KESIMPULAN TEAM DHF
SEPUTAR MEMAKAI KALUNG TASBIH
—————————————————————————
✅PERTANYAAN
Assalmu alaikum kiyai/yai ustad/dzah.. apakah orang yg memakai kalung tasbih itu termasuk orang yang berdzikir, bahkan banyak di kalangan masyarakat pemuda pemudi saat ini yang pakai kalung tasbih tersebut.? akhiron wessalamm
✅JAWABAN
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
⏩Mengalungkan Tasbeh dileher pada asalnya hukumnya mubah (mubah). Mengingat banyak riwayat para ulama yang meletakan tasbeh di leher mereka sebagai kalung. Di kalangan sahabat Rasulullah ada sahabat bernama Tamim ad-Dariy yang menjadikan tasbeh sebagai kalung. Disusul oleh ahli sufi besar yang bernama Fudhail Bin Iyadh yang memiliki kebiasaan mengalungkan tasbeh di lehernya sejak beliau masih menjadi perampok. Kalung tasbeh yang beliau gunakan sebagai sesuatu yang mengingatkan beliau untuk inshaf (taubat).
⏩Begitu juga dengan ahli fiqih papan atas dalam Mazhab imam Malik yang bernama imam Syahnun sebagaimana diriwayatkan oleh imam Qadhi iyadh dalam kitabnya al-Madarik bahwa imam Syahnun mengalungkan tasbehnya di leher.
👉Dari keterangan di atas, sesungguhnya hukum mengalungkan tasbeh di leher adalah boleh lantaran itu dilakukan oleh orang shalih generasi awal islam dan selanjutnya.
👉Mengalungkan tasbeh dileher dibolehkan selama semata-mata dijadikan sebagai hiasan, dianalogikan seperti hukum mengenakan cincin di jari tangan, tentunya dengan bahan yang dibolehkan syariat. Adapun bahan tasbeh yang terbuat dari emas, maka haram dipakai oleh lelaki.
👉Syekh Hasan al-Fatih dalam kitab al-Manhaj as-Shufi menegaskan di antara beberapa Alasan para ulama membolehkan mengalungkan tasbeh dileher adalah tasbeh sebagai salah satu benda mulia, ia memiliki peran sebagai hablul wushul (tali yang menghubungan untuk sampai mendapat ridho Allah) meletakannya di leher merupakan satu bentuk ta'zhim (penghormatan) dan juga lebih aman dari jatuh atau hilang.
👉 Adapun mengalungkan tasbeh dengan tujuan pamer, pengen dipandang berwibawa, ingin nyohor disebut tukang wirid, gila hormat jadi ulama besar, ingin disebut wali yang bekeramat maka hukumnya haram.
👉Pendapat inilah yang kemudian dipopulerkan dalam Thoriqoh Tijaniyah, Syekh Ahmad Tijani Radhiyallahu Anhu melarang keras para Ashhab dan pengikutnya mengalungkan Tasbeh:
وليحذر من تعليق السبحة بالعنق فانه من دواعي الشهرة
Artinya: Hendaknya seseorang menjauhi diri untuk mengalungkan tasbeh di leher lantaran itu dapat menjadi penyebab keinginan pamer.
👉Imam Muhammad an-Nazhifiy dalam kitabnya Mabadi'ul Israq wal Is'ad menambahkan:
من بدع شاعت لدى الافاق ** تعلق السبحة في الاعناق
وجعلها في اليد كالسوار ** وسردها بين ذوي الاخيار
Artinya; Di antara perbuatan Bid'ah yang tersebar ke berbagai tempat adalah mengalungkan tasbeh di leher. Sama halnya menjadikan tasbeh sebagai gelang tangan dengan menggunakannya di antara orang-orang terpilih.
👉Pendapat Thoriqoh Tijaniyah dalam hal ini lebih mengutamakan ihtiyath (kehati-hatian) bahwa jarang sekali orang yang selamat dari jeratan tipuan dan bisikan iblis. Dinyatakan dalam sebuah maqalah:
حب الظهور يقصم الظهور
Perbuatan suka pamer dapat mematahkan punggung seseorang.
👉Imam Ibn Arobiy al-Hatimiy berkata;
الخمول يذهب الحجب والشهرة تورث العجب
Artinya; tidak menonjolkan diri dapat menghilangkan tabir yang mendindingi antara dirinya dengan Allah. Keinginan untuk menjadi terkenal mewarisi keangkuhan.
Takabbur, riya, sum'ah dan ujub merupakan kendaraan iblis untuk menjerumuskan ahli ibadah ke neraka. Naudzu billah.
⏩Berkalung tasbih tidak termasuk tasyabbuh, sebab tasbih bukan perhiasan yg di khususkan utk wanit.
sesuatu dikatakan tasyabbuh bin-nisa` atau bir-rijal (menyerupai laki-laki) apabila memang sesuatu dikhususkan untuk perempuan atau laki-laki. Sehingga jika laki-laki memakai sesuatu yang memang dikhususkan untuk perempuan maka termasuk tasyabbuh bin-nisa`, begitu juga sebaliknya apabila perempuan memakai sesuatu yang dikhusukan untuk laki-laki maka termasuk tasyabbuh bir-rijal. Kedua tasyabbuh ini jelas dilarang dalam ajaran Islam.
(Syamsuddin ar-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, Bairut-Dar al-Fikr, 1404 H/1984 M, juz, 2, h. 374)
وَقَدْ ضَبَطَ ابْنُ دَقِيقِ الْعِيدِ مَا يَحْرُمُ التَّشَبُّهُ بِهِنَّ فِيهِ بِأَنَّهُ مَا كَانَ مَخْصُوصًا بِهِنَّ فِي جِنْسِهِ وَهَيْئَتِهِ أَوْ غَالِبًا فِي زِيِّهِنَّ وَكَذَا يُقَالُ فِي عَكْسِهِ
“Ibnu Daqiq al-Id telah memberikan batasan tentang hal yang haram menyerupai wanita, yaitu sesuatu yang dikhususkan untuk wanita baik jenis maupun potongannya, atau umumnya merupakan perhiasaan mereka. begitu juga sebaliknya”
📝 CATATAN
👉 Hukumnya boleh mengalungkan Tasbeh di leher semata mata bertabartuk dari dzikiran yang dibaca dan untuk menjaga tasbeh khawatir jatuh dan hilang.
👉Haram mengalungkan Tasbeh dengan niat pamer atau berbangga-bangga. Mengalungkan tasbeh di leher tanpa pamer seperti di masukkan ke dalam baju tidak dikeluarkan dipajang hukumnya boleh.
👉Thoriqoh Tijaniyah menekankan pentingnya ihtiyat (berhati-hati) konsentrasi menjaga hati dari bisikan iblis sehingga melarang untuk mengalungkan tasbeh. Terlebih lagi zaman sekarang banyak bangat orang mengaku-ngaku dirinya habib, ngaku ulama besar, pimpinan ahli shufi dengan pamer atribut-atribut orang sholeh pada dirinya padahal atribut tersebut kaga sembabad dengan prilaku keseharian mereka.
👉Lebih utama setelah dzikir menyimpan tasbeh di kantong atau di tas. Atau jika dikalungkan di leher jangan dikeluarkan tetapi dimasukan di dalam baju.
👉Jenis apapun Tasbehnya tetap saja asrornya terdapat pada dzikir yang dibaca.
📚 Referensi
📓بغية المسترشدين - (ج 1 / ص 604)
(مسألة : ي) : ضابط التشبه المحرم من تشبه الرجال بالنساء وعكسه ما ذكروه في الفتح والتحفة والإمداد وشن الغارة ، وتبعه الرملي في النهاية هو أن يتزيا أحدهما بما يختص بالآخر ، أو يغلب اختصاصه به في ذلك المحل الذي هما فيه...........الى ان قال وما ذكره من التصفيق ما بعده فقد اختلف في تحريمه ، أما التصفيق باليد خارج الصلاة من الرجل فقال (م ر) بحرمته حيث كان للهو أو قصد به التشبه بالنساء ، ومال ابن حجر إلى كراهته ولو بقصد اللعب ، وأما الضرب بالدف فصرح ابن حجر بأن المعتمد حله بلا كراهة في عرس وختان وغيرهما وتركه أفضل ، وأما الرقص بلا تكسر وتثنّ فالذي اعتمده ابن حجر أنه مكروه ونقل عن بعض أصحابنا حرمته إن أكثر منه أما ما هو بتكسر وتثنّ فحرام مطلقاً حتى على النساء ، كما صرح به في كف الرعاع.
📓لسان العرب
ذكر
(ذ ك ر]. (فعل: ثلاثي متعد بحرف). ذَكَرْتُ، أَذْكُرُ، اُذْكُرْ، مصدر ذِكْرٌ، تَذْكارٌ، ذِكْرَى.
1."ذَكَرَ اسْمَهُ" : جَرَى على لِسانِهِ، اِنْطَلَقَ بِهِ. "يَذْكُرُ اسْمَ اللهِ".
2."ذَكَرَ اللَّهَ": حَمِدَهُ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، سَبَّحُهُ، مَجَّدَهُ.
📓Thoriqoh Tijaniyah, Syekh Ahmad Tijani Radhiyallahu Anhu
وليحذر من تعليق السبحة بالعنق فانه من دواعي الشهرة.
📓Imam Muhammad an-Nazhifiy dalam kitabnya Mabadi'ul Israq wal Is'ad
من بدع شاعت لدى الافاق ** تعلق السبحة في الاعناق
وجعلها في اليد كالسوار ** وسردها بين ذوي الاخيار
📓Imam Ibn Arobiy al-Hatimiy berkata;
الخمول يذهب الحجب والشهرة تورث العجب
📓(Syamsuddin ar-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, Bairut-Dar al-Fikr, 1404 H/1984 M, juz, 2, h. 374)
وَقَدْ ضَبَطَ ابْنُ دَقِيقِ الْعِيدِ مَا يَحْرُمُ التَّشَبُّهُ بِهِنَّ فِيهِ بِأَنَّهُ مَا كَانَ مَخْصُوصًا بِهِنَّ فِي جِنْسِهِ وَهَيْئَتِهِ أَوْ غَالِبًا فِي زِيِّهِنَّ وَكَذَا يُقَالُ فِي عَكْسِهِ
والله أعلم بالصواب
http://Diskusihukumfiqh212.blogspot.com