Di bumi Palestina, tiga perempat dari abad ke tujuh hijriyyah, Alloh kembali mengutus salah satu khilafah Rosulillah ke dunia. Seorang bayi mungil yang kelak menjadi imam agung dan disegani dimasanya. Menjadi penulis sejati yang malahirkan berbagai karya ilmiyyah. Dan sebagai suri tauladan amaliyyah bagi mereka yang hampa akan pengetahuan agama. Dia adalah Syihabuddin abu al-'Abbas Ahmad bin Husain bin Hasan bin Ali bin Yusuf bin Ali bin Arsalan al-Romli al-Syafi'i. Yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Ruslan.
Masa kanak-kanak Ibnu Ruslan tidaklah terlewat begitu saja tanpa hal yang bermanfaat. Tetapi masa penuh gembira riang itu digunakannya untuk ta'allumtanpa mengenal waktu. Sehingga diusianya yang terhitung sangat dini, dia sudah berhasil menghafal 30 juz ayat-tayat Al-Qur'an, yaitu ketika dia berumur kurang lebih 10 tahun. Usia yang masih bau kencur bagi anak sekarang. Dalam usia itu, anak sekarang masih baru mengenal makhorijdan shifatul huruf. Mungkin ada sebagian mulai menghafal surat-surat pendek di juz tiga puluh.
Selain Al-Qur'an sebagai awal pengetahuannya, Ibnu Ruslan juga senang terhadap ilmu Nahwu dan yang sejenis, ilmu lughot dan ilmu sya'ir.
Diantara guru-guru Ibnu Ruslan yang amat berjasa adalah Syekh Syamsuddin al-Qolqosyandi (guru fiqh), Syekh Syihabuddin ibnul Ha'im (guru faro'idz dan hisab), Syekh Jalaluddin al-Busthomi, Syekh Syihabuddin ibnu al-Nashih, Syekh Muhammad al-Qorni, Syekh Muhammad al-Qodiri, Abi bakar al-Musholi (guru tashawwuf dan yang menuntun ibnu Ruslan dzikir), Syekh Abi Hurairah ibnu Dzahabi, Syekh Ibnu al-'iezz, Syekh Ibnu Abil Majdi, Syekh Ibnu Shiddiq al-Tanukhi, Syekh Ibnu Kuwaiki, Syekh Abul 'Abbas Ahmad bin 'Ali bin Sanjar al-Marodini, Syekh Nasim bin Abi Sa'id al-Daqqoq, Syekh 'Ali bin Ahmad al-Nuwairi, Syekh Syihabuddin al-Husbani, Syekh Jalaluddin al-Bulqini, Syekh Sirojuddin al-Bulqini dan lain-lain.
Ketekunan Ibnu Ruslan dalam menggali pengetahuan akhirnya membuahkan hasil. Sehingga Ibnu Ruslan mendapatkan restu dari sang guru Syekh Jalaluddin al-Bulqini untuk berfatwa dan menyebarkan ilmunya. Kedalaman ilmu itu tidak kemudian membuatnya merasa puas dan cukup, namun sebaliknya. Beliau terus menerus muthola'ah dan semakin keras memperluas ladang ilmunya dengan sama sekali tidak menyita waktunya untuk taqarrub ber-munajah dengan Alloh. Sholat dan tahajjud dan jenis ibadah yang lain tekun dijalaninya.[1]
Kealiman Ibnu Ruslan kini telah masyhur dikalangan masyarakat waktu itu. Namun beliau lebih suka Khumul (tidak menampakkan ketenarannya). Beliau selalu menolak tawaran-tawaran kedudukan duniawi yang membuat beliau lebih dikenal banyak orang. Dari kekhumulan itu, beliau aktif sebagai pengajar di lembaga pendidikan hanya dalam waktu yang amat singkat. Sisa usianya lebih banyak digunakan untuk taqarrub pada Alloh dan menelusuri jalan Shufi.
Sebagai sumber yang deras mengalirkan ilmu, banyak sekali para muda yang mengais ilmu dari beliau. Menurut Al-Syaukani murid beliau sangat banyak sekali hingga tidak seorangpun ahli sejarah menyebutkannya satu-persatu. Namun menurut al-Sakhowi salah satu ulama besar yang pernah menimba ilmu dari Ibnu Ruslan adalah Al-Kamal bin Abi Syarif dan Syihabuddin aba al-Asbath al-Romli.[2]
Ibnu Ruslan termasuk deretan ulama salaf yang produktif dalam berkarya ilmiyah. Selain Zubad, beliau juga menulis kurang lebih 23 macam judul kitab yang lain. diantaranya adalah : 11 jilid Syarah Sunan Abi Dawud, Syarah Al-Hawi, Syarah jum'ul Jawami', Syarah Mukhtashor ibnul Hajib, Nihayah al-Suul Syarah Minhaj al-Wushul, Syarah Shohih al-Bukhori.
1086 Untaian Mutiara Rojaz Berjudul "Al-Zubad"
"Zubad" adalah seribu bait lebih yang mayoritas isinya adalah dasar-dasar fiqih Syafi'iyyah. Untaian bahar rojaznya mudah dihafal oleh mereka yang masih muda dan sangatlah bermanfaat bagi setiap pelajar pemula. Jika difaham dan diamalkan, niscaya kitab ini sudah sangat cukup dan tidak perlu yang lain. "Demikianlah ungkapan Ibnu Ruslan sang muallif, sebagai kata pembuka karya emasnya, setelah beliau ber-hamdalah dan ber-solla wassalam atas Rosulillah.
Kitab matn al-Zubad adalah sebagai salah satu materi terpenting dalam mengkaji ilmu fiqh di Yaman.
Setelah rampung mengarang kitab Zubad, Ibnu Ruslan pergi ke laut disekitar beliau tinggal. Bukan untuk mempromosikan atau memasarkan karyanya pada para nelayan. Namun untuk mengujicoba buah tulisan beliau, apakah tulisan ini ditulis dengan ikhlas tanpa ada apa dibaliknya. Atau sifat madzmumah (tercela) malah terselubung didalamnya. Semisal mencari ketenaran nama atau bahkan karyanya dimanfaatkan sebagai jalan mendapatkan dunia. Tentu hal itu sama sekali tidak mungkin terlintas sekejappun dari seorang ulama sekaliber Ibnu Ruslan. Namun untuk mamastikannya, karya yang telah ditulisnya digandoli (diberi beban) dengan batu kemudian dilemparkannya ketengah lautan yang tidak mungkin dapat diambil lagi. Seribu nadzom yang telah ditulis dengan mengerahkan segala daya dan pikiran dibuang begitu saja, dapat dibayangkan betapa sangat amat sayang bukan…? Namun menurut Ibnu Ruslan, tidaklah berarti untaian seribu nadzom, kalau itu hanya sekedar tulisan belaka, tanpa dihiasi dengan permata keikhlasan. Sebab hal itu akan menjadi sesuatu yang sia-sia dan tidak berharga. Dari luar kelihatan berkilauan namun ternyata didalamnya terisi ulat-ulat riya' yang menjijikkan. Setelah melemparkannya kedalam lautan itu beliau berdo'a:
اللهم إن كان خالصا لك فأظهره وإلا فأذهبه
"Yaa Alloh… Jika karya itu wujud karena ikhlas, maka mohon tampakkan kembali karya itu, dan Jika tidak (tidak ikhlas), maka lenyapkanlah".
Sungguh satu kejadian aneh tapi nyata. Realita yang tidak dapat dikatakan dusta. Lembaran-lembaran bertitah seribu lebih nadzom zubad itu naik dari dalamnya lautan hingga mengapung diatas permukaan. Luas laut beserta segala penghuninya menyaksikan. Juga langit, matahari, angin serta awan. Kuasa Alloh yang telah mengembalikan karya itu pada tuannya. Sebagai bukti atas ketulusan hati Ibnu Ruslan dalam menuangkan pengetahuannya. Dengan tujuan mulia yaitu membela dan menjunjung tinggi Kalimah Tuhannya.
Isi Kitab "Zubad"
Kitab Zubad berisikan tiga macam ilmu. 1) Ilmu tauhid. 2) Ilmu Fiqih. 3) Ilmu Tashawwuf. Sepuluh nadzom pertama beliau gunakan untuk muqaddimah. Kemudian di nadzom ke 11 beliau mengawali dengan pengenalan ilmu Tauhid. Beliau berkata dalam sya'irnya :
أول واجب على الإنسان معرفة الإله باستيقان
"Kewajiban pertama kali manusia adalah mengetahui Tuhan, dengan menyaqini wujud-Nya"
Sebanyak 67 nadzom beliau menyinggung dan menerangkan tauhid dan sebagian permasalahannya. Kemudian di nadzom yang ke 77 mulailah beliau menerangkan ilmu fiqih Syafi'iyyah sesuai dengan urutan babnya dalam kitab-kitab Syafi'iyyah yang lain.
Dipenghujung karyanya, Ibnu Ruslan sedikit menorehkan bagian kecil dari ilmu tashawwuf. Di nadzom yang ke 1040 dan 1041 beliau membuka dengan memberikan motifasi untuk seseorang untuk menuju derajat mulia. Dalam sya'irnya beliau berkata "Barang siapa yang hatinya senantiasa meninggalkan sesuatu yang tidak semestinya, maka dia akan selalu naik dari perkara yang nista. Dia senantiasa naik menuju keluhuran etika (akhlaq) yang dicari pada waktu malam gulita"
Kemudian di nadzom yang ke 1047 beliau menghimbau, hendaknya kita tidak jenuh dan tidak bosannya bercita-cita tinggi, sebab seseorang yang pendek dalam bercita-cita, dia tidak peduli atas nasib dirinya. Dirinya akan selalu bodoh diatas kebodohan.
Berpikirlah kali sejuta sebelum melangkah. Ketahuilah literatur syari'at sebelum berbuat. Ingatlah perbuatan itu tidaklah lenyap laksana hamburan debu. Namun semuanya akan dituntut tanggung-jawabnya. Jika hal itu benar maka jalanilah dan jika salah maka jauhilah segera. Jangan hiraukan dan jangan takut dengan bisikan penjerumus dari Syetan. Dan Ikhlaskan hati dalam segala perbuatan. Demikian kurang lebih kandungan nadzom yang ke 1049 sampai nadzom yang ke 1053.
Sebagaimana telah maklum, bahwa al-Insan mahallul khoto' wannisyan.
Orang yang baik bukannya tidak pernah melakukan kesalahan, tapi yang menyadari kesalahannya dan memperbaikinya. Demikian tembang lagu bang haji Rhoma Irama. Sebab tidak mungkin manusia akan terhindar dari jeratan dosa. Lebih-lebih sekelas para rekan redaktur ROHAH dan para pembacanya. Kecuali manusia yang menjadi pilihan Alloh. Namun setidaknya, marilah…! pada setiap guliran masa, kita bersama-sama meminimalisirnya. Janganlah sampai dosa-dosa itu bebas leluasa berkuasa. Ibarat laju kendaraan dijalan tol tanpa ada hambatan dan remnya. Jangan malah tidak peduli, seakan kita paling baik sendiri. Awas… itu sangat berbahaya, sebab jika tergelincir, bukan RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) sebagai rujukan. Namun Neraka, tempat yang amat sangat mengerikan. Jangankan udara sejuk dapat dihirup didalamnya, senyum manis seseorangpun tidak akan ditemuinya. Na'udzu billah min dzalik. Oleh karenanya Sebelum mengakhiri tulisannya, Ibnu Ruslan mengulas tentang taubat dan segala permasalahannya. Ingin tahu…? baca sendiri…!!!
Para Ulama Yang Mensyarahi Kitab Zubad.
Sebatas pengetahuan penulis, ada beberapa ulama yang mengomentari dan menjelaskan (Syarah) nadzom zubad sebagai berikut :
1. Al-Imam Al-Faqih Al-'Allamah Al- Syarif Muhammad bin Ahmad bin Abdul Baari al-Ahdal dengan judul "Ifadah al-Saadah al-'Umad bitaqriri ma'ani nadzom al-Zubad".
2. Al-Syaikh al-'Allamah Ahmad bin Hijazi al-Fasyni, dengan judul "Mawahib al-Shomad fii halli alfadz al-Zubad".
3. Al-Imam al-'Allamah Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Romli al-Anshori (919-1004 H.) atau yang terkenal dengan sebutan Syafi'I shoghir. Kitab tersebut diberi judul "Ghoyah al-Bayan syarah Zubad Ibnu Ruslan".
4. Syaikhul Islam Muhammad bin Ali bin Muhsin al-Syafi'i, dengan judul "Fathu al-Mannan syarah Zubad Ibnu Ruslan". Kitab ini dirampungkan pada hari Sabtu di bulan Dzul Hijjah 126 H.[4]
Demikian sekilas sirah Ibnu Ruslan dan karya monumentalnya. Semoga kita senantiasa mendapat barokah beliau. Dan juga dikarunia kemudahan dalam menelaah dan menghafal karyanya. Amien…ya Mujibassa'ilien…!
[1] Muhamad bin Abd.
[2] Muhammad bin Abd,
[3] Muhammad bin Ali bin Muhsin Fath al-Mannan hal. 10
[4] Muhammad bin Ali bin Muhsin Fath al-Mannan hal. 492