KESIMPULAN TEAM DHF
*HUKUM AIR SEDIKIT TERKENA NAJIS DAN CARA MENSUCIKANNYA*
📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖
🔵Pertanyaan:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Mau tanya para ustad
Gimana hukum wadah tak nyampek 2 kullah trus ad tai (kotoran) cecak nya, setiap hari pasti ad tai (kototan) cecak nya
Mohon penjelasan nya para ulamak
🔴jawaban:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.
📃JAWABN RINGKAS NYA
dalam kasus di atas:
📝Jika ikut pendapat yg menyatakan kotoran cicak najis maka air tersebut tetap di hukumi najis.
Karena dalam madzhab syafiiyah kotoran cicak di hukumi najis, semntara jika air yang sedikit terkena najis maka air tersebut menjadi najis.
Dan jika memang sulit di hindari dan kesulitan utk menjaganya, maka solusinya.
1_ikut fatwa ulama' bahwa air sedikit terkena najis tetap suci selma tdk berubah.
(fatwa imam malik dan di ikuti oleh ulama' syafiiah al_ imam Abu Hamid Al ghozali dan al_imam ar_ruyani)
2_atau ikut fatwa yg menghukumi bahwa kotoran cicak tidak najis.
(Fatwa ulama Hanabilah, al imam IBNU QUDUMAH)
___________________________
di bawah ini rincian hukumnya:
PENJELASAN PERTAMA:
terlebih dahulu kami paparkan
📃HUKUM KOTORAN CICAK
✍Ulama' syafiiyah menegaskan di dlam kitab al_mausu'atul fiqhiyah bahwa:
Segala kotoran hewan baik yg halal di konsumsi ataupun tidak di hukumi najis
ويقول الشافعية: كل مائع خرج من أحد السبيلين نجس سواء كان ذلك من حيوان مأكول اللحم أم لا
✍Kemudian di dalam kitab an najmul wahhajj hal 409 juz 1 di tegaskan bahwa pendapat yg paling shohih kotoran hewan baik yg halal di konsumsi ataupun tidak dan yg mengalir darah nya ataupun tidak ,sperti kotoran ikan atau belalang
adalh najis
قال: (وروث)؛ لما تقدم أنه صلى الله عليه وسلم ألقى الروثة، وقال: (هذا ركس). وفي رواية البخاري: (رجس)، ومعناهما النجس.
وفي روث السمك والجراد، وما ليس له نفس سائلة وجهان، الأصح: نجاسته.
Ringkasnya:
Dalam madzhab syafiiyah KOTORAN CICAK ADALAH NAJIS.
📄Ibnu Qudamah –ulama Madzhab Hanbali– mengatakan:
Bahwa bewan yang tidak mempunyai darah mengalir hukum nya suci (bangkainya) begitu juga kotoran nya juga di anggap suci.
Sebagaimana tertuang dalam kitab nya:
(al-Mughni, 3:252)
مَا لَا نَفْسَ لَهُ سَائِلَةٌ ، فَهُوَ طَاهِرٌ بِجَمِيعِ أَجْزَائِهِ وَفَضَلَاتِهِ
“Binatang yang tidak memiliki darah merah mengalir, dia suci, sekaligus semua bagian tubuhnya, dan yang keluar dari tubuhnya.”
Itu artinya kotoran cicak tidak najis menurut beliu, krena menurut jumhur ulama' dan pendapat yg unggul dalam madzhab syafiiyah pun CICAK adalah hewan yg tidak mempunyai darah merah yg mengalir.
Walaupun pendapat ulama' hanafiyah menggolongkan bahwa cicak tergolong hewan yg berdarah.
⚫Berikut khilafiyah nya soal CICAK apakah tergolong hewan yg darahnya mengalir atau tidak:
✅Mayoritas ulama (jumhur ulama') memutuskan, cicak termasuk binatang yang tidak memiliki darah mengalir. An-Nawawi mengatakan:
وأما الوزغ فقطع الجمهور بأنه لا نفس له سائلة
“Untuk cicak, mayoritas ulama menegaskan, dia termasuk binatang yang tidak memiliki darah merah yang mengalir.” (al-Majmu’, 1:129)
📝Sementara ulama lainnya mengelompokkan cicak sebagai binatang yang memiliki darah merah mengalir, sebagaimana ular.
An-Nawawi menukil keterangan al-Mawardi:
وَنَقَلَ الْمَاوَرْدِيُّ فِيهِ وَجْهَيْنِ كَالْحَيَّةِ وَقَطَعَ الشَّيْخُ نَصْرٌ الْمَقْدِسِيُّ بِأَنَّ لَهُ نَفْسًا سَائِلَةً
Dinukil oleh al-Mawardi, mengenai cicak ada dua pendapat ulama syafiiyah, (ada yang mengatakan) sebagaimana ular. Sementara Syaikh Nasr al-Maqdisi menegaskan bahwa cicak termasuk hewan yang memiliki darah merah mengalir. (al-Majmu’, 1:129)
Dari Madzhab Hanbali, al-Mardawi mengatakan:
والصحيح من المذهب: أن الوزغ لها نفس سائلة. نص عليه كالحية
“Pendapat yang benar dalam Madzhab Hanbali bahwa cicak memliki darah merah yang mengalir. Hal ini telah ditegaskan, sebagaimana ular.” (al-Inshaf, 2:28)
KEMBALI KE POKOK PERMASLAHAN
⚫terlepas dari khilafiyah tersebut:
✍Pendapat yg benar dan di anggab lebih shohih menurut madzhab syfiiyah KOTORAN CICAK ADLAH NAJIS.
Karena dlm permaslahan bhw cicak di golongkan hewan yg tak mempunyai darah namun kotoran nya tetap najis, ia hnya di ma'fu dalam konteks saat mati terjatuh ke dalam air sedikiT
_______________
📝PENJELASAN KE DUA:
Meskipun ulama SYAFIIYAH MENGHUKUMI KOTORAN CICAK ITU NAJIS,
tetapi jika MEMNG SULIT DI HINDARI maka ia termasuk najis yang ma’fu (boleh tidak dicuci).
Dengan syarat syarat tertentu.
🖋di qiyaskan lebih aula /lebih2 dr kotoran burung(dalam madzhab syafi'i najis),yaitu kotoran cicak,
maka dgn ini di hukumkan bhw:
kotoran cicak adalah najis yg di ma'afkan pd tempat sholat dgn syarat
1- tidak basah
2- tidak menempel dibadan waktu sholat
3- tidak nempel dipakaiannya waktu sholat
adapun jika segera membuangnya saat itu maka tidak batal
📝jd sama hukumnya baik banyak atau sedikit jika kotoran cicak itu kering,maka termasuk najis yg ma'fu(dimaafkan)
Sebagaimana di jelaskan di dalam kitab
minhajul qawim jilid 1 halaman 30
ﻭﻳﻌﻔﻰ ﻋﻦ ﺫﺭﻕ اﻟﻄﻲﻭﺭ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﺇﻥ ﻛﺜﺮ ﻟﻤﺸﻘﺔ اﻻﺣﺘﺮاﺯ ﻋﻨﻪ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺘﻌﻤﺪ اﻟﻤﺸﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺣﺎﺟﺔ ﺃﻭ ﻳﻜﻮﻥ ﻫﻮ ﺃﻭ ﻣﻤﺎﺭﺳﻪ ﺭﻃﺒًﺎ،
jg SELARAS dalam tuhfah jilid 2 halaman 120
ﻭﻳﺴﺘﺜﻨﻰ ﻣﻦ اﻟﻤﻜﺎﻥ ﺫﺭﻕ اﻟﻄﻲﻭﺭ ﻓﻴﻌﻔﻰ ﻋﻨﻪ ﻓﻴﻪ ﺃﺭﺿﻪ، ﻭﻛﺬا ﻓﺮاﺷﻪ ﻋﻠﻰ اﻷﻭﺟﻪ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺟﺎﻓﺎ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﻌﻤﺪ ﻣﻼﻣﺴﺘﻪ ﻭﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﻻ ﻳﻜﻠﻒ ﺗﺤﺮﻱ ﻏﻴﺮ ﻣﺤﻠﻪ ﻻ ﻓﻲ اﻟﺜﻮﺏ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻌﺘﻤﺪ
_______________________
✅RINCIAN HUKUM AIR SEDIKIT YANG TERKENA NAJIS
✒Untuk air yang lebih dari dua kulah yang terkena najis maka ulama dari empat madzhab sepakat air itu tetap suci asalkan sifat air (warna, rasa, bau) tidak berubah.
✍Sedangkan untuk air yang sedikit (kurang dari dua kulah) yang terkena najis, maka hanya madzhab Maliki yang menyatakan tetap suci alias tidak najis apabila tidak berubah. Syihabuddin Al-Maliki dalam Irsyadus Salik ila Asyrafil Masalik, hlm. 1/8 menyatakan:
يكره الوضوء بالماء القليل الذي فيه نجاسة لم تغيره فإذا غيرته لم يصح به الوضوء
Artinya: Makruh wudhu dengan air sedikit yang mengandung najis tapi tidak berubah. Apabila najis itu merubah sifat air (warna, rasa, bau) maka tidak sah dibuat wudhu.
✅Dalam keterangan di atas, air sedikit yang terkena najis asalkan tidak berubah hukumnya suci dan boleh dipakai wudhu walaupun hukumnya makruh.
Menurut Imam Malik, yang menjadi mutanajis, suci atau tidak sucinya air jika terkena najis, bukan berdasarkan sedikit atau banyaknya air, tapi berdasarkan ada atau tidaknya perubahan warna, rasa atau baunya. Jadi menurut beliau, jika ada air, baik sedikit atau banyak lalu terkena najis dan terjadi perubahan salah satu dari bau, rasa dan warna air, maka air tersebut tidak bisa dipakai bersuci, begitu juga sebaliknya.
Not:
Pendapat imam malik ini juga di ikuti oleh sebagian ashab sayafiiyah.
⚫Sedangkan madzhab lain yaitu madzhab Hanafi, Syafi'i dan sebagian ulama Hanbali menyatakan najis.
🔖 Hanya saja ada perbedaan pendapat dari ketiga madzhab terakhir tentang ukuran air sedikit.
✅Dalam madzhab Syafi'i sendiri, walaupun mayoritas menyatakan bahwa air sedikit (kurang dua kulah) itu hukumnya najis kalau terkena najis, namun ada pendapat dari Imam Ghazali dan imam al_ruyani yang menyatakan tidak najis asalkan sifat air tidak berubah.
Dalam Ihya Ulumiddin, hlm. 1/129, Al-Ghazali menyatakan:
وكنت أود أن يكون مذهبه كمذهب مالك رضي الله عنه في أن الماء وإن قل لا ينجس إلا بالتغير إذ الحاجة ماسة إليه ومثار الوسواس اشترط القلتين ولأجله شق على الناس ذلك وهو لعمري سبب المشقة ويعرفه من يجربه ويتأمله
Artinya: Saya ingin madzhab Syafi'i seperti madzhab Maliki dalam arti bahwa air yang sedikit (kurang dua qulah) tidak najis (kalau terkena najis) kecuali kalau berubah (warna, bau, rasa). Karena, hukum seperti ini (tidak najis kecuali berubah) sangat dibutuhkan. Disyaratkannya air dua qullah itu menjadi penyebab was-was dan menyulitkan banyak orang dan hanya bisa dipahami oleh orang yang menelitinya.
REFRENSI PENDUKUNG:
📘kitab albahjatul wirdiyah (1/30) :
ﻭﻗﻴﻞ ﻻ ﻳﻨﺠﺲ ﻛﺜﻴﺮ ﺍﻟﻤﺎﺀ و ﻻ ﻗﻠﻴﻠﻪ الا ﺑﺎﻟﺘﻐﻴﺮ ﺣﻜﺎﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﻋﻦ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ و ﻏﻴﺮﻫﻢ و ﺍﺧﺘﺎﺭﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭ و ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻓﻲ ﺍﻼ ﺣﻴﺎﺀ و ﺍﻟﺮﻭﻳﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻴﻪ ﺍﻟﺒﺤﺮ و ﺍﻟﺤﻠﻴﺔ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﻫﻮ ﺍﺧﺘﻴﺎﺭﻱ ﻭﺍﺧﺘﻴﺎﺭ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺭﺃﻳﺘﻬﻢ ﺑﺨﺮﺍﺳﺎﻥ و ﺍﻟﻌﺮﺍﻗﻲ
📘- kitab I'anatut Tholibin :
اعانة الطالبين :
واختار كثيرون من أئمتنا مذهب مالك: أن الماء لا ينجس مطلقا إلا بالتغير،
(قوله: واختار كثيرون الخ) مرتبط بقوله وينجس قليل الماء الخ.(قوله: لا ينجس مطلقا) أي قليلا كان أو كثيرا.قال ابن حجر: وكأنهم نظروا للتسهيل على الناس، وإلا فالدليل ظاهر في التفصيل.
__________________________
*✅CARA MENSUCIKAN AIR SEDIKIT YANG TERKENA NAJIS:*
Air sedikit bila menjadi najis bisa suci kembali dengan menjadikan ia dua qullah meskipun memakai air yang terkena najis asalkan tidak menjadikannya berubah.
(Keterangan Air sedikit bila menjadi najis) artinya menjadi najis sebab kejatuhan najis.
(Keterangan bisa suci kembali dengan menjadikan ia dua qullah) artinya dengan menambahkan air lain padanya tidak dengan menambahkan barang cair lainnya meskipun bisa melebur dengan air.
(Keterangan meskipun memakai air yang terkena najis) artinya meskipun penambahan untuk menjadikannya dua qullah tersebut memakai air lain yang terkena najis, atau menggunakan air musta’mal, atau air yang berubah, atau es atau embun yang telah meleleh.
✒sebagaimana di jelaskan di dalam kitab i'nah ath_tholibiin:
والماء القليل إذا تنجس يطهر ببلوغه قلتين ولو بماء متنجس حيث لا تغير به
( قوله والماء القليل إذا تنجس ) أي بوقوع نجاسة فيه وقوله يطهر ببلوغه قلتين أي بانضمام ماء إليه لا بانضمام مائع فلا يطهر ولو استهلك فيه وقوله ولو بماء متنجس أي ولو كان بلوغه ما ذكر بانضمام ماء متنجس إليه أي أو بماء مستعمل أو متغير أو بثلج أو برد أذيب.
REFRENSI LAIN:
Dalam. Kitab
التعليقة لقاضى حسين Juz 1 hal 488
Air sedikit yang najis bisa suci dengan cara dicampur air lain hingga mencapai dua kullah, baik ditambah dengan air suci, Atau dengan air najis, Dengan syarat saat air mencapai dua kullah tersebut tidak berubah bau, rasa, dan warna.
قال: وإذا كان الماء خمس قرب كبار من قرب الحجاز، فوقع فيه دم أي نجاسة كانت، فلم [تغير] طعمه، ولا لونه، ولا ريحه، لم ينجس، وهو بحاله طاهر، لأن فيه خمس قرب، فصاعدا، وهذا فرق ما بين الكثير الذي لا ينجسه إلا ما غيره وبين القليل الذي ينجسه ما لم يغيره، فإن وقعت ميتة في بئر، فغيرت طعمها، أو ريحها أو لونها، أخرجت الميتة ونزحت البئر، حتى يذهب تغيرها، فتطهر بذلك.
قال: وإذا كان الماء أقل من خمس قرب، فخالطته نجاسة، ليست بفائحة نجسته، فإن صب عليه ماء، أو صب على ماء آخر، حتى يكون الماءان جميعا، خمس قرب فصاعدا، لم ينجس واحد منهما صاحبه.
__________ibaroh senada_______
📗Mujhtashor muzanniy juz 8 hal 102
قال) : وإذا كان الماء أقل من خمس قرب فخالطته نجاسة ليست بقائمة نجسته، فإن صب عليه ماء أو صب على ماء آخر حتى يكون الماءان جميعا خمس قرب فصاعدا فطهرا لم ينجس واحد منهما صاحبه (قال) : فإن فرقا بعد ذلك لم ينجسا بعد ما طهرا إلا بنجاسة تحدث فيهما وإن وقع في الماء القليل ما لا يختلط به مثل العنبر أو العود أو الدهن الطيب فلا بأس به؛ لأنه ليس مخوضا به وإذا كان معه في السفر إناءان يستيقن أن أحدهما قد نجس والآخر ليس بنجس تأخى وأراق النجس على الأغلب عنده وتوضأ بالطاهر؛ لأن الطهارة تمكن والماء على أصله طاهر
📘Al lubab fiil fiqhi imam syafii
83 juz 1
والعاشر: نجاسة٨ الماء، فإن كان قليلا٩ فلا يطهر إلا بأن يصير قلتين١٠ فصاعدا١١، ويذهب تغيره إن حصل فيه، وإن كان كثيرا فيطهر إذا ذهب تغيره
Wallohua'lam bishowwab
diskusihukumfiqh212.blogspot.com
hikmahdhf.blogspot.com