Download kitab pdf terlengkap AswajaPedia Klik di sini

PENJABARAN AHLAQ / PENGERTIAN AHLAQ

KESIMPULAN TEAM MUSYAWWIRIN DHF

PENJABARAN AHLAQ / PENGERTIAN AHLAQ
====================
PERTANYAAN:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Pertanyaan ngeyeL para Ustaadz...
Apa yg dinamakan اخلاق

JAWAB:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

👉Akhlak
Disebutkan bahwa akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan ibadah.

👉 dan Akhlak yang kita ketahui tersebut memiliki pengertian baik secara bahasa maupun secara istilah.

✍Secara bahasa

Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang diartikan sebagai perangai, tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang.

Jadi akhlak seseorang diartikan sebagai budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya.

✍Secara istilah

Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.

👉Seseorang yang mmeiliki sifat baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela.

👉 Kata akhlak disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini

إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ

Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.
(QS Shad : 46)

✅Akhlak sendiri dibedakan menjadi dua golongan yakni akhlak terpuji atau akhlakul karimah dan akhlak tercela atau akhlakuk mazmumah.

🔴Akhlak Terpuji

Diantara beberapa akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim adalah kesopanan, sabar, jujur, derwaman, rendah hati, tutur kata yang lembut dan santun, gigih, rela berkorban, adil, bijaksana,tawakal dan lain sebagainya.

🔵Seseorang yang mmeiliki akhlak terpuji biasanya akan selalu menjaga sikap dan tutur katanya kepada orang lain dan merasa bahwa dirinya diawasi oleh Allah SWT.

⚫Akhlak tercela

Akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi oleh muslim karena dapat mendatangkan mudharat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

👉 Contoh akhlak tercela diantaranya adalah dusta (baca , iri, dengki, ujub, fitnah, sombong, bakhil, tamak, takabur, hasad, aniaya, ghibah, riyadan sebagainya. Akhlak yang tercela sangat dibenci oleh Allah SWt dan tidak jarang orang yang memilikinya juga tidak disukai oleh masyarakat.

menurut syekh Muhammad Nawawi Al Jawiyydalam kitabnya “Murooqiyul ‘Ubudiyah” Akhlak adalah اخلاق حال للنفس داعية لها الي افعالها من غير فكر و لاروايةٍ  “akhlak adalah kedaan didalam jiwa yang mendorong prilaku yang tidak terpikir dan tidak ditimbang”

Dalam buku lain dijeaskan bahwasanya akhlak menurut terminologi akhlak adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama:” Gambaran batin seseorang “. Karena pada dasarnya manusia itu mempunyai dua gambaran :

👉Gambaran zhahir (luar): Yaitu bentuk penciptaan yang telah Allah jadikan padanya sebuah tubuh.

👉 Dan gambaran zhahir tersebut di antaranya ada yang indah dan bagus, ada yang jelek dan buruk, dan ada pula yang berada pada pertengahan di antara keduanya atau biasa-biasa saja.Gambaran batin (dalam): Yaitu suatu keadaan yang melekat kokoh dalam jiwa, yang keluar darinya perbuatan- perbuatan, baik yang terpuji maupun yang buruk (yang dapat dilakukan) tanpa berfikir atau kerja otak.

⚫Kemudian Al – Ghozali mendifinisikan akhlak sebagai suatu ungkapan tentang keadaan pada jiwa bagian dalam yang melahirkan macam – macam tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.

Dari dua devinisi diatas, kita dapat memahami beberapa hal, diantaranya:

Akhlak itu suatu keadaan bagi diri, maksudnya ia merupakan suatu sifat yang dimiliki aspek jiwa manusia, sebagaimana tindakan merupakan suatu sifat bagi aspek tubuh manusiaSifat kejiwaan mesti menjadi bagian terdalam, maksudnya keberadaan sifat itu tida terlihat.

Ia diwujudkan pad orangnya sebagai kebiasaan yang terus – meenerus selama ada kesempatan.

✅Oleh karena itu, orang kikir yang hanya bersedekah sekali selama hidupnya belum disebut pemurah.Sifat kewajiban yang merupakan bagian terdalam itu melahirkan tindakan – tindakan dengan mudah.

✅Maksudnya, tindakan itu tidak sulit dilakukan.

Oleh karena itu, orang jahat yang bersikap malu, tidak disebut pemalu.Munculnya tindakan – tindakan dari keadaan jiwa atau bakat kejiwaan itu tanpa dipikir atau dipertimbangkan lebih dahulu. Maksudnya, tanpa ragu – ragu dan tanpa memilih waktu yang cocok.

Akhlak itu sudah menjadi adat dan kebiasaan maka tindakan itu lakukan tanpa berpikir, meskipun pemikirannya aktif dalam mempertimbangkan dari berbagai segi.

Orang dermawan misalnya, ia tidak ragu – ragu untuk memberi dan berkorban, tetapi ia hanya mempertimbangkan dari segi kebaikan, jenis kebaikan itu atau sifat pribadi yang suka memberi.

🔵 Jadi pemikirannya itu hanya diarahkan pada segi kebaikan dan aspek – aspeknya saja.Dari akhlak itu ada yang bersifat dan tabi’at dan alami.

Maksudnya, bersifat fitroh sebagai pembawaan sejak lahir, misalnya sabar, inta, dan maluDari akhlak juga ada hasil yang diupayakan, yakni lahir dari kebiasaan, latihan dan lingkungan, misalnya takut dan berani.

Kata akhlak dipakai untuk perbuatan terpuji dan perbuatan tercela.

Oleh karena itu, akhlak memerlukan batasan, agar dikatan akhlak terpuji dan akhlak tercela
Akhlak yang didahului tindakan – tindakan kejiwaan, ia menjadi langkah terakhir dari tindakan – tindakan itu.

Yang pertama kali datang pada hati manusia adalah ide yakni perkataan diri. Setelah itu, diri manusia berbicara kepada hati tentang berbagi hal, maka hati itu cenderung pada salah satu hal tersebut.

👉Kecendrungan adalah tujuannya seseorang pada salah satu ide yang tergambar dalam hati dan ingin mencapai tujuan dan ide tersebut. Jikia salah kecendrungan mengalahkan kecendrungan – kecendrungan yang lainnya, kecendrungan itu menjadi harapan.

Harapan adalah menangnya salah satu kecendrungan atas semua kecendrngan atas semua kecendrungan dalam hati seseorang.

Jika orang itu memikirkan dan mempertimbangkan harapan ini secara matang, lalu membulatkan tekad kepadanya, harapan ini menjadi suatu keinginan.

Keinginan adalah sifat  diri yang telah membulatkan tekad terhdap salah satu harapan diatas untuk dapat dibuktikan. Jika keinginan itu terus – menerus dan berulang – ulang maka jadilah suatu adat dan kebiasaan

🔴Imam Al-Ghazali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam, yaitu:

Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jahil ( الخاهل ).

Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut al-jahil al-dhollu (الجاهل الضّالّ ).

Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka pelakunya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq ( الجاهل الضّالّ الفاسق ).

Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi.

Orang yang melakukannya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq al-syarir ( الجاهل الضّالّ الفاسق الشّرير ).

Menurut Imam Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama, kedua dan ketiga masih bisa dididik dengan baik, sedangkan tingkatan keempat sama sekali tidak bisa dipulihkan kembali.

Karena itu, agama Islam membolehkannya untuk memberikan hukuman mati bagi pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat umum. Sebab kalau dibiarkan hidup, besar kemungkinannya akan melakukan lagi hal-hal yang mengorbankan orang banyak.

📚*REFERENSI*

📓 لسان العرب
خلق جمع: أَخْلاَقٌ. [خ ل ق].
1. "كَانَ عَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ" : حَسَنُ الطَّبْعِ وَالأَدَبِ وَالسُّلُوكِ. "عَرَفْتُهُ سَيِّئَ الخُلُقِ" "فَاقَ أَقرَانَهُ بِسُمُوِّ أَخْلاَقِهِ" "كَرَمُ الأَخْلاَقِ" "مَكَارِمُ الأَخْلاَقِ".
2. "شُرْطَةُ الأَخْلاَقِ" : قِسْمٌ فِي جِهَازِ الأَمْنِ يَسْهَرُ عَلَى مُرَاقَبَةِ الآدَابِ العَامَّةِ فِي الْمَدِينَةِ.

📓 لسان العرب
اخلاق جمع: خُلُق. [خ ل ق]. "لَهُ أَخْلاَقٌ حَسَنَةٌ" : الآدَابُ والسُّلوكُ الحَسَنُ. إِنَّمَا بُعِثْتُ لأتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ (حديث ).

📔قاموس المنور ص 364
خلق ج اخلاق

📗الكتاب الفقيه والمتفقه للخطيب البغدادى ٢ ص ٢٢١ مكتبة الشاملة
أنا علي بن أحمد بن إبراهيم البزار البصري , نا الحسين بن محمد بن عثمان الفسوي , نا يعقوب بن سفيان , نا سعيد بن أبي مريم , نا يحيى بن أيوب , عن محمد بن عجلان , عن القعقاع بن حكيم يعني , عن أبي صالح , عن أبي هريرة , أن رسول الله صلى الله عليه وسلم , قال: «أكمل المؤمنين إيمانا , أحسنهم خلقا» وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: بعثت لأتمم صالح الأخلاق

📔 الأخلاق في الإسلام عبارة عن المبادئ والقواعد المنظمة للسلوك الإنسانى ، والتي يجددها الوحي لتنظيم حيات الإنسان على نحو يحقق الغاية من وجوده في هذا العالم على الوجه الكمل والأتم ، ويتميز هذا النظام الإسلامي في الأخلاق بطابعين :

الأول : أنه ذو طابع إلهي ، بمعنى أنه مراد الله سبحانه وتعالى.
الثاني : أنه ذو طابع إنساني، أي للإنسان مجهود ودخل في تحديد هذا النظام من الناجية العملية.
وهذا النظام العمل من اجل الحياة الخيرية ، وهو طراز السلوك وطريقة التعامل مع النفس والله والمجتمع. وهو نظام يتكامل فيه الجانب النظري مع الجانب العملي منه، وهو ليس جزءا من النظام الإسلامي العام فقط، بل هو جوهر الإسلام ولبه وروحه السارية في جميع نواحيه : إذالنظام الإسلامي - على وجه العموم - مبني على مبادئه الخلقية في الأساس، بل إن الأخلاق هي جوهر الر سالات السماوية على الإطلاق. فالرسول صلى الله عليه وسلم يقول: " إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق " (رواه أحمد في مسند). فالغرض من بعثته - صلى الله عليه وسلم - هو إتمام الأخلاق، والعمل على تقويمها ، وإشاعة مكارمها، بل الهدف من كل الرسالات هدف أخلاقي، والدين تفسه هو حسن الخلق.

ولما للأخلاق من أهمية نجدها في جانب العقيدة حيث يربط الله سبحانه وتعالى ورسوله  صلى الله عليه وسلم - ينين الإيمام وحسن الخلق ، ففي الحديث لما سئل الرسول صلى الله عليه وسلم : أي المؤمنين أفضل إيمانا ؟ قال صلى الله عليه وسلم : "أحسنهم أخلاقا"( رواه ابطبراني في الأوسط )

📔ثم إن الإسلام عدّ الإيمان برا، فقال تعالى : [ لبس البر أن تولوا وحوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر كن آمن بالله واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيين ] (القرة : ١٧٧)
وقد قال النبي صلة الله عليه وسلم : " البر حسن الخلق " (رواه مسلم) . والبر صفة للعمل الأخلاقي أو هو اسم جامع لأنواع الخير.

📔وكما نحد الصلة بين الأخلاق والإيمان ، نجدها كذلك بين الأخلاق والعبادة إذ إن العبادة روح أخلاقية قي جوهرها؛ لأنها أداء للواحبات الإلهية. ونجدها في المعاملات - وهي الشق الثاني من الشريعة الإسلامية بصورة أكثر وصوحا. وهكذا نرى أن لإسلام قد ار تبطت جوانبه برباط أخلاقي، لتحقيق غاية أخلاقية، الأمر الذي يؤكد أن الأخلاق هي روح الإسلام ، وأن النظام التشريعي الإسلامي هو كيان مجسد لهذه الروح
الأخلاقية.

📔الخلق نوعا
١ -  خلق حسن : هو الأداب والفضيلة، وتنتج عنه أقوال وأفعال جيملا عقلا وشرعا.
٢-  خلق سيئ : وهو سوء الأداب والرذيلة، وتنتج عنه أقوال وأفعال قبيحة عقلا وشرعا.
وحسن الخلق من أكثر الوسائل وأفضلها إيصالا للمرء للفوزبمحبته رسول الله صلى الله عليه وسلم، والظفر بقربة يوم القيامة حيث يقول :  "أن احبكم إلي وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة أحسنكم أخلاق " [رواه الترمذي] .

📔الأخلاق والممارسة الإيمانية
ان الأخلاق في الإسلام لا تقوم على نظريات مذهبية، ولا مصالح فردية، ولا عوامل بيئية تتبدل وتتلون تبعالها ، وإنما هي فيض من ينبوع الإيمان يشع نورها داخل النفس وخارجها، فليست الأخلاق فضائل منفصلة ، وإنما هي حلقات متصلة في سلسلة واحدة ، عقيدته أخلاق، وشريعته أخلاق، لا يخرق المسلم إحداها إلا أحدث خرقا في إيمانه ..  يقول الرسول صلى االه عليه وسلم :  " لا يزني الزاني حين يزني وهو مؤمن ، ولا يشرب الخمر حين يشربها وهو مؤمن ولا يسرق السارق وهو مؤمن " [رواه البخاري] وسئل صلى اللهوعليه ويسلم : أيكذب المؤمن؟ قال : (لا) ثم تلا قوله تعالى : ( إنما يفتري الكذب الذين لاويؤمنون بآيات الله وألئك هم الكاذبون ) (النحل : ١٠٥).
فالأخلاق دليل الإسلام وترجمته العملية، وكلما كان الإيمان قويا أثمر خلقا قويا.

📔دوام الأخلاق وثباتها
كما أن الأخلاق في الإسلام ليست لونا من االترف يمكن الاستغناء عنه عند اختلاف البيئة ، وليست ثوبا يرتديه الإنسان لموقف ثم ينزعه متى يشاء ، بل إنها ثوابت شأنها شأن الافلاك والمدارات التي تتحرك فيها الكواكب لا تتغير بتغير الزمان لأنها الفطرة (فطرة الله التي فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ) الروم : ٣٠ )

📗Kitab mauidzotul mu'miniin min ihya'u ulumuddin juz 1 hal 204-205
📔وَأَمَّا حَقِيقَةُ الْخُلُقِ فَهِيَ هَيْئَةٌ فِي النَّفْسِ رَاسِخَةٌ عَنْهَا تُصْدِرُ الْأَفْعَالَ بِسُهُولَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ إِلَى فِكْرٍ وَرَوِيَّةٍ، فَإِنْ كَانَتِ الْهَيْئَةُ بِحَيْثُ تَصْدُرُ عَنْهَا الْأَفْعَالُ الْجَمِيلَةُ الْمَحْمُودَةُ عَقْلًا وَشَرْعًا سُمِّيَتْ تِلْكَ الْهَيْئَةُ خُلُقًا حَسَنًا، وَإِنْ كَانَ الصَّادِرُ عَنْهَا الْأَفْعَالَ الْقَبِيحَةَ سُمِّيَتِ الْهَيْئَةُ الَّتِي هِيَ الْمَصْدَرُ خُلُقًا سَيِّئًا. وَإِنَّمَا قُلْنَا إِنَّهَا هَيْئَةٌ رَاسِخَةٌ لِأَنَّ مَنْ يَصْدُرُ عَنْهُ بَذْلُ الْمَالِ عَلَى النُّدُورِ لِحَاجَةٍ عَارِضَةٍ لَا يُقَالُ خُلُقُهُ السَّخَاءُ مَا لَمْ يَثْبُتُ ذَلِكَ فِي نَفْسِهِ ثُبُوتَ رُسُوخٍ. وَإِنَّمَا اشْتَرَطْنَا أَنْ تَصْدُرَ مِنْهُ الْأَفْعَالُ بِسُهُولَةٍ مِنْ غَيْرِ رَوِيَّةٍ؛ لِأَنَّ مَنْ تَكَلَّفَ بَذْلَ الْمَالِ أَوِ السُّكُوتَ عِنْدَ الْغَضَبِ بِجُهْدٍ وَرَوِيَّةٍ لَا يُقَالُ: خُلُقُهُ السَّخَاءُ وَالْحِلْمُ.
وَأُمَّهَاتُ الْأَخْلَاقِ وَأُصُولُهَا أَرْبَعَةٌ: الْحِكْمَةُ، وَالشَّجَاعَةُ، وَالْعِفَّةُ، وَالْعَدْلُ.
وَنَعْنِي بِالْحِكْمَةِ حَالَةً لِلنَّفْسِ بِهَا يُدْرَكُ الصَّوَابُ مِنَ الْخَطَأِ فِي جَمِيعِ الْأَحْوَالِ الِاخْتِيَارِيَّةِ.
وَنَعْنِي بِالْعَدْلِ حَالَةً لِلنَّفْسِ وَقُوَّةً، بِهَا يَسُوسُ الْغَضَبَ وَالشَّهْوَةَ، وَيَحْمِلُهَا عَلَى مُقْتَضَى الْحِكْمَةِ، وَيَضْبِطُهَا فِي الِاسْتِرْسَالِ وَالِانْقِبَاضِ عَلَى حَسَبِ مُقْتَضَاهَا.
وَنَعْنِي بِالشَّجَاعَةِ كَوْنَ قُوَّةِ الْغَضَبِ مُنْقَادَةً لِلْعَقْلِ فِي إِقْدَامِهَا وَإِحْجَامِهَا.
وَنَعْنِي بِالْعِفَّةِ تَأَدُّبَ قُوَّةِ الشَّهْوَةِ بِتَأْدِيبِ الْعَقْلِ وَالشَّرْعِ.
فَمِنِ اعْتِدَالِ هَذِهِ الْأُصُولِ الْأَرْبَعَةِ تَصْدُرُ الْأَخْلَاقُ الْجَمِيلَةُ كُلُّهَا، وَقَدْ أَشَارَ الْقُرْآنُ إِلَى هَذِهِ الْأَخْلَاقِ فِي أَوْصَافِ الْمُؤْمِنِينَ، فَقَالَ تَعَالَى: {إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ} [الْحُجُرَاتِ: 15] فَالْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ مِنْ غَيْرِ ارْتِيَابٍ هِيَ الْقُوَّةُ الْيَقِينُ، وَهِيَ ثَمَرَةُ الْعَقْلِ وَمُنْتَهَى الْحِكْمَةِ، وَالْمُجَاهَدَةُ بِالْمَالِ هُوَ السَّخَاءُ الَّذِي يَرْجِعُ إِلَى ضَبْطِ قُوَّةِ الشَّهْوَةِ، وَالْمُجَاهَدَةُ بِالنَّفْسِ هِيَ الشَّجَاعَةُ الَّتِي تَرْجِعُ إِلَى اسْتِعْمَالِ قُوَّةِ الْغَضَبِ عَلَى شَرْطِ الْعَقْلِ وَحَدِّ الِاعْتِدَالِ، فَقَدْ وَصَفَ اللَّهُ تَعَالَى الصَّحَابَةَ فَقَالَ: {أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ} [الْفَتْحِ: 29] إِشَارَةً إِلَى أَنَّ لِلشِّدَّةِ مَوْضِعًا وَلِلرَّحْمَةِ مَوْضِعًا، فَلَيْسَ الْكَمَالُ فِي الشِّدَّةِ بِكُلِّ حَالٍ وَلَا فِي الرَّحْمَةِ بِكُلِّ

[ والله اعلم بالصواب ]

Diskusihukumfiqh212.blogspot.com

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.