Download kitab pdf terlengkap AswajaPedia Klik di sini

MENGENAL SOSOK IBN HAJAR AL-HAITAMI


Jika dalam kitab Fath al-Muin terdapat kata Syaikhuna, maka yang dimaksud adalah Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Ali al-Haitami. Beliau seorang pakar Fiqih Syafi'iyyah yang hidup di abad ke IX Hijriyyah. Nama besarnya telah terukir dengan tinta emas dalam sejarah perjalanan perkembangan Ilmiyyah. harum namanya tetap senantiasa semerbak,  walau sekitar 454 tahun yang lalu beliau telah wafat. Beliau lebih masyhur dengan sebutan Ibnu Hajar (anaknya batu),

Hajar adalah sebutan sang datuk yang ke tiga. Beliau (sang datuk) adalah publik figur (orang terkenal) di kalangan masyarakat waktu itu. Pemberani dan paling kencang dalam berkuda. Namun, beliau sangat pendiam, tidak mau bicara sepatah katapun kecuali hal-hal yang sangat penting. Sehingga masyarakat menyerupakannya dengan batu yang dilempar, dan akhirnya terkenal dengan sebutan Hajar.  Di edisi bulan Jumada al-Ulaa ini, Mading ROHAH mengajak para pembaca untuk menyimak sisi kehidupan beliau. Semoga sejarah beliau, dapat membakar semangat kita untuk terus mengejar ilmu, sehingga dapat lahir kembali ibnu Hajar-Ibnu Hajar yang lain di kemudian hari.

 

I. Kelahiran dan Masa Tholabul Ilmi

 519 tahun yang lalu, Alloh mentaqdirkan lahirnya seorang bayi yang kelak setelah menginjak usia dewasa, dia akan menjadi sang maestro dalam kancah ilmu Fiqhiyyah. Tepatnya pada bulan Rojab tahun 909 H. Kelahiran bayi mungil itu setelah hijrahnya keluarga dari tempat tinggal aslinya yaitu Salmanat.  Keluarga Ibnu Hajar pindah dari wilayah barat itu bukan tanpa alasan, melainkan untuk menghindari kerusakan moral di wilayah itu. Wilayah yang waktu itu dikuasai seorang penguasa dzolim, yang tidak suka terhadap keluarga ibnu Hajar lantaran mereka adalah orang-orang yang teguh beragama dan senantiasa meniti jalan shufi.

Masa kecil adalah masa yang paling indah. Masa yang biasanya dilalui dengan sukaria, gembira, bahagia, tanpa satupun beban hati yang harus disangga. Masa dimana anak-anak bersandar dan terlindung dalam dekapan Ayah dan Bundanya. Namun kenyataan yang dialami Ibnu Hajar adalah kebalikannya, dia tumbuh sebagai yatim piatu setelah ditinggal Ibu yang kemudian disusul Ayahnya. Ibnu Hajar kecil kemudian diasuh Datuknya yang bernama Ali yang waktu itu sudah berusia 120 tahun lebih. Tidak seberapa lama kemudian datuknya pun wafat meninggalnya. Sepeninggal datuknya Ibnu Hajar kecil diasuh oleh dua guru ayahnya yaitu Al-Syamsu Al-Syanawi dan Al-Syamsu Muhammad Sarowi bin Abi al-Hamail.

Setelah Ibnu Hajar dirasa telah benar-benar menguasai ilmu dasar di desanya, sang guru al-Syanawi memindahkan beliau ke desa Thontho, tempat Sayyid al-Badawi di makamkan. Di sana Ibnu Hajar ngaji kepada dua ulama terkemuka waktu itu dan menghafal Al-Qur'an. Setelah dia masuk diusianya yang ke 15 tahun, tepatnya di awwal tahun 924 H. Ibnu Hajar melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar. Di Sekolah tinggi Islam tertua sedunia itu, dia mulai mendalami ilmu Hadits, Nahwu, Ilmu Ma'ani dan ilmu Bayan, Ushul fiqh, Manthiq, Faro'idh, Hisab dan ilmu kedokteran. Disana juga dia mendalami ilmu fiqih dari berbagai referensinya melalui para pakarnya dimasa itu. Seperti Nashiruddin al-Thobalawi, Tajul 'Arifin Abil Hasan al-Bakri dan yang lain. Dia juga menghafal kitab Al-Minhaj karya Imam al-Nawawi.

Hari-hari dalam thalabul ilmi, beliau lalui bukan dengan santai, enak-enakan dan tampasengsara dan masyaqqot. Melainkan penuh derita dan sering sakit-sakitan. Seperti yang beliau ceritakan sendiri, bahwa beliau tidak jarang harus menahan lapar sampai beberapa hari lantaran tidak mempunyai sesuatu yang dapat di makan. Selama 4 tahun di Al-Azhar beliau tidak satu kalipun mencicipi lezatnya daging, kecuali pada suatu malam beliau diundang untuk makan sate bersama. Beliau menunggu hingga lewat tengah malam, tetapi ternyata sate tersebut hangus dan tidak dapat dimakan. Begitulah hari-hari itu dengan sabar dan tabah beliau jalani sebagai riyadhoh demi tercapainya tujuan. Sampai akhirnya pada tahun 929 H. Ibnu Hajar mendapat sertifikat dan diperbolehkan untuk berfatwa, mengajar dan mengarang. Padahal usia beliau waktu itu masih belum genap 20 tahun.

Pada tahun 932 usia Ibnu Hajar muda telah menginjak yang ke 21 tahun. Di usia itu, oleh guru yang selama ini mengasuhnya, Ibnu Hajar dijodohkan dengan keponakan sang guru. Namun beliau agak keberatan, sebab saat itu beliau masih belum memiliki apa-apa untuk biaya menikah. Kemudian sang gurupun memberikan maskawin pada beliau. Dan akhirnya beliau menikah. Setahun usia pernikahan itu, tepatnya di akhir tahun 933 H. Ibnu Hajar pergi ke Makkah al-Mukarromah untuk menyempurnakan rukun islamnya. Dia pergi bersama sang guru Abil Hasan al-Bakri. Selama setahun dia tinggal di Tanah Haram itu hingga tahun 934 H. Pada saat itu, terlintas niat dalam benak beliau untuk mengarang sebuah kitab. Namun niat itu terhenti, hingga pada suatu malam beliau bermimpi bertemu dengan salah satu sahabatnya yang bernama Harts bin Asad al-Muhasabi. Sahabat itulah  yang memyuruh ibnu Hajar untuk melaksanakan niatnya itu. Mimpi itu membuat beliau teringat bahwa beliau juga pernah bermimpi melihat seorang wanita yang sangat cantik yang kelihatan anggota bagian bawah perutnya. Dalam mimpinya, wanita itu berkata "Tulislah sebuah kitab matan dengan tinta merah dan kitab syarah dengan tinta hitam..!" Kemudian Ibnu Hajar menulis pada selembar kertas sesuai dengan apa yang dikatakan wanita itu. Kejadian itu ternyata mengandung arti yang amat penting mengenai karya-karya beliau di kemudian hari. Warna merah diatas kertas putih agak tidak kelihatan, kemudian warna hitam yang amat terang. Tafsir mimpi itu adalah : "Karya-karya anda kelak akan sangat terkenal setelah sebelumnya samar". Demikianlah kenyataan yang ada, seperti kita saksikan saat ini. Betapa kitab-kitab beliau banyak dijadikan referensi dalam setiap pembahasan Ilmiyah, hususnya dalam forum Bahtsul Masa'il.

Ketika Ibnu Hajar mengarang kitab Syarah al-Irsyad, beliau bermimpi bertemu al-Qodhi Zakariyya yang sudah wafat. Dalam mimpi itu al-Qodhi Zakariyya melepas sorbannya dan memakaikannya di pundak Ibnu Hajar seraya berkata : "Saya tahu, Bahwa Alloh SWt akan mempertemukan aku dengannya".

Di pengujung tahun 937 H. Kembali beliau berangkat ke Makkah al-Mukarromah bersama guru dan putra-putranya. Dalam kesempatan ini beliau juga menyempatkan diri untuk mengarang kitab yang mengomentari kitab yang telah diringkas itu. Kemudian karya itu dibandingkan dengan beberapa kitab dari negara Yaman. Paraulama waktu itu sangat kagum terhadap buah karya ibnu Hajar. Keberhasilan yang dicapai Ibnu Hajar ternyata membuat orang-orang yang hasud kepada beliau merasa iri dan dengki terhadap kesuksesan yang diraih Ibnu Hajar. Hingga dengan tampa sungkan mereka mencuri salah satu kitab beliau yang berjudul "Busyro al-Karim" yang didalamnya berisi syarah kitab "Al-'Ubab". Kejadian itu sangat membuat hati beliau terluka dan tidak pernah hilang dari ingatan. Hingga setiap kali beliau teringat, beliau selalu mendoakan pencuri itu "Semoga Alloh SWT memberi ampunan bagi dia (pencuri)" . Kejadian itulah yang membuat beliau kembali lagi menuju Makkah bersama keluarga dan gurunya. Yaitu pada tahun 940 H.

Dalam perjalanan kali ini sang guru berniat  menetap di Makkah untuk beberapa kegiatan Ilmunya. Yaitu mengarang kitab, mengajar, dan berfatwa. Selama setahun di Makkah Ibnu Hajar mengarang kitab Hasyiyah al-Idhoh karya al-Imam al-Nawawi tentang manasik Haji. Kemudian mensyarah kitab Al-Irsyad dan kitab Al-Ubab yang sampai saat ini masih belum disempurnakan. Tetapi semoga Alloh menyempurnakan kitab ini, sebab kitab ini adalah kitab yang paling luas. Meliputi penjelasa pendapat-pendapat yang kuat dalam madzhab dan meliputi beberapa jawaban kemusykilan yang memuaskan.

 

II. Para Guru, Sahabat dan Murid.

Dari setumpuk karya emasnya, depat terlihat bahwa Ibnu Hajar bukan hanya menguasai satu bidang ilmu saja. Melainkan banyak bidang ilmu yang mampu beliau serap dalam hatinya. Hal itu dikarenakan semasa beliau tholabul ilmu, beliau tidak pernah puas dengan apa yang telah didapatnya. Tiada waktu terlewatkan tanpa beliau mengais pengetahuan dari beberapa ulama terkemuka saat itu. Diantara ulama yang menjadi sumber ilmu beliau adalah :

1.         Syaikh Muhammad bin Abi al-Hamail. Beliau adalah seseorang yang melewati malam tanpa mata terpejam. Dalam berbicara, beliau tidak menggunakan bahasa arab. Melainkan bahasa 'ajam, Hindi, Naubah dan yang lain. Salah satu karomah beliau adalah : Beliau pernah didatangi beberapa penduduk kampung yang mengadukan hama tikus yang menyerang tanaman semangka mereka. Kemudian beliau berkata :"Bertiriaklah kalian di ladang kalian, Hai tikus-tikus…! Muhammad bin Abi al-Hamail memerintahkan kalian untuk segera pergi…!. Setelah itu tidak seekor tikuspun yang masih ada diladang itu.

2.         Syaikhul Islam Zakariyya al-Anshori (826-926 H.). Beliau adalah Pakar fiqh yang paling masyhur, yang menghbiskan hidupnya untuk ilmu. Akhlaq Tawadhu' menghias diri beliau serta akhlaq terpuji lainnya. Pada puncaknya beliau diangkat menjadi Qodhil Qudhot (Hakim Agung) pada era penguasa al-Asyrof Qoyatabai. Namun akhirnya beliau harus meletakkan jabatan itu lantaran indra mata beliau sudah ma'dzur (buta).

3.         Syaikh Abd. Haqq bin Muhammad al-Sanbathi (842-931 H.). Beliau salah satu panutan para ulama di masa itu. Akhir hayat beliau dihabiskan dengan menetap di Makkah al-Mukarromah bersama keluarga besar beliau. Hingga pada akhirnya beliau wafat di tanah suci itu dan dimakamkan di pemakaman Ma'laa.

4.         Syaikh Abu Bakar al-Masyhadi (862-932 H.). Komentar Imam Sya'roni tentang beliau : "Beliau adalah seorang 'Alim, sholih dan ahli ibadah, tidak suka dikenal orang. Beliau selalu mengunci pintu rumahnya, kecuali untuk mereka yang datang mengaji" Salah satu maqolah beliau adalah :

 

 

"Pujian manusia pada hamba Alloh sebelum melewati Shirot al-Mustaqim, Semuanya adalah bual (bohong)".

5.         Syamsuddin al-Daljiy (860-947 H.). Ibnu Hajar mengais dari beliau Ilmu Ma'ani, Ilmu Bayan, Ilmu Ushul dan Manthiq. Beliau wafat di Cairo, Mesir dalam usia 87 tahun.

6.         Ibnu al-Najjar al-Hambaliy (862-949 H.). Beliau menjabat sebagai Hakim Agung bermadzhab Hambali dan berhenti di masa dinasti Utsmaniyyah. Ketika itu Hakim Agung dari tiga madzhab lainnya adalah : Kamaluddin al-Thowil  al-Syafi'i, Abd. Barr bin Syahnah al-Hanafi dan Qodhil Qodhot al-Maliki.

 7.        Syaikh Syamsuddin al-Dhoiruthi (880-949 H.). Beliau pernah menjadi pengajar di Makam Imamuna Syafi'i di Mesir.

 8.        Syaikh Abu al-Hasan al-Bakri (w. 952 H.). Beliau adalah ulama Mesir pertama yang menunaikan ibadah Hajji dengan ditandu. Beliau jarang bahkan tidak pernah bersedekah di siang hari. Sodaqoh beliau dilakukan pada malam hari.

 9.        Syaikh Syihabuddin al-Romli (w. 957 H.). Ibnu Hajar menimba ilmu pada beliau diwaktu masih berusia kurang dari 20 tahun. Beliau terkenal dengan sebutan Imam Romli Kabir.

 10.      Syaikh Muhammad bin Salim al-Thobalawi (w. 966 H.) Beliau ulama paling masyhur di Mesir waktu itu, sebab beliau sering bertemu Rosululloh SAW. Sehingga banyak orang yang datang pada beliau untuk ngambil barokahnya.

 11.      Dan masih 21 guru lagi yang tidak disebutkan.

 

Adapun Sahabat-sahabat Ibnu Hajar diantaranya adalah :

1.         Syamsuddin Muhammad bin Muhammad al-Romli (919-1004 H.) Beliau adalah seorang teman ibnu Hajar ketika keduanya mengaji kepada Syihabuddin al-Romli Kabir. Beliau berdua juga sama-sama mengaji kitab Shohih Bukhori kepada Syaikhul Islam Zakariyya al-Anshori. Beliau berdua laksana dua kuda pacuan. Banyak perbedaan pendapat tentang fiqh dan masalah-masalah ilmiyah yang lain. Perbedaan pendapat itu termasuk pandapat yang mu'tabaroh menurut ulama mutaakhirin Syafi'iyyah. Diantara kitab yang menampilkan perbedaan pendapat Ibnu Hajar dan al-Romli adalah : "Kasyfu al-Ghito' 'an Khilafi ibni Hajar wa al-Syamsi" karya al-Faqih Mushtofa bin Hasan al-'Alwani (w. 1193 H.), "Itsmid al-'Ainain fi bayani ikhtilafi al-Syaikhoin" (Hamisy kitab Bughyah al-Mustarsyidin) karya Syaikh Ali bin Ahmad bin Sa'id al-Hadhromi (w. 1304 H.), "Fath al-'Ali fii al-khilafi baina Ibni Hajar waa al-Romli" karya Sayyid Umar bin Hamid al-'Alawi (1252-1274 H.).

2.         Badruddin al-Ghozi (w. 984 H.). Beliau bertemu dengan Ibnu Hajar ketika sama-sama ngaji pada Syaikh Zakariyya al-Anshori. Dan bertemu kembali di Makkah pada tahun 959 H.

 3.        Abd. Azizi bin Ali al-Zamzami (w. 976 H.)

 

Bukanlah sesuatu yang aneh jika Ibnu Hajar mempunyai murid yang amat banyak jumlahnya. Karena memang kapasitas keilmuannya yang amat tinggi dimasa itu, membuat mereka ingin menyerap ilmu dari sumbernya yang dalam. Disamping itu juga beliau menjadi panutan dalam berbudi mulia dan berakhlaqul karimah. Tidak sedikit dari mereka yang berhasil menjadi seorang yang 'allamah, seakan telah mewarisi ilmu sang guru. Sebagian diantara mereka adalah :

 1.        Syaikh Wajihuddin Abd. Rohman al-'Amudi (w. 967 H.). Beliau seorang yang amat 'alim. Sehingga Syaikh Abd. Qodir berkata : "Seorang Syaikh ngaji pada Syaikh, sama dengan Imam Hambali ngaji pada Imam Syafi'i". Beliau mempunyai karya yang berjudul "Hasyiyah 'ala al-Irsyad" yang akan dihapusnya. Namun Ibnu Hajar melarangnya. Beliau menghabiskan masa hidupnya tanpa menikah. Hingga pada hari Jum'at, 19 Rojab 999 H. beliau berpulang ke rahmatulloh.

2.         Jamaluddin Muhammad Thohir al-Hindi (Malikul Muhadditsin). (913-986 H.) Beliau adalah ulama yang sangat kritis terhadap golongan Rofidhoh dan paling berani mengungkap kekufuran mereka. Beliau tidak segan untuk adu pendapat dengan mereka, untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Keberanian itulah yang membuat golongan itu membunuh beliau. Tragedi itu terjadi pada tanggal 6 Syawwal 986 H.

3.         Muhammad bin Ahmad al-Fakihi (923-992 H.). Beliau adalah pakar fiqh bermadzhab  Hambali. Kegemarannya terhadap ilmu membuat beliau tidak bosan-bosannya berkelana menimba ilmu. Sehingga guru-guru beliau sangat banyak hingga sembilan puluh lebih. Beliau mampu menghafal kitab Al-Muqni' (fiqh madzhab Hambali) dan kitab Jam'ul Jawami' (kitab ushul fiqh madzhab Syafi'i).

4.         Abd. Qodir bin Farj. (wafat pada hari Sabtu, 7 Romadhon 1010 H.)

5.         Syaikh Hisan al-Makki al-Hanafi (wafat di Makkah pada bulan Dzul Hijjah 1014 H.).

6.         Syaikh al-Qori' al-Hanafi ( wafat di Makkah pada bulan Syawwal 1014 H. ).

7.         Syaikh Abu Bakar al-Syanwani (wafat pada hari Ahad, 3 Dzul Hijjah 1019 H.).

8.         Syaikh Ali bin Yahya (Nuruddin al-Zayyadi). Al-Syafi'i (wafat pada malam Jum'at, 5 Robi' al-awwal 1020 H.).

 9.        Syaikh Ahmad bin Muhammad al-'Ar'ani al-Syafi'i (w. 1045 H.).

10.       Syaikh Yahya al-Wa'idz al-Syafi'i. (wafat pada tanggal 4 Muharrom 1077 H.).

 

III. Intiqol ila Rohmatillah dan Karya peninggalannya

 

Di balik kemasyhuran Syaikh Ahmad bin Hajar al-Haitami, ternyata kehidupan duniawi beliau masih jauh dari kata nikmat di mata manusia biasa. Bebarapa cobaan kerap menyapa beliau sekeluarga. Selain gangguan dari warga sekitar rumah beliau, beliau juga seakan menjadi gudang penyakit. termasuk penyakit ambeyen dan penyakit pada dzakar. Namun beliau tahu, bahwa hal itu semua karena Alloh AWT amat sayang pada beliau. Dalam sebagian suratbeliau kepada Sayyid Abdulloh al-'Idrus beliau mengadu tentang beberapa penyakit yang terjanggkit dan hinggap ditubuh beliau. Beliau minta barokah doa kepada Sayyid Abdolloh al-'Idrus. Dipertengahan surat itu beliau menulis sebuah syair :

  

 

 

Syaikh Ibnu Hajar tidak pernah terlihat kecuali beliau sedang menulis, memberi fatwa, mengajar dan muthola'ah. Selain itu beliau gunakan untuk istirahat. Begitu seterusnya aktifitas beliau. Sampai pada bulan Rojab tahun 974 H. beliau mulai sakit keras. Hingga pada akhirnya beliau menghembuskan nafas yang terakhir pada hari senin pagi tanggal 23 Rojab 974 H.

 

 

Kabar wafatnya sang Imam segera meluas ke seluruh penjuru wilayah Makkah. Mereka yang ditinggalkan tidak lagi mampu menyembunyikan kesedihannya. Terdengar isak tangis para perempuan dibalik tirai rumahnya, mereka seakan tidak rela atas kemangkatan panutannya. Namun siapakah yang dapat menepis taqdir sang Khaliq. Beliau harus berpulang ke rahmatulloh. Seketika itu para pelayat segera berdatangan ke rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir untuk beliau serta mengambil barokah dari salah satu ulama Alloh SWT itu.

Diceritakan oleh sebagian murid beliau, suatu saat murid tersebut bermimpi melihat Ibnu Hajar sedang duduk di Masjidil Haram. Beliau mengajar sebagaimana biasanya. Dalam hati si murid berbisik "Beliau kansudah wafat…?. Seketika Ibnu Hajar mengangkat kepala dan merkata "Ini (mengajar) adalah kebiasaanku, aku tak akan melupakan kalian".

Diceritakan juga oleh sebagian jama'ahnya. Orang itu pernah bermimpi menyaksikan banyak orang berebut menuju salah satu tempat di Masjidil Haram. Mereka berkata "Syaikh Ibnu Hajar ada di sana…! Kemudian si salah satu jama'ah tersebut menghampiri tempat itu, ternyata benar Syaikh Ibnu Hajar ada di sana

Bukan emas dan batu permata disisakan, bukan rumah super megah ditinggalkan, buka pula harta melimpah diwariskan. Imam Ibnu Hajar meninggalkan teladan mulia, cerita hidup dan karya-karya monumentalnya. Tidak dapat dibantah lagi, bahwa karya-karya emas Ibnu hajar telah tersebar diseluruh penjuru dunia pendidikan Islami. Sekitar 117 judul kitab telah beliau ciptakan dalam berbagai disiplin ilmu. Meliputi Ilmu Hadits, fiqih, sejarah, nahwu, adab, dan 'aqidah. Di bawah ini adalah sebagian koleksi kitab-kitab karya Ibnu Hajar yang dimiliki Perpustakaan Pondok Pesantren Besuk, Yaitu :

 1.        Thufah al-Muhtaj bi syarh al-Minhaj.

2.         Fatawa al-Kubro al-Fiqhiyyah.

3.         Fatawa al-Haditsiyyah.

4.         Al-Durr al-Mandhud fa al-Shalah wa al-Salam 'ala Shohi al-Maqom al-Mahmud.

5.         Idhoh al-Ahkam LimaYa'khudzuhu al-'Ummal wa al-Hukkam.

6.         Al-Zawajir 'an Iqtirof al-Kabair.

7.         Al-I'lam bi Qowathi' al-Islam.

8.         Hasyiyah Al-Idhoh fi al-Manasik.

9.         Fath al-Jawad Syarh Al-Irsyad.

10.       Kaff al-Ri'aa' 'an Muharromat al-Lahwi wa al-Sima'.

 

Demikian sirah Syaikh al-Isalam al-Imam Syihabuddin Abi al-'Abbas Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar al-Haitami. Semoga kita senantiasa mendapat tetesan segar barokah beliau dan semoga kita dapat menteladani kehidupan beliau Amin…  


Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.