Adabud Dun_ya wad Din
.
.
.
.
.
(الدين ينظم المجتمع)
وَرُبَّمَا مَالَ بَعْضُ الْمُتَهَاوِنِينَ بِالدِّينِ إلَى الْعُلُومِ الْعَقْلِيَّةِ وَرَأَى أَنَّهَا أَحَقُّ بِالْفَضِيلَةِ، وَأَوْلَى بِالتَّقْدِمَةِ اسْتِثْقَالًا لِمَا تَضَمَّنَهُ الدِّينُ مِنْ التَّكْلِيفِ، وَاسْتِرْذَالًا لِمَا جَاءَ بِهِ الشَّرْعُ مِنْ التَّعَبُّدِ وَالتَّوْقِيفِ.
وَالْكَلَامُ مَعَ مِثْلِ هَذَا فِي أَصْلٍ، لَا يَتَّسِعُ لَهُ هَذَا الْفَصْلُ.
وَلَنْ تَرَى ذَلِكَ فِيمَنْ سَلِمَتْ فِطْنَتُهُ، وَصَحَّتْ رَوِيَّتُهُ ، لأنَّ الْعَقْلَ يَمْنَعُ مِنْ أَنْ يَكُونَ الْإِنْسَانُ هَمَلًا أَوْ سُدًى، يعْتَمِدُونَ عَلَى آرَائِهِمْ الْمُخْتَلِفَةِ وَيَنْقَادُونَ لِأَهْوَائِهِمْ الْمُتَشَعِّبَةِ.
لِمَا تُؤَوَّلُ إلَيْهِ أُمُورُهُمْ مِنْ الِاخْتِلَافِ وَالتَّنَازُعِ، وَيُفْضِي إلَيْهِ أَحْوَالُهُمْ مِنْ التَّبَايُنِ وَالتَّقَاطُعِ. فَلَمْ يَسْتَغْنُوا عَنْ دِينٍ يَتَأَلَّفُونَ بِهِ وَيَتَّفِقُونَ عَلَيْهِ. ثُمَّ الْعَقْلُ مُوجِبٌ لَهُ أَوْ مَانِعٌ.
وَلَوْ تَصَوَّرَ هَذَا الْمُخْتَلُّ التَّصَوُّرَ أَنَّ الدِّينَ ضَرُورَةٌ فِي الْعَقْلِ، وَأَنَّ الْعَقْلَ فِي الدِّينِ أَصْلٌ، لَقَصَّرَ عَنْ التَّقْصِيرِ، وَأَذْعَنَ لِلْحَقِّ وَلَكِنْ أَهْمَلَ نَفْسَهُ فَضَلَّ وَأَضَلَّ.
Terkadang sebagian orang yang sembrono dengan Agama condong pada ilmu akal, ia percaya bahwa ilmu akal lebih berhak untuk diutamakan dan lebih utama untuk dikedepankan, karena ia menganggap berat terhadap Taklif (beban) yang terkandung dalam Agama dan menganggap rendah terhadap ajaran Syara' yang berupa menghambakan diri dan tunduk patuh pada aturannya.
Pembahasan mengenai orang sembrono semacam ini asalnya tidak dimuat dalam fasal ini, dan engkau tidak akan pernah melihat kecondongan tersebut ada pada orang yang selamat kecerdasannya dan benar cara berpikirnya, karena akal menolak keberadaan manusia yang lepas kendali, liar, berpedoman pada pendapatannya sendiri yang berseberangan dan menuruti hawa nafsunya yang bercabang-cabang.
Penolakan itu terjadi karena semua urusan mereka kembali pada perbedaan, pertentangan, perselisihan dan perpecahan, maka mereka tidak pernah cukup (hanya dengan mengandalkan akal) tanpa Agama yang menjadi pemersatu, dan mendalaminya hingga akal mewajibkan untuk beragama serta patuh padanya.
Jika orang yang tidak normal semacam ini benar-benar mengerti bahwa Agama adalah kebutuhan pasti menurut pandangan akalnya, dan akal adalah modal utama bagi Agama, niscaya ia tidak akan sembrono, dan akan patuh padanya.
Akan tetapi ia lebih mengumbar hawa nafsunya hingga sesat dan menyesatkan.
(Adabud Dun_ya wad Din)