Download kitab pdf terlengkap AswajaPedia Klik di sini

Imam Ibnu Malik, PEMILIK 1000 BAIT ALFIYAH


Ibnu Malik, adalah nama besar yang tidaklah asing ditelinga para santri. Semua pasti telah mendengarnya dan seakan wajib untuk menge-tahuinya. Sangat keterlaluan jika masih ada santri yang belum mengenalnya. Betapa tidak, setiap habis fajar, untaian mutiara bait rojaznya kita ditembangkan sebagai pembuka aktifitas Ta'allum di hari itu. Karya emasnya seakan menjadi kebutuhan primer dalam pendalaman ilmu Nahwu. Beliaulah pengarang 1000 bait nadzom AL-FIYYAH. Muqoddimah Syarah al-Kafiyah, menegaskan : Apabila ada orang kedua yang kapasitas ilmunya sejajar dengan Imam Sibawaih, maka dia adalah Imam Ibnu Malik.  Kehadiran beliau di jajaran ilmuwan Gramatika waktu itu, menambah semaraknya perkembangan Ilmu Nahwu di abad ke VII sejak munculnya ilmu nahwu di abad ke II Hijriah. Beliau juga seakan menjadi generasi baru perjalanan ilmu tata bahasa Arab. Gambaran perkembangan ilmu nahwu di bagi menjadi dua tahap. Tahapan pertama adalah penetapan dan pembukuan kaidah-kaidah bahasa Arab yang dipelopori Imam Sibawaih. Sedangkan tahapan kedua adalah penyaringan terhadap kaidah-kaidah yang telah ditetapkan yang dipelopori Imam Ibnu Malik. Kedua Imam agung itu seakan menjadi dua asas )pondasi( atas kekokohan dan kelestarian ilmu Nahwu mulai muncul diabad ke II Hijriyah hingga saat ini dan Insya Alloh ilaa yaumil qiyamah. Alloh swt telah menganugrahkan kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki ulama Nahwu pendahulu-nya. Hal ini dituturkan beliau yang dikutip Abu al-'Ala' al-Ma'ro dalam untaian syair bahar Thowil :

وإني وإن كنت الأخير زمانه    لآت بما لم تسطعه الأوائل

"Meskipun aku hidup lebih akhir dari zaman mereka,  Sesungguhnya aku hadir dengan apa yang tidak dikuasai para ulama pendahulu"

 

I. KELAHIRAN, SILSILAH DAN AWWAL PENDIDIKAN .

825 tahun silam, di wilayah Jayyan, satu daerah di negara Andalusia )Spanyol( lahir seorang bayi mungil laki-laki yang kemudian diberi nama Muhammad. Lazimnya Seorang bayi, dilahirkan tanpa sedikitpun membawa pengetahuan dari rahim sang Ibu. Tidak terkecuali Muhammad, Inilah pasten Alloh yang telah dilansir dalam Al-Qur'an :

وَاَللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا

 "Alloh mengeluarkan kalian dari rahim Ibu kalian dalam keadaan tampamengetahui sesuatu apapun".

Catatan sejarah tidak menjelaskan secara kongkrit tentang kehidupan orang tuanya. Namun ada dugaan kuat bahwa orang tua beliau wafat ketika beliau masih kecil. Jadi beliau tumbuh besar sebagai yatim. Sebagaimana anak-anak yang lain di masa itu, awal pendidikannya adalah menghafal Al-Qur'an, barulah kemudian dia mulai belajar Ilmu Qiro'ah, tauhid, Lughot )bahasa(, Fiqh dan Hadits.  Dalam mendalami ilmu lughot beliau dituntun seorang guru yang bernama Abul Husain Tsabit bin Khiyar Al-Ghornathi )w. 628 H(. Selain itu dia juga pernah berguru kepada Umar bin Muhammad yang terkenal dengan sebutan Al-Syalaubien )w. 645 H.(.  Dalam pelajarannya Ibnu Malik lebih memprioritaskan keinginannya untuk mendalami Ilmu Bahasa hingga pada akhirnya dia menjadi seorang yang mahir dan menjadi Imam ahli bahasa. Disiplin ilmu Nahwu dan Tashrif serta mengenal syi'ir-syi'ir Arab tentu mengiringi pengeta-huannya tentang bahasa. Luasnya pengetahuan Ibnu Malik tentang Nahwu dan Tashrif sungguh sangat menakjubkan, bagaikan lautan yang tidak mungkin dapat dilalui ombaknya. Sehingga membuat para Imam masa itu menjadi kebingungan dibuatnya. Begitu juga ilmu-ilmu yang lain. Walhasil, Sekalipun Ibnu Malik lebih dikenal dengan dalamnya ilmu Alat, namun beliau sebenarnya juga sangat mendalami ilmu-ilmu yang lain, seperti Tafsir, Fiqh, Hadits, Adab, Sejarah dan lain sebagainya.

Negara Andalus waktu itu dibawah kekuasaan Raja Nashir bin Ya'qub yang menggantikan Ayahandanya yang meninggal tahun 595 H. Kemudian setelah Raja Nashir, wilayah itu beralih tangan dan dikuasai Muhammad bin Yusuf. Pada waktu itu wilayah Andalus bukanlah wilayah yang Aman dan tentram. Melainkan tergolong wilayah yang penuh suasana mencekam, karena gejolak politik dan perebutan kekuasaan.  Ketika usia Ibnu Malik sudah menginjak dewasa, yaitu berusia 25 sampai 30 tahun )625-630( ia bertekad meninggalkan bumi kelahirannya menuju arah timur Andalusi. Hal itu ia lakukan selain karena lari dari situasi negara yang tidak menentu dan tidak aman, juga karena ia berkeinginan untuk melaksanakan ibadah Haji serta memperluas ladang pengetahuaanya di wilayah timur. Hal itu juga biasa dilakukan oleh Ulama yang lain di masa itu. Setelah melaksanakan Ibadah Haji, beliau meneruskan perjalanannya ke negara Syam, Dimasq, Humah, Halaba, Ba'labak, dan pada akhirnya beliau kembali lagi ke Dimasq. Di negara inilah beliau mulai mengajar, menjadi Imam shalat dan berkarya mengarang kitab. Beliau menetap di sanahingga dapat menyaksikan berakhirnya masa dinasti Ayyubiyyah yang berjaya tahun 567 H. sampai tahun 648 H.

Puluhan bahkan mungkin ratusan 'Allamah )orang yang sangat 'alim( hidup di masa itu dan menetap di Dimasq. Seperti Ibnu Mu'thi, Ibnu al-Hajib, Ibnu Ya'isy, Ibnu 'Amr, Al-Sakhawiy, Al-Qofthi, Qodhi al-Qudhot Imam Khollikan, Ibnu Dahiyyah, Al-Hafidz Al-Mundziri, Ibnu Daqiqul 'Ied, Ibnul Manayyir dan masih banyak lagi imam-imam yang lain. Banyaknya ulama tersebut membuat perkembangan ilmu meningkat pesat. Dan hal inilah yang membuat Ibnu Malik ingin terus bermuqim didaerah tersebut dan melupakan tanah kelahirannya.

Perpindahan Ibnu Malik dari Andalusia ke Dimasq, juga telah merubah segala sisi kehidupan beliau. Rupanya beliau sangat mudah beradaptasi dengan masyarakat ketimuran sehingga gaya hidup beliaupun sangat cepat bergeser menjadi gayahidup wilayah yang ditempatinya. Perubahan tersebut juga berujung pada perpindahan Madzhab Fiqh yang dianutnya. Semula beliau bermadzhab Malikiy, karena memang madzhab itulah yang dominan di Andalusia. Setelah pindah, beliau mengikuti madzhab Syafi'i. Padahal perpindahan madzhab bukanlah hal yang remeh. Adapun kitab-kitab yang dipelajari dalam masa mencari ilmu adalah, Kitab Mufashshol karya Al-Zamakhsyari, Al-Kitab karya Imam Sibawaih, Al-Idhoh karya Imam Al-Farisi, Al-Jamal karya Imam Al-Zajjaj, Al-Kafiyah dan Al-Syafiyah karya Imam Ibnul Hajib.

II.        GURU PENGHANTAR KEAGUNGANYA

Setinggi apapun keilmuan seseorang, sedikit banyak pastilah melalui seorang Mu'allim. Sebagaimana maqalah:

 إنَّ الرَّجُلَ لَا يُولَدُ عَالِمًا , وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ

" Sesungguhnya seseorang tidaklah dilahirkan dalam keadan 'Alim, dan Ilmu tidak akan dapat raih hanya dengan belajar"

Tidak terkecuali Imam Ibnu Malik. Keluasan ladang pengetahuanya juga karena gigihnya para guru yang mendidiknya. Sungguh curahan ilmu dari para guru sangatlah deras memenuhi lubang hatinya, hingga membawa Ibnu Malik menjadi Punggawa Nahwu dan Tashrif. Guru-guru Ibnu Malik adalah :

1.         Abil Hasan Alamuddin Ali bin Muhammad bin Abd. Shomad Al-Sakhowi. Pertama kali Ibnu Malik menginjakkan kaki di bumi Dimasq beliau langsung berguru kepada beliau.  Beliau adalah Figur ulama yang sangat cerah pengetahuan Al-Qur'annya, Pemimpin dalam Ilmu Nahwu, Bahasa dan Tafsir. Alim bidang fiqh dan ushul Fiqh. Memiliki jiwa rendah hati dan bagus budi pekerti serta mudah dalam bermasyarakat. Kesehariaanya tidak ada kesibukan selain Isytighol bil al-'Ilmi. Beliau pernah berguru kepada Al-Syathibi dan Al-Taaj al-Kandi )w 643 H(.

2. Abi Shodiq al-Hasan Ibnu Shobbah Al-Makhzumi. Beliau adalah seorang yang Adieb )sangat luhur pekerti( Dayyin )teguh beragama( Sholih, Jalil )Agung derajat(. Beliau wafat tahun 632 H.

3.         Abul Fadhol Najmuddin Mukarrom bin Muhammad bin Hamzah bin Muhammad Al-Masnad. Wafat tahun 635 H.

4.         Abul Baqo' Mufaffiquddin Ya'isy bin 'Ali bin Ya'isy bin Muhammad bin Abissaroya Al-Halabiy yang masyhur dengan sebutan bin Ya'isy dan juga dikenal dengan Ibnu al-Shoni'. Beliau adalah tokoh central ulama Halab. Mayoritas ulama Halab adalah hasil didikannya. Kritis dalam pemahaman halus dalam kalam dan sebagai wadah penampung segala kesuliatan. Salah satu karyanya adalah Syarah al-Mufashshol dan Syarah Tashrif Ibnu Jinaa. Beliau wafat tahun 643 H.

5.         Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad bin Muhammad bin Abi 'Ali bin Abi Sa'd bin 'Amrun Al-Halabi yang terkenal dengan sebutan Abi 'Amrun. Beliau wafat tahun 649 H.

 

III.       KELUARGA DAN PUTRA PENERUSNYA

Dalam catatan sejarah dari orang-orang yang menterjemahkan perjalanan hidup Ibnu Malik, tidak terdapat keterangan kongkrit tenteng keluarga dan Istri-istri beliau. Kapankah beliau menikah?  Siapa dan dari manakh istri beliau ?. Namun sejarah mengakui bahwa beliau dikaruniai dua putra mulia, yaitu:

1. Badruddin Muhammad bin Muhammad bin Abdulloh bin Muhammad bin Abdulloh bin Malik Al-Dimasqi Al-Nahwi ibnu al-Nahwi. Tidak jauh dari ayahandanya, beliau adalah sosok yang jenius, cerdas dan tajam pemahamannya. Pemimpin dalam segala disiplin Ilmu agama. Ilmu beliau terkais dan terwaris dari ayahandanya, sehingga ketika Ibnu Malik sang ayah wafat, segala aktifitas 'ilmiyyah al-Marhum langsung di ganti putra sulungnya itu. Banyak karya yang telah beliau miliki. Yaitu Syarah Al-Fiyyah Ibnu Malik, Syarah Al-Kafiyah, Penyempurnaan Syarah Tashil yang belum disempurnakan ayahandanya, Al-Mishbah fii Ikhtishor al-Miftah (Ilmu Ma'ani), Raudh al-Adzhan, Milhah al-I'rob, Syarah Al-Hajibiyyah dan banyak yang lainnya. Beliau wafat tahun 686 H.

2.         Taqiyyuddin Muhammad bin Muhammad bin Abdulloh bin Muhammad bin Abdulloh bin Malik yang terkenal dengan sebutan Al-Asad. )Kami tidak tahu mengapa beliau terkenal dengan sebutan yang berarti macan itu(. Beliau dikarunia wajah yang rupawan, mempunyai sebuah masjid dan toko yang terkenal. Satu-satunya karya )yang kami ketahui( adalah kitab berbentuk Kalam Natsar )bukan nadzom( yang diberi nama Al-Muqadimah Al-Asadiyyah. Beliau wafat tahun 659 H.

 

IV. KESEHARIAN IMAM IBNU MALIK

Keseharian Imam Agung ini, hanyalah terisi dengan empat perkaara. Yaitu Sholat, Membaca, mengarang kitab dan mengajar. 99,99 persen waktunya tidak akan luput dari empat kegiatan penuh manfa'at tersebut. Memang itulah yangdiajarkan agama Islam. Imam al-Tirmidzi r.a dan Imam Ibnu Maaajah r.a meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a Rosululloh bersabda  :

مِنْ حُسْنِ إسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

"Sebaik Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak penting baginya "

Para ahli sejarah sepakat bahwa Ibnu Malik adalah figur yang teguh beragama, jujur dalam setiap kalamnya, Banyak ibadah sunnahnya, Halus hatinya, sempurna aqalnya dan besar wibawanya. Beliau adalah seorang yang ambisius )sangat berkeinginan(  mempertinggi ilmu dan menghafalnya. Sehingga pada hari wafatnya, beliau masih menyempatkan diri menghafal delapan Nadzom. Beliau juga tidak mudah menulis apa yang dihafalnya tanpa merujuk terlebih dahulu pada referensi )dasar pengambilan( yang ada. Inilah Haalah )tindak laku( ulama yang benar-benar terpercaya.

 

V. WAFAT, KENANGAN, DAN KARYA-KARYA MONUMENTALNYA

Pada tahun 672 H. Ibnu Malik dengan Ilmunya yang seluas samudra serta segudang karyanya, kini harus memenui panggilan Alloh sang Khaliqnya. Assyaikh Bahauddin bin al-Nuhas menembangkan beberapa ba'it syaa'ir dalam bahar Kamil untuk mengenang sang Imam :

قل لإبن مالك إن جرت بك أدمعي # حمرا يحاكيها نجيع القاني

فلقد جرحت القلب حين نعيت لي # وتدفقت بدمائه أجفاني

لكن يهون ما أجن من الأسى # علمي بنقلته الى رضواني

فسقى ضريحا ضمه صوب الحيا # يهمي به بالروح والريحاني "Katakanlah pada Ibnu Malik "Apabila air mataku yang mengiringi kepergianmu mengalir dengan warna merah padam, maka sungguh engkau telah melukai hatiku ketika kabar itu sampai kepadaku. Dan pelupuk mataku menuangkan air mata darah". "Namun, Hal yang dapat menyembunyikan Aku dari duka mendalam adalah aku  tahu bahwa beliau berpindah ke tempat yang lebih nyaman, yaitu Ridho Ilahi Robbi"

"Perguliran kehidupan senantiasa menyiram makamnya, Dengan curahan jiwa suci dan aroma nan wangi"

 

Ibnu Malik termasuk pembesar ulama nahwu di kurun ke tujuh Hijriyyah. Alloh menganugrahinya umur panjang, kesabaran yang tinggi, kejeniusan akal dan kemampuan membaca, menelaah dan merujuk pada referensi pengetahuannya. Berbekal itu semua beliau di beri kemudahan oleh Alloh dalam berkarya. Mencurahkan segala pengetahuannya dengan goresan pena diatas kertas. Dan didokumentasikan sebagai karya emas yang tidak satupun ulama masa itu mampu menandingi karangannya dalam disiplin ilmu Alat.

 I.         Karya Ibnu Malik dalam bidang Nahwu :

1.         Al-Kafiyah al-Syafiyah. Sebuah kitab yang berisi ilmu Nahwu dan Shorf dalam bentuk Nadzom bahar Rojaz. Jumlahnya hampir tiga ribu nadzom. Bait pertama sebagai pembuka adalah :

 قال ابن مالك محمد وقد # نوى إفادة بما فيه اجتهد

2.         Al-Wafiyah fi Syarh Al-Kafiyah. Kitab berbentuk natsar ini mengomentari )Syarh( kitab Al-Kafiyah al-Syafiyah yang juga disyarh oleh putra beliau Imam Badruddin.

3.         Al-Khulashoh. Kitab ini lebih dikenal dan masyhur dengan sebutan Al-Fiyyah. 1000 bait bahar Rojaznya seakan telah merasuk ke dalam sendi-sendi pendidikan tata bahasa arab. Keberadaannya sudah sangat populer sehingga bisa dikatakan tidak ada satupun pesantren yang tidak mengajarkannya. Sesuai dengan namanya yaitu Al-Khulashoh, kitab ini adalah ringkasan kitab Al-Kafiyah al-Syafiyah sebagaimana terlansir dalam bait akhirnya :

 حوى من الكافية الخلاصة # كما اقتضى غنى بلا خصاصة

4.         Tashil al-Fawaid waa takmil al-Maqoshid )al-Tashil(. Kitab ini beliau tulis sewaktu beliau menetap di Dimasq setelah mengarang Al-Kafiyah al-Syafiyah. Sesuai dengan Namanya, Ibnu malik bermaksud mempermudah para pelajar dalam memaham ilmu Nahwu. Karena beliau sendiri merasakan kesulitan mempelajari kitab-kitab Nahwu yang pernah dipelajarinya waktu masih muda. Seperti, Mufashshol-nya Al-Zamakhsyari, Al-Kitab-nya Sibawaih, Idhoh-nya Al-Farisi, Jumal-nya Al-Zajjaj dan Al-Kafiyah dan Al-Syafiyah-nya Ibnul Hajib.

5.         Syarah al-Tashil

6.         Al-Mu'ashshol fii Nadzom Al-Mufashshol. Kitab menadzomkan kitab Al-Mufashshol karya Al-Zamakhsyari. Nama kitab ini tersirat dalam bentuk sya'ir bahar thowil :

وجاء بنظم للمفصل بارع # رفيع على المنظوم يدعى المؤصلا

7.         Sabku al-Mandzum wa fa fakku al-Makhtum. Kitab ini menjadikan kembali kalam natsar dari kitab al-Mu'ashshol.

8.         'Umdatu al-Hafidz wa 'uddah al-lafidz. Kitab ini memuat dasar-dasar ilmu Nahwu.

9.         Syarah 'Umdatu al-Hafidz wa 'uddah al-lafidz. Terkenal dengan nama Syahul 'Umdah

10.       Ikmalul 'Umdah

11.       Syarah Ikmalul 'Umdah

12.       Syawahid al-Taudhih waa al-Tashhih li musykilat al-Jami' al-Shahih. Kitab ini memuat 71 pembahasan untuk  mengupas kemusykilan-kemusykilan I'rob dalam sebagian hadits di kitab Shohih Bukhori.

13.       Al-Muqaddimah Al-Asadiyyah

14.       Sarhu al-Jazuliyyah. Komentar dari kitab karya Abi Musa al-Jazuli.

15.       Nuktah al-Nahwiyyah 'ala muqaddimah ibnu al-Hajib.

II.        Karya Ibnu Malik dalam bidang Shorrof

1.         Lamiyah al-Af'aal. atau disebut juga Al-Miftah fii Abniyah al-af'al . Kitab ini memuat 114 nadzom bahar Basith.

2.         Syarah Lamiyah al-Af'al.

3.         Syarah Tashrif Ibnu Malik yang diambil dari kitab al-Kafiyah.

4.         Ijazu al-ta'rif fii 'ilmi al-Tashrif.

 

III.       Karya Ibnu Malik dalam bidang Lughot :

1.         Nadzmu al-Faro'idz. Imam Suyuthi dalam kitabnya Al-Mazhar fii ;ulumi al-Lughah wa Anwa'iha, mengutip beberapa juz dari kitab ini.

2.         Mutsallatsat ibni Malik al-Musamma Ikmal al-I'lam bi Mutsallats al-Kalam. Kitab ini memeuat 2755 nadzom bahar Rojaz. Karya Ibnu malik ini menunjukkan betapa luas pengetahuan beliau taentang Bahasa, dan betapa mahirnya beliau dalam mengarang nadzom.

3.         Ikmalul Kalam bi tatslits al-Kalam.

4.         Tsulatsiyah al-Af'aal.

5.         Tuhfah al-Maudud fii al-Maqshur wa al-Mamdud. Kitab ini memuat 162 nadzom bahar thowil yang semua huruf akhir dari syatar tsaninya berupa huruf hamzah.

6.         Syarah Tuhfah al-Maudud

7.         Al-I'tidhod fii al-Farqi baina al-dzoo' wa al-Dhoo'.       Selain 7 kitab ini, masih ada 10 kitab yang tidak disebutkan dalam tulisan ini.

 

IV.  Karya Ibnu Malik dalam bidang Qiro'ah :

1.         Al-Malikiyyah fii al-qiro'aat.

2.         Al-Lamiyah fii al-Qiro'at.

 

Demikian sejarah singkat Imam agung Muhammad bin Abdulloh bin Muhammad bin Abdulloh bin Malik al-Andalusi. Semoga kita sekalian senantiasa mendapat barokahnya. Sehingga Alloh mengkaruniakan futuh kepada kiya sekalian Amien.

 

Masykur Junaidi


Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.