Download kitab pdf terlengkap AswajaPedia Klik di sini

AL-SUYUTHI DAN TAFSIR JALALAIN

Sinar mentari pagi menerangi jagat raya membuka segala aktivitas manusia. Tidak ketinggalan juga aktivitas ta'allum di pesantren Besuk. Setelah selesai jam belajar pagi bersama, para santri mulai melakukan apa yang disuka. Adayang langsung ke warung untuk sekedar mengganjal perut, ada yang tetap bengong di daerah ngelamun, ada juga si pecandu molor yang langsung loncat ke dalam kamar untuk meneruskan mimpinya.

Selang beberapa menit kemudian, suara komando Al-Fatihah dari  Romo Kiyai dari dalem melalui pengeras masjid terdengar. Tak ayal para santri berlarian tergesa-gesa menuju tempat ngajinya. Jujur saja, sebenarnya hal ini adalah kebiasaan yang seharusnya tidak dibiasakan. Semestinya apabila memang niat ngaji, harusnya sudah siap ditempat sebelum Romo Kiyai memulainya. Namun hal ini dirasa lumayan dari pada tidak ngaji sama sekali.

Pengajian kitab pagi itu adalah kitab Tafsir Jalalain. Adalah sebuah karya yang mengupas ma'na dari ayat suci Al-Qur'an. diberi Judul "TAFSIR JALALAIN", sebab kitab yang terdiri dari dua juz ini merupakan salah satu karya emas dari dua ulama yang amat tinggi kapasitas ilmunya, yang keduanya bergelar Jalaluddin. Juz pertama mulai surah Al-Fatihah hingga surah Al-Isra' dikarang )ta'lif( oleh Al-Syaikh Jalaluddin Abd. Rahman bin Abi Bakar Al-Suyuthi dalam waktu yang amat singkat, yaitu 40 hari terhitung mulai awal bulan Ramadhan hingga tanggal 10 Syawwal 870 H. Sedangkan Juz kedua mulai surah Al-Kahfi sampai surah al-Naas dikarang oleh Al-Syaikh Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli. Tetapi Al-Mahalli yang lebih dulu mengarangnya. Beliau mengarang mulai dari surah al-Fatihah kemudian langsung surah al-Kahfi sampai akhir.

Enam tahun setelah al-Mahalli wafat kemudian al-Suyuthi melengkapinya mulai surah al-Fatihah sampai surah al-Isra'. Sehingga menjadi lengkaplah tafsir al-Qur'an 30 Juz. Pada kesempatan kali ini MADING ROHAH mengajak para pembaca untuk menyimak sejarah Al-'Allamah al-Syaikh Jalaluddin Abd. Rohman bin Abu Bakar al-Suyuthi. Semoga dengan sedikit kita mengetahui sirahnya, kita sekalian dapat mengais tetesan barokah serta ilmu beliau Amien…

Al-Suyuthi hidup dipertengahan abad ke delapan Hijriyyah, tepatnya tahun 849-911. Nama lengkap serta silsilah beliau adalah Jalaluddin Abu al-Fadhl Abdur Rohman bin Abi Bakar al-Kamal bin Nashiruddin Muhammad bin Sabiquddin Abi Bakar bin Fakhruddin Utsman bin Nashiruddin Muhammad bin Saifuddin Khodhr bin Najmuddin Abi al-Sholah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Al-Syaikh Hammamuddin al-Hammam al-Khodhiri al-Asyuhti al-Syafi'i.

597 silam, di sebuah kota kecil didataran tinggi mesir, yaitu desa Suyut atau Usyut. Tepatnya pada bulan Rojab tahun 849 H. tatkala sang mentari telah kembali ke peraduannya, hari mulai diselimuti kegelapan, senja merah membentang diangkasa raya sebagai pertanda waktu maghrib telah tiba. Sesaat kemudian, lahirlah seorang bayi mungil yang kelak menjadi seorang petualang ilmu, yang melahirkan beratus ratus karya ilmiah. Manuskrip-manuskrip As-Suyuti dalam berbagai judul, pernah dihitung mencapai 538 judul dalam berbagai bidang ilmu. Bayi itu kemudian diberi nama Abd. Rohman.

Al-Suyuthi menjalani masa shibah (kecil(nya sebagai yatim. Sejak usia kurang dari enam tahun dia telah ditinggal wafat sang Ayah. Namun dia tidaklah berlarut dalam kesedihan yang tidak akan merubah keadaan dan taqdirnya. Masa keilnya itu dia optimalkan untuk tholabul Ilmi. Kobaran semangat kemauannya mengiringi kemampuannya dalam mengais pengetahuan.  Akhirnya, hasil yang cemerlang dia dapatkan. Beliau berhasil menghafal 30 juz al-Qur'an dalam usia yang amat dini yaitu usia delapan tahun. Kemudin beliau menghafal kitab 'Umdatul Ahkam karya Al-Syaikh Abd. Ghoni al-Muqoddasi, Kitab Minhaj al-Tholibin karya Al-Nawawi dan kitab Alfiyyah karya Ibnu Malik al-Andalusi.

Seakan tidak pernah puas dengan apa yang telah diraihnya, al-Suyuthi muda semakin bersemangat untuk menambah dan memperluas ladang pengetahuannya. Sampai akhirnya guru-guru beliau merasa al-Suyuthi sudah cukup mampu untuk menyebarkan ilmunya dan berfatwa serta mengarang kitab. Pertama kali beliau mengarang kitab Syarah al-Isti'adzah waa al-Basmalah. Ketika itu usia beliau baru tiga belas tahun.

Setelah banyak menyerap ilmu dari para ulama di negaranya sendiri, beliau memulai perkelanaannya untuk lebih jauh menggapai ilmu. Negara pertama yang dituju adalah Makkah al-Mukarromah untuk melaksanakan ibadah haji. Dalam perjalanan menuju tanah suci beliau sempat mengarang kitab yang berisikan ringkasan dari kitab Alfiyyahnya Al-'Iroqi mengenai ilmi Hadits. Setelah sampai di Makkah, beliau mengarang kitab yang diberi judul "al-Nafkhoh al Miskiyyah wa al-Tuhfah al-Makkiyah".

Al-Suyuthi adalah seorang yang al-'Allamah dan al-'Amil bi 'ilmihi. Dengan ilmu yang telah dikaruniakan Alloh SWT, beliau menjadikan dirinya semakin mendekat pada Sang Kholiq dan senantiasa cinta pada sunnah Rosululloh Muhammad SAW serta menjahui berbagai macam bid'ah sayyi'ah. Beliau hiasi kehidupannya dengan akhlaqul karimah. Sifat derma dan pemaaf pada yang menyalahinya.

Termasuk salah satu prinsip beliau adalah beliau paling pantang berbaur dengan jajaran kepemerintahan. Hingga beliau pernah berkata "Saya tidak ada hubungan dengan pemerintah. Apabila pemerintah ada perlu dengan  saya, maka silahkan mereka datang ke rumah". Kendati begitu prinsip beliau, tidak sedikit pangkat jabatan yang ditawarkan, namun tidak satupun beliau tergiur untuk menerimanya. Jika beliau membutuhkan uang untuk nafkah diri dan keluarga, beliau menjual kitab-kitabnya untuk memenuhi kebutuhan-nya.

Kalau saja bukan al-Suyuti yang mengatakan mungkin orang akan menganggapnya sebuah kesombo-ngan. Tapi karena yang mengucapkan seorang alim sekaliber al-Suyuti, maka orang pun memberikan penilaian, bahwa sikap itu tak lebih dari sebuah ungkapan "Tahadduts Bin Ni'mah". Bagaimana tidak? ketika Ibnu Malik dalam muqodimah "Alfiyyah" mengatakan : فائقة ألفية ابن معطي; al-Suyuti pun tidak mau kalah, beliau mengarang kitab "Alfiyyah" tandingan dan mengatakan : فائقة ألأفية ابن مالك. Ketika Al-Syaikh Abdur Rohim Al-Iroqi mengarang Nadzom Alfiyyah yang mengupas ilmu Hadits, As-Suyuti pun tidak mau ketinggalan ia juga mengarang Nadzom Alfiyyah yang juga berisi tentang ilmu hadits. Dalam muqoddimahnya,As-Suyuti mengatakan

وهذه الفية تحكى الدرر # منظومة ضمنتها علم الاثر

فائقـة الفية العــــــراقي # فى الجمع والايجاز واتساق

"Alfiyyah saya ini, merupakan intan permata

Berupa irama nadzom yang berisikan ilmu atsar

Mengalahkan alfiyyahnya Al-iroqi

Lebih komplit pembahasannyya, simple dan berurutan"

 

Bukan hanya sekali dua kali al-Suyuti menonjolkan kelebihan dan kebolehan-nya. Hampir semua kitab al-Suyuti selalu diawali dengan ungkapan rasa "PD" )percaya diri( yang luar biasa. Coba simak komentar beliau dalam mugoddimah Al-Asybah Wan Nadzoir  yang kurang lebih terjemahnya sebagai berikut :

"Ketika kamu merenungkan kitabku ini niscaya akan tahu, kitab ini merupakan intisari karya seumur dan rangkuman ilmu sepanjang masa, berisikan bahasan bahasan penting, memberikan pertolo-ngan ketika muncul masalah yang mendera dan akan menerangi lorong lorong masalah yang gelap".

 

Tak henti-hentinya al-Suyuthi melem-parkan sensasi kebolehannya. Pernah suatu ketika al-Suyuthi memproklamirkan diri sebagai seorang mujtahid. Berita ini menggemparkan penduduk mesir. Beratus ratus ulama' melayangkan suratyang berisi berbagai masalah kepada al-Suyuthi untuk dijawab dengan ijtihadnya, namun demikian al-Suyuti tidak juga mencabut pengakuannya yang kontro-versial itu. Beliau hanya mengatakan "Bukan aku tidak mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, akan tetapi aku disibukkan oleh banyak urusan yang lebih penting".

Pengakuan beliau bukan-lah sebuah omong kosong, namun sebuah pengakuan simbol taddutsan bi ni'mah yang memang bersamaan dengan realita yang ada. Beliau mengakui telah berhasil mendalami )tabahhur( dalam tujuh disiplin ilmu. Ilmu Tafsir, Hadits, Fiqh, Nahwu, Ma'ani dan Bayan. Beliau menghafal sedikitnya dua ratus ribu hadits. Di masa beliau kala itu tidak ada seorangpun dimuka bumi ini yang menghafal hadits dengan jumlah sebanyak itu. Kemudian setelah tujuh bidang ilmu tersebut, al-Suyuthi juga Sedikit menguasai ilmu Ushul Fiqh. Jadal, Tashrif, Qiro'ah, Insya', Tarassul, Faro'idh, dan ilmu Medis.

Menurut beliau   ilmu Hisab adalah bidang ilmu yang amat sulit dan sangat jauh dari jangkaun hati beliau. Beliau pernah berkata lebih baik memikul gunung dari pada mendalami ilmu Hitung itu.

Al-Suyuthi wafat pada malam Jum'at, 19 Jumada al-Ula 911 H. dalam usia 61 tahun 10 bulan 18 hari. Demikian sekedar kutipan terjemahan yang dapat redaktur suguhkan. Setidaknya hal ini dapatlah dijadikan teladan bagi tholabah ilmu, bahwa barang siapa bersungguh-sungguh, pastilah dia akan menuai hasilnya.  

Masykur Junaidi


Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.