Aktifitas keseharian pesantren baru di saja dimulai. Di awwali dengan sholat subuh berja-ma'ah, kemudian nadzoman dan belajar bersama. Ketika jarum jam menunjukkan pukul setengah tujuh istiwa', bel berbunyi pertanda jam belajar te-lah usai. Bermacam kegiatan yang dilakukan para santri. Sebagian kembali ke sudut ruangan kamar-nya untuk menjemput mimpi, ada yang ke warung untuk sekedar minum kopi, ada yang hanya mondar-mandir di depan daerah tanpa tujuan pas-ti, ada juga yang bergegas pergi ke masjid untuk mengaji. Ya, seharusnya itulah yang di prioritaskan sebagai tholibul ilmi, mengaji…me-ngaji … dan terus mengaji…
KH. Abd. Halim bin KH. Ahmad Mutamakkin yang membacanya. Sementara para santri memberi ma'na dan mendengar uraian ketera-ngannya. Kitab yang dibaca adalah Fathul Wah-hab, sebuah karya monumental seorang ulama di abad ke VIII Hijriyyah. bernama Syaikhul Islam Zakariyya al-Anshori. Pada edisi bulan ini, Mading ROHAH menyuguhkan sekelumit sejarah kehidupan beliau.
I. Kelahiran dan masa Tholabul Ilmi
Zakariyya al-Anshori lahir di Sunaikah, sebuah kampung kecil di wilayah timur
Dalam meniti perjalanan tholab dan Istifadah ilmu, Zakariyya menempuhnya bukan dengan malas-malasan, santai, dan bermanja-manja deng-an materi. Melainkan hari-hari itu dilaluinya dengan tekun belajar, riyadhoh, penuh keperihatinan dan sama sekali memutus pikirannya pada kesenangan duniawi. Hal ini terbukti, ketika dia di Al-Azhar, tidak jarang dia harus kelaparan karena tidak mempunyai sedikitpun makanan. Rasa lapar yang sudah tidak mampu ditahannya membuat dia terpaksa mencari kulit semangka disamping tempat wudhu', Kulit semangka itu lalu dibasuh dan dimakan sekedar untuk mengganjal perut kosongnya. Demikianlah bertahun-tahun dia lewati. Hingga pada suatu hari beliau berjumpa dengan seorang laki-laki yang murah hati dan dermawan. Orang itu seakan telah dikirim oleh Alloh SWT untuk melayani kebutuhan Zakariyya. Dermawan itu senantiasa menjadi penuntun dalam perjalanannya mencari ilmu. Mulai menyediakan makanan, minuman, pakaian dan kitab-kitab yang dibutuhkan. Pada suatu hari dermawan itu berkata kepada Zakariyya : "Wahai Zakariya…! Janganlah kau sembunyikan masalah-mu dari aku, kapanpun kamu membutuhkan aku, waktu itu juga aku segera datang".
Pada suatu malam, waktu teman-teman Zakariyya tertidur pulas, tiba-tiba sang dermawan mengajaka Zakariyya menuju sebuah tangga. Dermawan itu berkata :" Naiklah…!" maka Zakariy-ya melangkah menaiki satu tangga. "Naiklah terus…! Begitu seterusnya Zakariyya menuruti perintah. Ketika sampai pada anak tangga terakhir Dermawan itu berkata "turunlah…! Zakariyya-pun segera turun menuju tempat semula. "Wahai Zakariyya…! Sesungguhnya kamu akan hidup dan panjang umur sehingga teman-temanmu menda-huluimu. Kamu akan naik terus hingga pada puncak derajat tertinggi )yaitu menjadi Qodhil Qodhot atau Hakim Agung( dalam masa yang lama, namun kemudian kamu akan kembali turun pada tempat semula )yaitu ketika dipecat dari jabatan itu sebab idra mata beliau sudah ma'dzur/buta(. Kemudian Zakariyya bertanya : "Apakah dikemudian hari aku pasti buta ?" Orang itu menjawab : "Pasti…" Kemudian dalam sekejap orang tersebut menghilang
II. Para Guru Zakariyya al-Anshori
1. Burhanuddin Abu Ishaq Ibrohim bin Shodaqoh al-Muqoddasi al-Hambali )767-850 H.(
2. Syihabuddin Ahmad bin Rojab )lebih terkenal dengan sebutan Ibnu Al-Majdi( al-Syafi'i )773-852 H.(
3. Al-Hafidz Syihabuddin Abu al-Fadhol Ahmad bin Ali bin Muhammad )lebih terkenal dengan nama Ibnu Hajar al-'Asqolani( al-Syafi'i.
4. Taqiyyuddin Abu al-'Abbas Ahmad bin Muham bin Ahmad al-Syumuni al-Hanafiy )801-872 H.(
5. Zainuddin Abu Na'im Ridhwan bin Muhammad bin Yusuf al-Aqobi al-Syafi'f )769-852(
6. Alamuddin Sholih bin Sirojudin Umar al-Bulqini al0Syafi'I Qodhi al-Qudhot )791-856 H.(
7. Zainuddin Abu al-Hasan Thohir bin Muhammad bin Ali al-Nuwairi al-Maliki )790-868 H.(
8. Zainuddin Abu al-Farh Abd. Rohman bin Ali al-Tamimi al-Syafi'f )793-876 H.(
9. Zainuddin Abu Dzarr Abd. Rohman bin Munammad bin Abdulloh al-Zarkasyi al-Mishri al-Hambali )750-845 H.(
10. Muhyiddin Abu Abdulloh Muhammad bin Sulaiman bin Sa'id al-Hanafi )788-879 H.( Beliau terkenal dengan sebutan al-Kafiijay, sebab beliau sangat sering muthola'ah kitab Al-Kafiyyah Nahwu.
11. Syamsuddin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ya'qub al-Qoyani al-Syafi'I Qodhi al-Qudhot )785-850 H.(
12. Syamsuddin Muhammad bin Umar al-Wasithi al-Syafi'I )786-849 H.(
13. Taqiyuddin Abi al-Fadhl Muhammad bin Muhammad bin Fahd al-Asfuni al-Syafi'I )787-871 H.(
14. Aminuddin Abu al-Yaman Muhammad bin Muhammad bin Ali al-Nuwairi al-Syafi'I )…..-853 H.(
15. Syarofuddin Musa bin Ahmad bin Musa al-Subuki al-Syafi'I )762-840 H.(
16. Syarofuddin Abu Zakariyya Yahya bin Muhammad bin Muhammad al-Munawi al-Syafi'I Qodhi al-Qudhot )798-871 H.( Beliau adalah datuk dari al-Syaikh Abd. Ro'uf, pengarang kitan Faidul Qodir Syarah al-Jam'u al-Shagir. 17. Dan yang lain yang tidak dapat dituturkan semua kerena keterbatasan tempat.
Ketinggian dan penguasaan pengetahuan beliau membuat para gurunya memberikan izin pada beliau untuk mulai nasyrul ilmi, mengajar, befatwa bahkan mengarang. Banyak Tholaba-tul ilmi yang mulai menyerap pengetahuan dari beliau dengan mengikuti halaqoh beliau. Tidak sedikit dari mereka yang rela berdesakan untuk berebut mendapatkan tetesan hikmah dari sumber baru itu.
Ketinggian Ilmu Zakariyya makin sempurna dengan dihiasi akhlaq dan pekerti mulia. Jiwa tawadhu', 'iffah, husnul 'usyroh wal adab, dan mudah bergaul dengan semua lapisan ummat.
III. Menjadi Hakim Agung dan resikonya
اعْلَمْ أَنَّ الرَّاحِلَةَ لَا تُنَالُ بِالرَّاحَةِ وَمَعَالِي الْأُمُورِ لَا تُنَالُ بِالرَّاحَةِ , فَمَنْ زَرَعَ حَصَدَ , وَمَنْ جَدَّ وَجَدَ
"Ketahuilah, sesungguhnya sebuah perjalanan tidak akan dapat dicapai dengan bersantai. Keluhuran suatu perkara tidak akan dapat dicapai dengan bersantai. Barang siapa menanam, dia akan menuai dan barang siapa bersungguh-sungguh, dia akan berhasil".
Sekelumit maqolah itu termaktub dalam kitab vol al-adab al-Syar'iyyah. I hal 223. Zakariyya al-Anshori telah dengan payah menanam, kini saatnya beliau menuai tanamannya. Ilmu yang sukar didapat, telah ada dalam dada beliau. Dengan ladang ilmu yang sangat luas, membuat beliau dikarunia kehidupan yang mulia dalam segala hal, baik Agama ataupun dunia.
Sebelum menjabat sebagai Hakim Agung, belaiu sebagai pengajar dibeberapa sekolah tinggi. Beliau juga mengajar di makam Imam Syafi'i yang waktu itu merupakan jenjang pendidikan tertinggi. Dalam sehari beliau sudah mampu menghasilkan sekitar 3000 dirham )kurang lebih Rp. 814.500.000(.
Besarnya penghasilan itu, beliau pergunakan untuk bersedekah dan untuk me-lengkapi koleksi kitab-kitabnya, sehingga tidak satupun yang dapat menandingi jumlah koleksi kitab di perpustakaan pribadi beliau.
Imam Sya'roni berkata :" Menurut saya, di Mesir ini tidak ada orang yang lebih dermawan dari Syaikh Zakariyya al-Anshori".
Tidak sedikit orang yang beliau cukupi kesehariannya. ada yang dijatah perhari, perminggu atau perbulan. Namun dalam bersedekah beliau selalu menyembunyikan-nya dari pengetahuan orang lain. Sehingga banyak yang beranggapan beliau adalah golongan orang yang pelit dan sedikit sedekahnya. Hal ini terbukti, ketika beliau dalam keadaan buta, ada seseorang yang minta sedekah. Beliau tidak langsung mem-beri, melainkan bertanya dulu pada orang dipinggir beliau :"apakah disini ada orang…?" Apa bila dijawab tidak ada orang, maka beliau langsung memberinya. Dan apabila dijawab ada orang, maka beliau menunda pemberian-nya dan berjanji akan diberi diwaktu yang lain.
Makin tinggi pohon menjulang, makin keras angin menerpanya. Makin banyak nikmat dika-runiakan untuk seseorang, makin banyak orang yang menghasudnya. Demikiian resiko yang harus dihadapi seseorang yang mencapi kesuksesan. Tidak terkecuali Syaikh Zakariyya al-Anshori, di balik puncak kesuksesan yang beliau raih, ternyata banyak manusia berhati syetan yang menghasud beliau. Namun sama halnya dengan banyak tokoh sukses yang lain, beliau dengan sabar menjalaninya. Merupakan sebuah resiko bagi yang mendapatkan nikmat dari Alloh SWT. Sebagaimana yang ditembangkan seorang penyair :
إنْ يَحْسُدُونِي فَإِنِّي غَيْـرُ لَائِمـِهِمْ
قَبْلِي مِنْ النَّاسِ أَهْلُ الْفَضْلِ قَدْ حُسِدُوا
فَدـَامَ لِي وَلَهُمْ مـَا بِي وَمَـا بِهِمْ
وَمَـاتَ أَكْثَرُنَـا غَيْظًا بِمَـا يَجِدـُ
III. Sisi kehidupan pribadi, Karya, Murid dan Kemangkatannya.
Mengarungi perjalanan hidup di alam fana ini dan di tengah gelimang harta yang beliau miliki, beliau tetap menjalani hidup sederhana dan bahkan dibawah sederhana. Makanan beliau setiap hari tidak lebih dari sepertiga roghif (roti), sebagaimana dituturkan Imam Sya'roni, salah satu murid yang menjadi khadam beliau selama 20 tahun lebih.
Selain itu, Zakariyya al-Anshori pantang melakukan hal-hal yang sama sekali tidak berguna. Tiada waktu yang terlewatkan oleh sesuatu yang tidak bermanfaat. Ketika ada seseorang yang bicara dengan memanjang-lebarkan kata-kata dan berbelit-belit, maka beliau menghentikannya dan menyuruhnya langsung pada fokus pembicaraan yang dimaksudkan. Hal itu beliau lakukan untuk menghemat waktu agar tidak berlalu dengan sia-sia.
Aktifitas sehari-hari yang penuh kesibukan ilmu, mengajar, mengarang, muthola'ah dan berfatwa. Juga kesibukan melaksanakan tugas sebagai pejabat negara, sama sekali tidak menyurutkan dan mengurangi tingkat ketaatan beliau pada Alloh SWT.
Dalam usia beliau yang lanjut, dengan kondisi fisik yang semakin melemah, sholat tahajjud tetap menghiasi malam-malam beliau seperti biasa sekalipun harus dilakukan dengan berdiri agak miring ke kanan dan ke kiri. Nafsu Syaithoni yang selalu mengintai seorang hamba untuk bermalasan dalam mengabdi pada Tuhannya beliau lempar jauh. Karena beliau kawatir nafsu itu akan mengalahkannya dan takut umur beliau akan terakhiri dengan su'ul khotimah. Wal 'iyadzu billah.
Syekh Zakariyya al-Anshori mengarang beberapa kitab dalam beberapa bidang Ilmu. Meliputi fiqih, tafsir, hadits, nahwu, lughot, tashrif, ma'ani dan bayan, badi', manthiq, medis, faro'idh, hisab dan lain-lain. Banyak karya beliau yang diajarkan ketika beliau masih hidup, sehingga bagi pengajar yang menemukan kemusykilan didalamnya dapat langsung mengklarifikasikannya kepada pengarang. Jika ternyata ada yang salah dalam sebagian redaksinya, beliaupun langsung menggatinya dengan yang benar.
Syihabuddin Ahmad al-Romli adalah satu-satunya orang yang beliau ditunjuk untuk ikut merevisi karangan beliau yang masih butuh penyempurnaan. Al-Romli banyak menyempur-nakan beberapa tempat dalam kitab syarh al-Bahjah dan al-Roudh. Sehingga Zakariyya al-Anshori berkata dalam kitab syarah al-Bahjah : "Ini syarh penduduk desa, bukan syarh satu orang". 60 judul lebih karya yang dihasilkan Zakariyya al-Anshori. Dibawah ini adalah sebagian karya ilmiyah beliau yang tersedia diperpustakaan Pondok Pesantren Besuk :
1. Asna al-Matholib fii Syarh Roudh al-Tholib karya Ibnu al-Muqri.
2. Al-Gruror al-Bahiyyah fii syarh al-Bahjah al-Wardiyyah.
3. Al-I'lam wa al-Ihtimam bijam'i Fatawa Syaikhul Islam.
4. Fath al-'Allam bi syarh al-I'lam bi Ahadits al-Ahkam.
5. Fath al-Wahhab bi syarh al-Manhaj al-Thullab.
Kemahiran dan skiil beliau dalam hal ilmu tidak dapat diragukan lagi, Karenanya tidak heran jika banyak santri yang ingin menyerap segarnya ilmu dari sumbernya. Termasuk mereka yang menjadi ulama termasyhur adalah :
1. Syihabuddin Ahmad )'Amiroh( al-Barlasi )…-957 H.(.
2. Syihabuddin Ahmad al-Romli )al-Romli al-Kabir al-Anshori( )…-957 H.(
3. Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar al-Haitami )909-973 H.(
4. Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Umar al-Hamshi al-Anshori )841-934 H.(
5. Abd. Wahhab bin Ahmad al-Sya'roni )…-973 H.(
6. Zainuddin Umar bin Ahmad bin al-Syama' al-Halabi )880-936 H.(
7. Badruddin Muhammad al-'Ala'i al-Hanafi )…-942 H.(
8. Muhammad bin Ahmad al-Romli )al-Romli al-Shoghir/al-Syafi'i al-Shoghir( )917-1004 H.(
9. Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Syarbini al-Khotib )…-977 H.(
10. Sayyid Kamaluddin Muhammad bin Hamzah al-Dimasyqi )850-933 H.(
11. Rodhiyuddin Abu al-Fadhl Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghozi )862-935 H.(
12. Putra Rodhiyuddin yang bernama Badruddin Abu al-Barokat Muhammad al-Ghozi )904-984 H.(
13. Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin Abi al-Luthf al-Hiskafi )…-971 H.(
14. Jamaluddin Yusuf bin Syaikhul Islam Zakariyya al-Anshori
15. Dan yang lain yang tidak dapat dituturkan semua kerena keterbatasan tempat.
Salah satu murid Zakariyya al-Anshori menyatakan, bahwa beliau wafat pada hari Rabu, 3 Dzul Qo'dah 926 dalam usia 103 tahun. Keesokan harinya, jasad tidak bernyawa yang mulia itu dimandikan dan dikafani dan kemudian dibawa ke Masjid Jami' Al-Azhar untuk disholatkan. Di
Tidak terhitung jumlahnya orang-orang yang akan ikut memberikan penghormatan terakhir kepada beliau. Kemudian datang utusan dari raja membritahukan bahwa kondisi raja ssat itu lemah sehingga tidak dapat ikut sholat Janazah untuk beliau.
Raja memerintahkan agar jasad beliau dimasukkan ke dalam peti dan dibawa ke istana. Setelah disholatkan di istana, Raja memerintahkan supaya jasad beliau dikebumikan di Makam Qorofah bersebelahan dengan makamnya Syaikh Najmuddin al-Khubasyani dekat makam Imamuna Syafi'i r.a.