Download kitab pdf terlengkap AswajaPedia Klik di sini

Syi'ah masa kini

syi'ah

Secara bahasa kata syi’ah berarti pengikut, golongan, seperti  terdapat dalam ayat al – Qur’an:
فوجد فيها رجلين يقتتلان هذا من شيعته وهذا من عدوّه

“…….. maka di dapatinya di dalam kota itu dua orang laki – laki yang berkelahi : yang seorang dari  golongannya  (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun).” QS. Al-Qashash:15.
وإن من شيعته لإبراهيم(83)

“Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).” QS.As-Shaaffat:83.

Dalam terminologi sejarah Islam, Syi’ah berarti aliran yang mempercayai bahwa Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib KW dan keturunannya adalah imam-imam atau pemimpin agama dan umat setelah Rasulullah SAW. Ciri utama yang paling membedakan kelompok ini  adalah fanatisme yang berlebihan kepada sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib KW serta pemimpin mereka, dan meyakini bahwa sayyidina ‘Ali bin Abi thalib KW serta seluruh imam mereka sebagai orang yang ma’shum, yakni terbebas dari segala dosa dan kesalahan, sebagaimana sifat Rasulullah SAW. Sorga saja menurut mereka hanya di peruntukkan bagi orang-orang yang mencintai Sayyidina ‘Ali meskipun tidak ta’at kepada Rasulullah SAW, sementara neraka di peruntukkan bagi orang-orang yang mereka anggap memusuhi Sayyidina ‘Ali meskipun ta’at kepada Rasulullah SAW.

Fanatisme berlebihan mereka melahirkan kebencian yang mendalam serta  cacian terhadap beberapa sahabat Nabi SAW khususnya para Khulafa’ Ar-Rosyidin, Abu Bakar, Umar bin Khottob, dan Utsman bin affan RA sebab mereka di anggap telah merebut kedudukan khilafah yang  seharusnya menjadi hak ‘Ali bin Abi Thalib KW.

Ulama Syi’ah, al-Kulani dalam kitab al-Kafi (kitab ini menjadi rujukan utama kaum Syi’ah) berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar  dan Umar telah meninggalkan dunia dalam keadaan belum bertaubat dan  tidak pernah mengingat apa yang pernag di lakukan terhadap Amirul Mu’minin ‘Ali bin Abi Thalib. Maka bagi keduanya semoga di teruskan kutukan (laknat) dari Allah dan para MalaikatNya”.

Dibagian lain ia berkata: “Seluruh manusia menjadi murtad setelah wafat Nabi, kecuali tiga orang: Miqdad bin Aswad, Abu Dzarrin al-Ghifari dan Salman al-Farisi”.

Rasulullah SAW sendiri pernah mengisyaratkan akan kemunculan aliran ini. Dalam sebuah hadits di nyatakan:
سيأتي من بعدي قوم لهم نبز يقال الرافضة, فإذا أدركتهم فاقتلهم فإنهم مشركون. رواه أحمد والذهبي والدار قطني

              “Akan datang setelah  aku, satu golongan yang mendapat julukan Rofidloh. Jika kamu mendapati mereka, maka perangilah mereka, sebab mereka itu adalah orang-orang musyrik.” HR.Ahmad, ad-Dzahabi, dan ad-Daru Qothni.

Setelah mendengar sabda Rasulullah SAW ini, Sayyidina ‘Ali bertanya mengenai  tanda-tanda mereka , maka Rasulullah SAW menjawab:
ينتحىلون حب أهل البيت وليسوا كذلك, وعلامة ذلك أنهم يسبون أبا بكر وعمر. رواه الدار قطني

“Mereka itu seolah-olah mencintai Ahlu Bait, padahal mereka suka mencaci maki Abu Bakar  dan ‘Umar.”  HR. Ad-Daru quthni.

Dalam bahasa arab kata Rofidloh  berasal dari suku kata Rofdlu  yang berarti meninggalkan. Mengenai sebutan Rofidloh kepada  kaum Syi’ah ini bermula dari zaman Imam Zayd bin ‘Ali Zaynal  ‘Abidin. Orang-orang Syi’ah yang meyakini keutamaan Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib dibandingkan dengan Sayyidina Abu Bakar RA  dan Sayyidina ‘Umar RA, bertanya tentang pandangan beliau terhadap Abu Bakar RA dan ‘Umar RA. Imam Zayd bin ‘Ali kemudian menjawab: “Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni  mereka, aku tidak akan mengatakan apapun kecuali yang baik”. Mendengar jawaban ini, mereka langsung meninggalkan Imam Zayd bin Ali dan tidak pernah datang lagi.

Berawal dari perpecahan dalam persoalan politik, perpecahan ini kemudian melebar pada persoalan keyakinan agama. Kaum Syi’ah ini kemudian terpecah menjadi beberapa kelompok. Kelompok yang  paling utama adalah kelompok Syi’ah Imamiyah dan Syi’ah Zahdiyah. Kelompok Syi’ah Imamiyah juga di sebut dengan Itsna ’Asyariyah (dua belas) karena mereka meyakini kepemimmpinan umat dan agama tidak terlepas dari dua belas orang yang mereka yakini sebagai pemimpin mereka, 1. ‘Ali bin Abi Thalib KW  (w.40H./661M.) 2. Al-Hasan bin Ali (w.50H./669M.) 3. Al-Huseyn bin ‘Ali (w.61H./680M.) 4. Ali Zaynal Abidin bin Al-Huseyn (w.95H./712M.) 5. Muhammad Al-Baqir bin ‘Ali (w.114H./713M.) 6. Ja’far as-Shodiq bin Muhammad (w.148H./765M.) 7. Musa al-Kadhim bin Ja’far (w.183H./799M.) 8. Ali ar-Ridlo bin Musa (w.203H./818M.) 9. Muhammad al-Jawad bin Ali (w.221H./835.) 10. ‘Ali al-Hadi bin Muhammad (w.254H./868M.) 11. Hasan al-Askari bin ‘Ali (w.260H./874M.) 12. Muhammad al-Mahdi bin Hasan (I.265H./878M.). mereka berkeyakinan Imam yang kedua belas menghilang dan tidak di ketahui keberadaanya sampai sekarang dan kelak pada akhir zaman akan muncul.

Keyakinan kepada kedua belas Imam mereka  kemudian menjadi syarat dalam menilai keislaman seseorang. Mengucapkan dua kalimat syahadat saja tampa menyebutkan kedua belas Imam, bagi mereka belum mencukupi untuk menyataka islam seseorang.

Kitab suci al-Qur’an kaum Syi’ah tidak sama dengan umumnya kaum Muslimin. Mereka tidak mempercayai kitab suci yang beredar di tangan kaum Muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah, karena tidak lengkap   dan terdapat pemalsuan, sebab adanya campur tangan dari Sayyidina ‘Utsman RA yang dengan sengaja membuang beberapa ayat al-Qur’an yang mendukung posisi mereka.

Misalnya dalam surat Al-Insyirah. Menurut mereka ada ayat yang sengaja di buang, yang berbunyi.  .وجعلنا عليا "صهرك" .Artinya:”Dan aku jadikan ‘Ali sebagai menantuku”. Padahal surat ini di turunkan sebelum Hijrah Rasulullah SAW. Sementara perkawinan sahabat ‘Ali KW terjadi di Madinah pada tahun kedua Hijrah setelah perang badr.

Keyakinan kelompok ini kepada kedua belas imam mereka sebenarnya tidak sejalan dengan kepribadian, pandangan keagamaan, dan keyakinan kedua belas imam mereka sendiri . dalam pandangan Ahlussunah Wal-Jama’ah, kedua belas imam ini tidak diragukan lagi keagungannya. Sejarah telah mencatat bahwa sebenarnya mereka jauh berseberangan dengan keyakinan kaum Syi’ah.  Imam Ja’far Shodiq misalnya, beliau berkata: ”ya Allah ! aku mengakui abu Bakar dan ‘Umar sebagai pemimpinku dan aku mencintai mereka. Ya Allah! Jika ada didalam hatiku bukan yang demikian, maka biarlah aku tidak mendapat Syafa’at dari Muhammad SAW kelak di hari kiamat.” Riwayat ad-Daru Qothni.

Diriwayatkan dari Syarik bin Abdullah dari Jabir. Berkata Jabir: aku bertanya kepada Abu Ja’far Muhammad al-Baqir bin Ali. Apakah para Ahlul Bait mencaci Abu Bakar RA dan ‘Umar RA? Beliau menjawab: aku mohon perlindungan dari Allah SWT. Beliau lalu berkata: Tidak, bahkan mereka semua mengakui kepemimpinannya dan memohonkan ampun serta rahmat kepada keduanya. Riwayat Ibnu ‘Asakir.

Diceritakan dari Ishaq al-Azroq dari Bisam bin Abdullah al-Syoyrofi. Berkata Bisam: Aku bertanya kepada Abu Ja’far Muhammad al-Baqir: Apa pendapat anda tentang Abu Bakar dan ‘Umar? Abu Ja’far menjawab: Demi Allah aku mengakui kepemimpinannya dan aku memohonkan ampun untuk   keduanya. Aku tidak melihat satupun dari Ahlul bait kecuali mengakui kepemimpinannya. Riwayat Ibnu ‘Asakir.

Diriwayatkan dari Hannan bin Sadir. Aku mendengar Imam Ja’far Shodiq ditanya mengenai Abu Bakar dan Umar RA. Kemudian beliau menjawab: Sesungguhnya kamu bertanya kepadaku mengenai dua orang yang telah makan buah-buahan dari sorga. Riwayat Daru Qothni.

Diriwayatkan dari ‘Amr bin Syamr dari Jabir. Berkata Jabir: berkata padaku Muhammad al-Baqir bin ‘Ali: hai Jabir, telah sampai kepadaku berita bahwa ada sekelompok orang di Irak yang mengaku mencintaiku dan membenci Abu Bakar dan ‘Umar. Mereka juga mengaku bahwa aku yang telah memerintahkannya berbuat demikian.maka sampaikan kepada mereka, sesungguhnya aku di hadapan Allah tidak bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Dan demi dzat yang menguasai Muhammad, jika aku di jadikan sebagai pemimpin, maka aku akan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan darah mereka.aku tidak akan memperoleh Syafa’at Muhammad SAW kalau aku tidak memohonkan ampun untuk keduanya (Abu Bakar dan Umar) dan memohonkan rahmat atas keduanya.sesungguhnya para musuh Allah telah melupakan keduanya. Riwayat Abu Al-Hasan Al-Daru Qothni.

Diriwayatkan dari Muhammad bin Fudlayl dari Salim bin Abi Hafshoh, salah seorang pengikut Syi’ah yang memusuhi Abu Bakar dan Umar. Berkata Salim: aku bertanya kepada Abu Ja’far (Muhammad Al-Baqir) dan kepada Ja’far Shodiq mengenai – pandangannya – tentang Abu Bakar dan Umar RA. Maka menjawab Abu Ja’far: “Hai Salim, aku mengakui kepemimpinan keduanya dan aku lepas tangan dari musuh keduanya, karena kedua orang tersebut adalah pemimpin yang mendapatkan petunjuk Allah SWT”. Lalu berkata Ja’far Shodiq: “Hai Salim, apakah  seorang akan mencaci kepada kakeknya sendiri? Abu Bakar adalah Kakekku.aku tidak akn memperoleh Syafa’at Rasulullah SAW kelak di hari kiamat jika aku tidak mengakui kepemimpinannya, dan aku lepas tangan dari nyang memusuhi keduanya”.



Abu Bakar Al-Siddiq adalah kakek Ja’far Shodiq dari jalur ibunya, yaitu Farwah binti al-Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar Al-Shiddiq. Jadi, jika orang-orang Syi’ah mencaci dan membenci sahabat Abu Bakar al-Shiddiq ra, berarti mereka mencaci dan membenci kakek Imam mereka sendiri. Sungguh tindakan yang tidak rasional dan menggelikan.

Jika dalam persoalan yang menyangkut pokok-pokok ajaran agama Islam saja mereka sudah keluar dari Ahlussunnah Wal Jama’ah, maka dalam ‘amaliah ‘ibadah sehari-hari, hampir semuanya berseberangan, khomer misalnya, menurut mereka hukumnya suci, mengucapkan “Amin” di akhir bacaan Fatihah didalam shalat menurut mereka membatalkan shalat, shalat dluha yang semestinya sunnah, menurut mereka justru di haramkan, dan lain-lain.

Sayyid Muhammad Al-Murtadlo az-Zabidi berkata: “Sebagian diantara mereka bahkan sampai ada yang kufur (murtad) dan Zindiq.” Dalam Hadits di nyatakan:
عن عبدالله بن مغفل رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الله الله في أصحابي لاتتخذوهم غرضا من بعدي, فمن أحبّهم فبحبي أحبهم, ومن أبغضهم فببغضي أبغضهم. رواه الترمذي

“Dari ‘Abdullah bin Mughoffal RA brkata: Rasulullah SAw bersabda: Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kalian menjadikan mereka sebagai sasaran caci maki sesudah aku tiada. Barang siapa mencintai mereka, maka berarti mencintai aku, dan barang siapa membenci mereka maka berarti membenci aku”. HR.Turmudzi.

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.