"Ikhtilafu Ummati Rohmatun" adalah Sabda Rosululloh Muhammad SAW. Yang menegaskan bahwa kontroversi Ulama tidaklah berarti rapuhnya persatuan dalam tubuh Islam. Namun justru akan menjadi rahmah dan jalan alternatif untuk dapat melaksanakan perjalanan kehidupan dunia dengan selalu berada di atas rel syari'at Islam, menuju tujuan akhir yaitu Ridlo Ilahi Alloh Robbul 'Izzati. Tidaklah dapat terhitung permasalahan-permasalahan yang terdapat perbedaan pendapat dalam menggariskannya. Bidang Tafsir, Hadits, Tauhid, Fiqih dan disiplin ilmu yang lain. Tak terkecuali permasalahan dalam Ilmu Gramatika (tata bahasa Arab). Banyak kita jumpai kontra pendapat didalamnya, bahkan antara guru dan seorang muridnya-pun perbedaan itu tak dapat dihindari. Imam Kholil yang terkenal dengan kapasitas keilmuannya yang amatlah tinggi, ternyata tidak seratus persen pendapatnya sesuai dengan pemikiran murid kesayangannya yang berjuluk Imam Sibawaih. Satu misal perbedaan guru dan murid tersebut dilansir dalam satu bait nadhom Al-Khulashoh Al-Fiyah Ibnu Malik dalam bab أل تعريف yang berbunyi :
أل حرف تعريف أو اللام فقط فنمط عرفت قل فيه النمط
Imam Kholil menyatakan yang mema'rifatkan adalah ألsecara keseluruhan, itu berarti hamzahnya adalah Hamzah Qoto' dan gugur ketika didahului kalimat lain karena Katsrotul Isti'mal (seringnya penggunaan) Sementara sang murid berpendapat lain, Ya'ni yang mema'rifatkan hanyalah ل saja, sedangkan hamzahnya adalah Hamzah washol yang gugur ketika didahului kalimat lain. Tenteng harokat fathahnya bila berada dipermulaan adalah untuk meringankan karena Katsrotul Isti'mal (seringnya penggunaan). Masih banyak permasalhan kontroversial yang lain yang mungkin tidak asing lagi bagi pecinta bidang studi Gramatika Arab. Siapakah Imam Kholil dan Imam Sibawaih ?, Bagaimanakah jejak langka perjalanan kehidupan beliau berdua ? Berikut ini sekelumit Sirah kedua Maestro ilmu tata bahasa Arab tersebut.
AL-KHOLIL BIN AHMAD AL- FAROHIDI
( wafat 786 M./170 H. )
"Penjawab yang baik adalah yang berpikir sebelum berkata, bukannya berkata baru kemudian berfikir". Inilah ungkapan al-Kholil, seorang pakar Nahwu dari
Al-Kholil adalah seorang maestro nahwu dari Basrah, dalam soal qias uraian gramatika. Dialah yang pertama kali memberi syakal (baris) dalam bahasa Arab. Dia juga yang menemukan ilmu Arudh, yaitu bidang Ilmu tentang syair-syair Arab yang terdiri atas limakali putaran (not) dan setiap kali putaran terdiri atas lima bait -bahr-. Kemudian ditambah oleh al-Akhfas satu bait lagi, yang diberi nama bahr Khobib. Ilmu Arudh adalah sebuah bentuk perwujudan do'a imam Kholil kala beliau berada ditanah suci, Makkah. Beliau berdo'a agar Alloh berkenan menganugerahkan sebuah ilmu yang belum pernah dikuasai seorangpun. Dalam penemuan besarnya ini bolehlah kalau beliau kita samakan dengan Aristoteles, seorang Yunani yang namanya sangat populer di kalangan akademik ataupun pesantren. Populeritas tersebut tidak terlepas dari penemuan besarnya tentang ilmu logika yang lebih kita kenal dengan sebutan ilmu manteq. Buku terpenting yang ditulis oleh imam Kholil adalah; al-'Amin; kamus Arab yang ditulis secara alpabetis. Bahkan beliaulah orang yang pertama kali sanggup mengumpulkan huruf-huruf Hijaiyyah dalam satu sya'ir.Sya'ir adalah :
صف خلق خود كمسل إذا بيغت يحظى الضجيع بها نجلاء معطار
Sifatilah wanita yang masih muda seperti mentari tatkala terbit.Bahagialah orang yang bisa tidur
dengannya, dia adalah
Wanita yang cantik dan suka memakai parfum.
Kemampuan ini jarang dimiliki oleh orang lain. Hal ini tidak mengherankan. Selain mumpuni dalam bidang bahasa, al-Kholil pun agaknya mewarisi kemampuan yang dimiliki oleh ayah beliau yang konon juga dikenal sebagai ahli sya'ir dan merupakan orang yang pertamakali memakai nama Ahmad setelah Nabi Muhammad saw.
Diantara sya'ir ayah imam Kholil adalah ;
وماهي إلا ليـلة ثم يومـها وحول إلى حول وشـهر إلى شهر
مطايا يقربن الجديد إلى البلى ويدنيب أشـلاء الكـرام إلى القبر
وتتركن أزواج الغيور لغيره ويقسمن مايحوى الشحيح من الوفير
Tiadalah dunia ini kecuali malam yang berganti siang,
Tahun demi tahun dan bulan demi bulan
Bintang-bintang, adalah kendaraan yang mendekatkan
Hal yang baru menuju kerusakan dan mendekatkan
Jasad-jasad yang mulia menuju quburan.
Meninggalkan istri-istri pencemburu
Untuk orang lain membagi-bagikan harta
Yang dihimpun orang-orang kikir dari
Kekayaan yang melimpah.
Pernah pada suatu ketika imam al-Akhfas bertanya kepada imam Kholil mengenai bahr-bahr yang diciptakannya. Kenapa diberi nama sedemikian rupa; dengan rinci imam Kholil menjawab; " aku menambah bahr thowil dengan nama itu karena bagian-bagiannya telah sempurna, Basith; karena bahr itu memanjang sampai batasan Thowil, Madid; karena wazannya panjang dan terdiri dari tujuh huruf, Kamil; karena bagian-bagiannya hanya terdiri dari tujuh huruf yang sempurna, Rojaz; karena gelombang nadanya seperti nada unta yang terus menerus bersuara, Romal; karena bahr tersebut suaranya menyerupai suara pasir di permukaan tanah yang dikumpulkan antara yang satu dengan yang lainnya, Hazjun; karena dinyanyikan dengan suara merdu,Sari'; karena menggunakan nada yang cepat, Munsaroh; karena bahr ini sangat mudah, Khofif; karena bahr ini adalah bahr yang teringan diantara bahr yang lain yang wazannya terdiri dari tujuh huruf, Muktadlob; karena bahr ini terlalu sedikit, sehingga bisa dinyanyikan sekalipun tanpa persiapan, Mudlori'; karena karena menyerupai bahr Muktadhob, Mujtaz; karena merupakan penggalan dari notnya yang panjang, Muktaqorrib; karena selain bagiannya saling berhubungan, seluruh wazannya serupa antara yang satu dengan yang lainya." Demikian seluruh bahr-bahr yang ada, masing-masing dalam penamaan mamiliki alasan.
Kitab al-'Ain karangan al-Kholil, antara lain membahas hitungan nilai kata yang terpakai dalam masanya.Al-Suyuthi menuqil bahwa al-Kholil manghitung kata-kata bahasa Arab yang terpakai atau yang tidak terpakai berjumlah 12.305.412 kata. Mungkin jumlah sebanyak itu termasuk pembentukan kata yang terdiri atas kata yang berhuruf-kata dua, tiga, empat dan
Kitab al-'Ain tidak sampai pada kita kecuali sepotong-sepotong; yang dikutib oleh buku-buku yang membahas bahasa, seperti al-Muzir karangan al-Suyuthi, dan kitab Sibawaih yang lain. Mungkin karena panjangnya buku itu, atau orang lebih suka terhadap ringkasan yang dibuat oleh al-Zubaidy, akhirnya tidak ada orang yang berusaha mencetak buku tersebut, manurut Ibn.al-Nadim dalam karyanya yang berjudul al-fihris, kitab al-Kholil terdiri atas 48 jilid. Karya tulisnya ini, menurut banyak orang, belum tertandingi oleh ahli gramatika, ahli bahasa dan sastrawan lain di zamannya. Umumnya mereka hanya memanfaatkan buku yang ditulisnya.
Satu riwayat yang mengisahkan; ketika imam Kholil berada di Basrah untuk sebuah Munadloroh (Diskusi ilmiyah) yang diselenggarakan oleh Abu Amr bin al-'Ala, beliau hanya duduk, tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Karena sikap beliau itulah berbagai pertanyaan kemudian muncul. "Mengapa seorang al-Kholil yang kondang kealimannya hanya diam saja?... Mengapa belia tidak mengeluarkan gagasan-gagasannya yang cemerlang?... Semua pertanyaan itu pun dijawab oleh al-Kholil, "Dia (Abu Amr) telah menjadi pemimpin sejak
Pernah suatu ketika, saat beliau sedang bersama-sama Ibnu Muqoffi', beliau ditanya; bagaimana pendapat anda tentang Ibn.Muqoffi'? lalu dijawab oleh imam Kholil; ilmunya lebih banyak ketimbangan akalnya. Kemudian Ibn.Muqoffi' ditanya tentang Imam Kholil, lalu dijawab; "akalnya lebih banyak ketimbang ilmunya". Pernah pula seorang pria membaca kitab Arudl dihadapan beliau dan ada beberapa hal yang tidak bisa ia fahami, lalu dinyatakan pada imam Kholil, dengan arif imam Kholil menasehati;
إذا لم تسطع شيئافدعه وجاوزه إلى ما تستطيع
Kalau kamu tidak mampu memahami sesuatu, maka
Tinggalkanlah;dan lalui saja untuk membahas
sesuatu yang Bisa kamu faham.
Tak lama kemudian pria itu melakukan anjuran imam Kholil seperti yang tersirat dalam potongan bait di atas, sesuai dengan kemampuannya. Pria itupun kemudian pergi dan tak pernah kembali lagi mengeluhkan permasalahannya. Imam Kholil sangat salut atas kecerdikan pria tersebut sehingga mampu memahami kehendaknya dalam bait itu sekalipun dengan kemampuan fahamnya yang minim.
Selama masa hidupnya, al-Kholil menjalani kehidupan dengan kondisi yang sangat sederhana. Dia tidak memperdulikan dunia. Di riwayatkan dari Nadlor; "walaupun keilmuan imam Kholil telah tersohor, namun selama beliau tinggal dikota Basr ah, beliau hidup dalam kondisi sangat sederhana. Untuk mencari uang sepersen pun serasa sulit, tapi santri-santri beliau dengan setia turut menbantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari." Dalam keadaan demikian, beliau pernah berkata; "aku tidak akan pernah menutup pintu rumahku disebabkan derita yang menimpaku ini."
Dalam masalah kezuhudan, beliau adalah orang yang sulit di cari tandingnya. Sehingga pernah suatu ketika, ada seorang raja yang meminta beliau agar sudi mengajar ilmu adab kepada putranya; kemudian datanglah utusan raja menemui imam Kholil, kebetulan saat itu beliau sedang makan, dan di tangan beliau terdapat sepotong tulang dengan sedikit dagingnya yang masih basah; lantas imam Kholil berkata pada utusan raja tersebut. "hai…utusan raja, katakan pada rajamu!! Selama aku masih memiliki makanan seperti ini - maka sama sekali aku tidak membutuhkan kalian." Di samping itu, imam Kholil sama sekali tidak pernah bersedia menemui para pemimpin - pemimpin negara; karena saking zuhudnya.
IMAM SIBAWAIH
(wafat tahun 796 M.)
Kebesaran nama Sibawaih di kalangan Gramatisi Arab diungkapan Al-Zamahsyari dalam untaian sya'irnya bahar wafir :
ألا صلى الإله صلاة صدق على عمرو بن عثمان بن قنبر
فان كـتابه لم يغـن عنه بنو قـلم ولا أبنـاء مـنبر
Aduhai, Semoga limpahan rahmat senantiasa tercurah, Atas Amr bin Utsman bin Qonbar ( Imam Sibawaih). Sungguh kitab karya tulisnya mutlak dibutuhkan,
oleh para Penulis (banu qolam) juga
ahli ceramah (banu mimbar)
Nama asli Imam Sibawaih separti dalam sya'ir diatas adalah 'Amr bin 'Utsman bin Qonbar. Dia adalah seorang hamba sahaya (budak) nya keluarga Bani al-Harits bin Ka'b bin 'Amr bin 'Ullah bin Kholid bin Malik bin Adud.
Seakan telah sempurna Alloh Subhanahu waa Ta'ala menciptakan pakar Ilmu Nahwu ini, Kecerdasan otak yang dikaruniakan sungguh telah menjadi penghias ketampanan wajah dan keelokan perangainya. Ketampanannya membuat sang guru Imam Kholil ketika mengajarnya tak pernah sekalipun memandang wajahnya. Terkadang dengan memalingkan muka, terkadang dengan membelakanginya, bahkan terkadang Imam Kholil harus menyembunyikan muka dibalik bajunya. Diceritakan, Imam Sibawaih pernah menyunting seorang gadis yang Ayu rupawan dari
قالت العرب أظن أن العقرب أشد لسعة من الزنبور فإذا هو هي أو فإذا هم إياها
Menurut Sibawaih yang benar adalah (فإذا هو هي) ya'ni setelah إذا semua rofa'. Sedangkan menurut Kisa'I ( فإذا هو إياها ) yan'ni setelah إذا yang awal rofa' dan yang kedua adalah nashob. Silang pendapat yang seru itu disaksikan langsung oleh raja
Dengan perasaan yang sedikit dongkol, akhirnya Sibawaih meninggalkan
Referensi :
- Al-Mathlub Syarh Nadzom Maqsud hal 1 (Al-Hidayah)
- Al-Imam Sibawaih, Al-Kitab vol 1 hal 5 (Daar al-Kutub al-Ilmiyah)
- Al-Imam Sibawaih, Al-Kitab vol 1 hal 6 (Daar al-Kutub al-Ilmiyah)
- Ahmad bin Muhammad bin Hamdun, Hasyiyah Ibnu Hamdun vol II hal 53 (Al-Hidayah)
- Ibnu Hisyam, Al-Mughni al-Labib vol I hal 80 (Daar al-Fikr)
Masykur Junaidi