tersingkapnya hijab) dengan bisikan hatimu dari seorang guru, karena perkara ghaib itu tidak ada yang metahuinya kecuali Allah, dan puncak kewalian seorang wali, Allah hanya menampakkan kepadanya sebagian perkara ghaib pada sebagian masa. Terkadang seorang murid (penempuh jalan menuju Allah) meminta gurunya (mursyid) untuk mukasyafah dengan bisikan hatinya (menunjukkan bisikan hatinya), akan tetapi seorang mursyid tidak akan menunjukkannya walaupun ia dapat melihat dan mukasyafah dengannya karena menjaga rahasia dan menutupi keadaan. Karena mereka radliyallahu ‘anhum adalah orang-orang yang paling loba menutupi semua rahasia dan paling menjauh dari menampakkan karamah dan hal yang diluar kebiasaan sekalipun memungkinkan dan di perkenankan.
وَأكثَرُ الكرَاماتِ الوَاقِعَةِ مِنَ الأَولِيَاءِ وَقعَت بِدونَ اِختِيَارِهِم، وَكاَنوا إِذا ظَهرَ عَليهُم شَيءٌ مِن ذَلِكَ يُوصونَ مَن ظَهرَ لَهُ أَن لا يُحَدِّثَ بِهِ حَتَّى يَخرُجُوا مِنَ الدُّنيا، وَرُبَّما أَظهَرُوا مِنها شَيئاً اختِيَاراً لِمَصلحَةٍ تَزيدُ علَى مَصلَحةِ السِّترِ.
Kebanyakan karamah itu terjadi pada wali-wali Allah tanpa adanya ikhtiyar (kemauan) dari mereka, dan jika nampak pada mereka suatu karamah maka ia akan meminta pada orang yang melihatnya untuk tidak menceritakannya sehingga ia (wali) meninggal dunia, tetapi terkadang mereka (para wali) juga menampakkan sebagian karamahnya berdasarkan ikhtiyar (kemaun) nya karena ada kemaslahatan yang lebih besar daripada menutupinya.
وَاعلَم أَنَّ الشَيخَ الكَامِلَ هُوَ الذِّي يُفِيدُهُ بِهِمَّتِهِ وَفِعلهِ وَقَولِهِ وَيحَفَظُهُ في حُضورِهِ وَغَيبَتِهِ وَإِن كانَ المُريدُ بَعيداً عَن شَيخِهِ مِن حَيثُ المَكانُ، فَليَطلُب مِنهُ إِشارَةً كُلِّيَةً فِيما يَأتي مِن أَمرِهِ وَيترُكُ. وَأَضرُّ شَيءٌ عَلى المُريدِ تَغَيُّرِ قَلبَ شَيخِهِ عَليهِ وَلَو اجتَمعَ علَى إصلاحِهِ بَعدَ ذَلِكَ مَشايخُ المَشرِقِ وَالمَغرِبِ لمَ يَستَطيعُوهُ إِلاَّ أَن يَرضَى عَنهُ شَيخُهُ.
Ketahuilah bahwa seorang syaikh (tuan guru) yang sempurna ialah orang yang mampu memberikan faidah terhadap himmah (tekad spiritual) nya (murid), perbuatan dan ucapannya. Serta mampu menjaganya di saat hadir atau sedang pergi walaupun posisi murid jauh dari gurunya. Maka mintalah isyarah secara keseluruhan darinya (tuan guru) tentang perkara yang harus di jalankan dan yang harus di tinggalkan. Suatu perkara yang paling berbahaya bagi seorang murid adalah berubahnya hati tuan gurunya padanya meskipun setelah itu semua tuan guru mulai dari ujung timur sampai barat bersatu untuk memperbaiki kesalahannya, mereka tidak akan mampu memperbaikinya kecuali tuan gurunya itu ridla kapadanya.
وَاعلَم أَنَّهُ يَنبَغي لِلمُريدِ الذَّي يَطُلبُ شَيخاً أَن لا يُحَكِّمَ في نَفسِهِ كُلَّ مَن يُذكَرُ بِالمَشيَخَةِ وَتَسلِيكِ المُريدينَ حَتَّى يَعرِفَ أَهلِيَّتَهُ وَيَجتمِعَ عَليهِ قَلبُهُ، وَكذَلِكَ لا يَنبَغي للِشَيخِ إِذا جاءَ المُريدُ يَطلُبُ الطَّرِيقَ أَن يَسمَحَ لَهُ بِها مِن قَبلِ أَن يَختَبِر صِدقَهُ في طَلَبِهِ، وَشِدَّةِ تَعَطُّشِهِ إِلى مَن يَدُلُّهُ علَى رَبِّهِ.
Ketahuliah bahwa bagi seorang murid (penempuh jalan menuju Allah) yang sedang mencari seorang guru di anjurkan untuk tidak mudah menetapkan pada dirinya terhadap setiap orang yang disebut syaikh (guru spiritual) dan sedang menempuh jalan para penempuh jalan menuju Allah sehingga ia benar-benar mengetahui ke ahliannya dan menyatunya hati atasnya. Begitu pula bagi seorang syaikh (guru spiritual) ketika datang kepadanya seorang murid yang ingin mencari jalan menuju Allah tidak di anjurkan untuk bermurah hati kepadanya sebelum menguji kesungguhannya dalam mencarinya dan sangat hausnya pada orang yang yang dapat menunjukkan jalan menuju Tuhannya.
وَهذَا كُلُّهُ في شَيخِ التَّحكِيمِ، وَقَد شَرَطُوا عَلى المُريدِ أَن يَكونَ مَعهُ كَالَمِّيتِ بَينَ يَدَيِّ الغَاسِلِ وَكالطِّفلِ مَعَ أُمَّهِ، وَلا يَجرِي هَذا في شَيخِ التَّبَرُّكِ، وَمَهمَا كَانَ قَصدُ المُريدِ التَّبَرُّكَ دُونَ التَّحكِيمِ فَكُلَّما أَكثَرَ مِن لِقاءِ المَشايِخِ وَزِيارَتِهم وَالتَّبرُّكِ بِهم كَان أَحسَنَ.
Ini semua berlaku bagi syaikh tahkim (mursyid atau guru spiritual) yang benar-benar memberi syarat kepada seorang murid yang bersamanya supaya menjadi bagaikan mayyit dihadapan orang yang memandikan dan bagaikan bayi bersama ibunya. Dan ini tidak berlaku bagi syaikh tabarruk (guru untuk mendapatkan barakahnya). Namun bagaimana pun juga jika tujuan murid adalah tabarruk (mencari barakah) bukan tahkim (bukan mengangkatnya sebagai guru spiritual), maka manakala ia banyak menjumpai para guru, berziyarah dan bertabarruk kepada mereka, demikian itu adalah lebih baik.
وَإذا لَم يَجِدِ المُريدُ شَيخاً فَعَليهِ بِمُلازَمَةِ الجِدِّ وَالاجتِهادِ مَعَ كَمالِ الصِّدقِ في الاِلتِجاءِ إِلى الله وَالاِفتِقارِ إِليهِ في أَن يُقَيِّضَ لَهُ مَنْ يُرشِدُهُ، فَسَوفَ يُجِيبُهُ مَن يُجِيبُ المُضطَرَّ، وَيَسُوقُ إِليهِ مَن يَأخُذُ بِيَدِهِ مِن عِبادِهِ.
Ketika seorang murid tidak menemukan syaikh (mursyid atau guru spiritual), maka wajib baginya untuk senantiasa bersungguh-sungguh disertai dengan ketulusan yang sempurna dalam berlindung kepada Allah dan butuh kepada-Nya supaya Dia mendatangkan untuknya orang (mursyid atau guru spiritual) yang dapat menunjukkannya, maka kelak Allah akan mengabulkan orang yang dalam keadaan terpaksa, dan akan mengantarkan kepadanya orang yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya dengan kekuasaan-Nya.
وقد يحسِب بعضُ المريدين أنه لا شيخَ لهُ فتَجدُه يَطلبُ الشيخَ وله شيخٌ لم يَرَه ، يُربِّيهِ بِنَظَرهِ ويُراعِيهِ بِعَينِ عِنايَتِهِ وهو لا يَشعُرُ ، وإلّا فالمشايِخُ المُحَقِّقُونَ مَوجُودُون ، ولكِن سُبحانَ مَن لَم يَجعَل الدليلَ على أَوْلِيائهِ إِلَّا مِن حيثُ الدليلُ عليه ولم يُوصِل إليهم إلّا مَن أراد أن يُوصِله إليه .
Terkadang sebagian murid merasa bahwa ia tidak memiliki seorang guru lalu ia mencari dan menemukan seorang guru yang memiliki guru yang tidak diketahui oleh murid, guru yang merawatnya dengan pandangan kasih sayangnya dan menjaganya dengan mata perlindungannya sedang ia (murid) tidak merasa. Jika ia merasa, maka itu adalah guru-guru yang maujud yang tidak di ragukan lagi, akan tetapi, Dzat yang Maha Suci tidak menjadikan tanda pada wali-wali-Nya kecuali tanda yang menunjukkan atas kebesaran-Nya, dan tidak akan sampai kepada mereka kecuali orang yang ingin sampai kepada-Nya.