Ma'al Ikhwan al-Muhibbin Min Ahlil Khair Wad Din
Lil Imam al-Habib Abdullah al-Haddad
Kalam Hikmah Para Wali
وقال علي - كرم الله وجهه -: مثل الدنيا والآخرة مثل المشرق والمغرب على قدر ما تقرب من أحدهما تبعد عن الآخر، ومثل الضرَّتين إذا أرضيتَ إحداهما أسخطتَ الأخرى، ومثل إناءين أحدهما فارغ والآخر ممتلئ بقدر ما تصُبُّ في الفارغ ينقص الملآن.
Imam ‘Ali karamallah wajhah berkata; “Perumpamaan antara dunia dan akhirat adalah bagaikan antara timur dan barat, sebatas mana kamu menjauh dari salah satunya, maka sebatas itu pula kamu mejauh dari yang lainnya. Dan bagaikan dua istri, apabila kamu lebih suka kepada salah satunya, maka kamu pun membenci yang lainnya. Dan bagaikan dua wadah, yang satu kosong dan yang satu lagi berisi penuh, sebatas mana kamu menuangkannya ke dalam wadah yang kosong, maka sebatas itulah wadah yang berisi penuh akan berkurang”.
وقال رضي الله عنه: وجدت الدنيا ستة أشياء: مطعوم وأطيبه العسل وهو مذقة ذباب، ومشروب وأحسنه الماء وهو الذي يستوي فيه البرُّ والفاجر، ومشموم وأذكاه المسك، وهو دم فأرة، وملبوس وألينه الحرير وهو نسج دودة، ومركوب وأنفسه الفرس وهي التي يُقتَلُ عليها الرجال، ومنكوح وهو مبالٍ في مبالٍ، وحسبك أن المراة تزين بأحسن ما عندها ويُقصَدُ منها أخسُّ ما فيها.
Dan beliau radliyallahu ‘anhu berkata; “Aku mendapati dunia terdiri dari enam perkara;
1. makanan, yang paling enak adalah madu yaitu kotoran lebah.
2. Minuman, yang paling baik adalah air yaitu yang sama-sama diminum oleh orang baik dan orang jahat.
3. Wewangian, yang paling harum adalah misik yaitu darah kijang.
4. Pakaian, yang paling halus adalah sutera yaitu jaring ulat.
5. Kendaraan, yang paling mewah adalah kuda yaitu yang diatas punggungnyalah orang-orang banyak terbunuh.
6. Istri, yaitu tempat kencing dalam tempat kencing.
Cukup bagimu bahwa sesungguhnya wanita itu menghias dirinya dengan sebaik-baik apa yang ada padanya dan yang di maksud adalah perkara yang lebih buruk yang terkandung didalamnya”.
وقال رضي الله عنه: طوبى للزاهدين في الدنيا الراغبين في الآخرة، أولئك قوم اتخذوا الأرض بساطاً، وترابها فراشاً، وماءها طيباً، والدعاء والقرآن شعاراً ودثاراً، فرفضوا الدنيا على منهاج عيسى، عليه الصلاة والسلام،
Dan beliau radliyallahu ‘anhu berkata; “Sungguh beruntung bagi orang-orang yang berlaku zuhud terhadap dunia dan yang mengharapkan akhirat, mereka adalah suatu kaum yang menjadikan bumi sebagai hamparan, tanahnya sebagai tempat tidur, airnya sebagai keni’matan, dan menjadikan do’a dan Al-Quran sebagai pakaian dan selimut, mereka menolak dunia sebagaimana yang dijalani oleh Nabi Isa ‘alaihishshalatu wassalam”.
وفي المعنى أنشدوا:
أن لله رجالاً فطنا # طلَّقوا الدنيا وخافوا الفتنا
نظروا فيها فلما علموا # أنها ليست لحي وطنا
جعلوها لجة واتخذوا # صالح الأعمال فيها سفنا
Mengenai hal ini, mereka bersya’ir;
Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang pandai # mereka menceraikan dunia dan takut akan fitnahnya
Mereka merenunngkan dunia dan ketika itu mereka mengerti # bahwa dunia bukanlah tempat tinggal untuk hidup selamanya
Mereka menjadikan dunia bagaikan samudera dan menjadikan # ‘amal-‘amal shalih mereka di dalam sebagai bahteranya
وقال سعيد بن المسيب ، رحمه الله: الدنيا نذلة، وهي بكل نذل أشبه ، وأنذل منها من يأخذها من غير وجهها.
Sa’id bin Musayyab berkata; “Sesungguhnya dunia adalah kotoran, ia serupa dengan segala kotoran, dan yang lebih kotor darinya adalah orang yang mengambilnya bukan pada tempatnya”.
وللمتنبِّي في المعنى:
وشِبْهُ الشيءِ مُنْجَذِبٌ إِلَيْهِ # وَأَشْبَهُنا بِدُنْيَانَا الطِغَامُ
وَلَوْ لَمْ يَعْلُ إِلَّا ذُوْ مَحَلّ # تَعالى الجَيْشُ وَاِنْحَطَّ القَتَامُ
Mutanabbi berkata dalam sya’irnya berkenaan dengan hal diatas;
Setiap sesuatu akan terpikat kepada sesuatu yang serupa # dan yang paling menyerupakan kita dengan dunia adalah jembel hina
Seandainya seseorang tidak akan memiliki keluhuran kecuali memiliki kedudukan # niscaya serdadu itu akan selalu berada di atas dan debu-debu itu selalu berada di bawah
وقال الحسن البصري رحمه الله: فضح الموت الدنيا؛ فلم يترك لذي لبٍّ فيها فرحاً، رَحِمَ اللهُ أمراً لبس خَلَقاً، وأكل كسرة، ولزق بالأرض، وبكى على الخطيئة، ودأب في العبادة.
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata; “Kematian akan membongkar aib dunia, ia tidak akan
Membiarkan orang-orang yang ber’akal merasa bahagia di dalamnya. Semoga Allah Ta’ala senantiasa merahmati seseorang yang memakai pakaian usang, makan roti kering, tidur beralaskan tanah, menangisi kesalahan-kesalahannya, dan terus-menerus ber’ibadah”.
وقال رحمه الله: إذا دخل القلبَ حبُّ الدنيا ذهب منه خوف الآخرة، و إياكم ما يشغل من الدنيا فإنه لم يفتح عبد على نفسه باباً من الدنيا إلا سدَّ عليه عدَّة أبواب من عمل الآخرة.
Dan beliau rahimahullah berkata; “Jika rasa cinta dunia telah marasuk kedalam hati, maka rasa takut pada akhirat akan hilang darinya, berhati-hatilah terhadap urusan duniawi yang menyibukkan, karena sesungguhnya seorang hamba tidaklah membukakan satu pintu dunia bagi dirinya melainkan beberapa pintu ‘amal akhirat akan tertutup baginya”.
وقال رحمه الله : مسكين ابن آدم يستقل ماله و لا يستقلُّ عمله، يفرح بمصيبته في دينه، ويجزع بمصيبته في دنياه، على الأسقام والأمراض أسست هذه الدنيا، هَبْكَ تصحُّ من الأسقام ، وتبرأ من الأمراض، هل تقدر أن تنجو من الموت ؟
Dan beliau rahimahullah berkata; “Sungguh kasihan anak Adam yang merasa kekurangan harta dan ia tidak merasa kekurangan ‘amal. Ia bergembira dengan musibah yang menimpa agamanya, dan bersedih dengan musibah yang menimpa dunianya. Di atas berbagai macam penyakit dan kesedihanlah dunia ini di dirikan, jika kamu mengira bahwa kamu akan sembuh dari penyakit-penyakit itu dan terbebas dari kesedihan, lalu apakah kamu mampu menyelamatkan dirimu dari kematian?
ولله در القائل:
هَبِ الدُّنيا تواتيكا # أليسَ الموتُ يأتيكا
ألا يا طالبَ الدنيا # دَعِ الدُّنيا لشانيكا
فما تصنعُ بالدنيا # وظلُّ المِيلِ يكفيكا
كما أضحككَ الدهرُ # كذاك الدهرُ يُبكيكَ
Sungguh indah perkataan seorang penya’ir;
Kamu mengira dunia akan tunduk padamu # Bukankah ternyata kematian yang mendatangimu?
Wahai para pemburu dunia # Biarkanlah dunia sebagai musuhmu
Lalu apa yang akan kamu perbuat terhadap dunia # Sedangkan sejengkal naungan sudah mencukupimu
Sebagaimana masa menertawakanmu # demikian pula masa akan menangisimu
وقال محمد الباقر رضي الله عنه: ما الدنيا وما عسى أن تكون، هل هي إلا مركب ركبته أوثوب لبسته أوامرأة أصبتها؟
Muhammad Al-Baqir radliyallahu ‘anh berkata; “Apa artinya dunia? Dan apa yang kamu harapkan darinya kelak? Bukankah ia hanya sebagai kendaraan yang kamu naiki, atau baju vang kamu pakai, atau seorang wanita yang kamu nikahi?”.
وقال وهب بن منبه رحمه الله : للجنة ثمانية أبواب، فإذا حصل الناس عليها قال لهم الخزنة: وعزة ربنا لا يدخلها أحد قبل الزاهدين في الدنيا والعاشقين للجنة.
Wahab bin Munabbah radliyallahu ‘anh berkata; “Surga memiliki delapan pintu, apabila manusia telah sampai didepan pintu surga, penjaga surga berkata kepada mereka; “Demi kemuliaan Tuhan kami, tidak seorang pun diperkenankan memasukinya sebelum orang-orang zuhud (yang meninggalkan kemewahan dunia) dan mereka yang merindukan surga memasukinya terlebih dahulu”.
وقال محمد بن سيرين : اختصم رجلان في الأرض فأوحى الله إلى الأرض : أن كلّميهما، فقالت لهما : يا مسكينان، قد ملكني قبلكما ألف أعور فضلاً عن الأصحاء.
Muhammad bin Sirin berkata; “Dua orang saling bertikai memperebutkan sebuah tanah, lalu Allah Ta’ala mewahyukan kepada bumi; “Berbicaralah kepada keduanya”. Maka ia berkata kepada keduanya; “Wahai dua orang miskin, sungguh aku telah dimiliki oleh seribu orang buta sebelah sebelum kalian berdua apalagi orang-orang yang sehat”.
وقال أبو حازم المدني رحمه الله : ما في الدنيا شيء يسرك إلا وقد لصق به شيء يَسُوْؤُك، الدنيا دار التواء لا دار استواء، ومنزل ترح لا منزل فرح، وموطن شقاء لا موطن رخاء،
Abu Hazim Al Madani rahimahullah berkata; “Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang membahagiakamu kecuali sesuatu yang menyakitimu pasti menyertainya, dunia adalah tempat kecurangan bukan tempat keadilan, dunia adalah tempat kesedihan bukan tempat kebahagiaan, dan dunia adalah tempat kesengsaraan bukan tempat kesejahteraan”.
وقالت له امرأته: إن الشتاء قد يهجم ولا بد لنا من الطعام والثياب والحطب، فقال: من هذا كله بُدٌّ، ولكن لا بُدَّ لنا من الموت، ثم البعث، ثم الوقوف بين يدي الله. ثم الجنة والنار.
Istri Abu Hazim berkata kepadanya; “Sesungguhnya musim dingin akan tiba, kita harus menyediakan makanan, pakaian dan kayu bakar”. Lantas ia (Abu Hazim) berkata; “Semua itu bukanlah sesuatu yang pasti, tetapi yang pasti bagi kita adalah kematian, kebangkitan, berdiri dihadapan Allah Ta’ala, kemudian surga atau neraka”.
وقال رحمه الله: ما تضرب بيدك إلى شيء من الدنيا إلا وتجد فاجراً قد سبقك إليه .
Dan dia berkata; “Tidaklah kamu menggerakkan tanganmu pada sesuatu pun dari dunia kecuali kamu akan mendapati orang yang hanyut dalam kema’shiyatan telah mendahuluimu kepadanya”.
وقال رحمه الله: نعمة الله عليَّ فيما زوى عني من الدنيا أفضل من نعمته عليَّ فيما صرفه إليَّ منها .
Dan dia berkata; “Ni’mat Allah Ta’ala yang di berikan kepadaku yang berupa di jauhkannya diriku dari harta duniawi adalah lebih utama daripada ni’mat-Nya kepadaku yang berupa Dia melimpahkan harta duniawi kepadaku”.
وقال : ما مضى من الدنيا فحُلُمٌ ، وما بقي منها أماني.
Dan dia berkata; “Apa yang telah berlalu dari dunia itu hanyalah impian belaka, dan apa yang tersisa darinya itu hanyalah angan-angan belaka”.
وأنشدوا في المعنى:
كعبور طيفٍ أو كظلٍّ زائلٍ # إنَّ اللبيبَ بمثلها لا يُخدَعُ
Para penya’ir bersenandung tentang ma’na dunia;
Dunia bagaikan hembusan angin atau bayangan yang hilang # Sesungguhnya orang yang ber’akal tidak akan terkecoh olehnya
ولأبي طيب المتنبي:
وكم من يعشق الدنيا قديماً # ولكن لا سبيل إلى الوصال
نصيبُكَ في حياتك من حبيب # نصيبُكَ في منامك من خيال
Abu Thoyyib Al-Mutanabbi berkata dalam sya’irnya;
Berapa banyak orang yang mencintai dunia sejak dulu # Namun tidak pernah mendapatkan jalan untuk mencapainya
Bagianmu dalam hidupmu hanyalah rasa cinta # Bagianmu bagaikan khayalan dalam tidurmu
وقال لقمان عليه السلام: من باع دنياه بآخرته ربحهما جميعاً، ومن باع آخرته بدنياه خسرهما جميعاً.
Luqman Hakim ‘alaihissalam berkata; “Barangsiapa menjual dunianya dengan akhiratnya, niscaya ia akan mendapatkan kedua-duanya, dan barangsiapa yang menjual akhiratnya dengan dunianya, niscaya ia akan kehilangan kedua-duanya”.
وفي وصيته لابنه: إنَّ الدنيا بحر عميق قد غرق فيه ناس كثير، فلتكن سفينتك فيه تقوى الله، وحشوها الإيمان، وشراعها التوكل؛ لعلَّكَ تنجو ، وما أراك ناجياً !
Beliau (Luqman Hakim) berwasiat kepada putranya; “Sesungguhnya dunia in adalah lautan yang sangat dalam, banyak sekali orang yang tenggelam ke dalamnya, maka jadikanlah takwa kepada Allah Ta’ala sebagai perahumu didalam mengarunginya, muatannya adalah keimanan, dan layarnya adalah tawakkal, semoga kamu selamat, dan aku tidak meyakinimu orang yang selamat (kecuali dengan hal tersebut).
وقال مالك بن دينار رحمه الله: إذا سقم البدن لا ينجع فيه طعام ولا شراب ولا نوم ولا راحة، وكذلك القلب إذا غلبه حب الدنيا لم تنفعه الموعظة،
Malik bin Dinar berkata; “Apabila badan telah sakit, maka tidak berguna baginya makanan, minuman, tidur maupun istirahat, demikian pula dengan hati, apabila cinta dunia telah menguasainya, maka nasehat apapu tidak akan bermanfa’at baginya”.
وقال لأصحابه: أنا أدعو وأمنوا أنتم: اللهم لا تُدْخِلْ بيت مالك من الدنيا لا قليل ولا كثير،
Malik bin Dinar berkata kepada sahabatnya; “Aku yang berdoa dan kalian yang mengamininya; “Ya Allah, janganlah Engkau masukkan dunia kedalam rumah Malik baik sedikit maupun banyak”.
وكان إذا خرج من منزله يشد بابه بحبل ويقول : لولا الكلاب تركته مفتوحاً.
Dan apabila Malik bin Dinar keluar dari rumahnya, ia mengikikat pintu rumahnya dengan tali seraya barkata; “Kalau saja bukan karena anjing-anjing itu, aku pasti membiarkannya dalam keadaan terbuka”.
وكان يقول : لا يبلغ العبد منازل الصديقين حتى يدع امرأته كأنها أرملة ويأوي إلى الكلاب.
Dan Malik bin Dinar berkata; “Seorang hamba tidak akan bisa mencapai kedudukan ‘Shiddiqin’ hingga ia membiarkan istrinya bagaikan seorang janda dan ia mengungsi ke tempat anjing”.
ومرَّ على رجل يغرس فسيلاً، فغاب يسيراً، ثم مرَّ وقد أثمر الفسيل ، فسأل عن غارسه، فقيل له : مات، فأنشأ يقول:
مؤمِّلُ دنيا لتبقى له # فمات المؤمِّلُ قبل الأملْ
يُرَبِّي فسيلاً ويُعنى به # فعاش الفسيل ومات الرجلْ
Malik bin Dinar pernah berjalan melewati seseorang yang sedang menanam bibit kurma, beberapa waktu kemudian, ia melewati tempat itu lagi sedangkan bibit tersebut telah tumbuh dan berbuah, lalu ia menanyakan orang yang menanamnya, di katakan kepadanya; ‘Ia telah mati’.
Lantas Malik bin Dinar bersya’ir;
Orang yang mengharapkan dunia agar tetap menjadi miliknya # Ternyata ia telah mati sebelum harapannya tercapai
Ia memelihara dan mengurusnya dengan susah payah # Dan setelah pohon kurma itu hidup, orang itu mati
ولأبي العتاهية:
كم عامرٍ دَارًا لِيَسْكُن ظِلَّها # سَكَنَ القبورَ ودارَه لم يَسكُنِ
Abi ‘Attahiyyah bersya’ir;
Berapa banyak orang yang membangun rumah untuk tempat tinggalnya # Namun sebelum sempat menghuni rumahnya, ia telah menjadi penghuni kuburan
وفي بعض الآثار:((لا تزال لا إله إلا الله تنفع قائليها ما لم يؤثروا صفقة دنياهم على دينهم ، فإذا فعلوا ذلك وقالوها قال الله : كذبتم لستم بها صادقين)).
Disebutkan dalam sebagian atsar;
“Tiada henti-hentinya kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ memberikan manfa’at kepada orang yang mengucapkannya selama mereka tidak mementingkan dunia di atas kepentingan agama mereka, lalu apabila mereka melakukan hal itu dan mengucapkannya, maka Allah Ta’ala berfirman; ‘Kalian telah berdusta. Kalian tidak mengucapkannya dengan jujur’”.
وكان بعض السلف يقول : يا من يمسك السماء أن تقع على الأرض إلا بإذنه، أمسك عني الدنيا.
Sebagian ‘ulama’ salaf berkata; “Wahai orang yang menahan langit agar tidak jatuh ke bumi kecuali dengan seizin-Nya, tahanlah dunia dariku”.
ودخل إبراهيم بن أدهم على المنصور، فقال : يا إبراهيم، ما تقول: فأنشده:
نرقع دنيانا بتمزيق ديننا # فلا ديننا يبقى ولا ما نُرقِّعُ
Ibrahim bin Adham pernah berkunjung kepada Manshur. Lalu Manshur berkata; “Wahai Ibrahim apa yang akan engkau katakan?” Lantas Ibrahim bin Adham membawakan sebuah sya’ir;
Kita memperbaiki dunia dengan merobek-robek agama kita # Maka akhirnya agama kita tidak lagi tersisa dan dunia tidak dapat kita perbaiki
وقال إنسان لداود الطائي: أوصني ، فقال له: صُمْ عن الدنيا وأجعلْ فطرَك الآخرة، وفِرَّ من الناس فِرارك من الأسد.
Seseorang berkata kepada Dawud At- Tha,i; ‘Berilah aku wasiat’. Maka beliau berkata kepadanya; “Berpuasalah dari dunia dan jadikanlah berbukamu adalah akhirat, serta larilah dari manusia sebagaimana kamu lari dari singa”.
ورآه رجل في المنام وهو يعدو فقال له: يا أبا سليمان، ما لك ؟ فقال: الآن أفلتُ من السجن، فلمَّا استيقظ قيل له : مات داود الطائي.
Seseorang dalam mimpinya melihat Dawud At-Tha,i sedang berlari, lalu orang itu bertanya kepadanya; “Wahai Aba Sulaiman, ada apa denganmu?”. Ia (Dawud At-Tha,i) menjawab; “Sekarang aku telah terbebas dari penjara”. Setelah orang itu terbangun, di katakan kepadanya bahwa Dawud At-Tha,i telah meninggal dunia.
وقال الفضيل بن عياض رحمه الله : جُعِلَ الشَّرُّ كلُّه في بيت وجُعِلَ مفتاحُهُ الرغبةَ في الدنيا، وجُعِلَ الخيرُ كلُّه في بيت وجُعِلَ مِفتاحُه الزهادةَ في الدنيا،
Fudlail bin ‘Iyadl rahimahullah berkata; “Seluruh kejelekan dijadikan berada dalam suatu rumah, dan dijadikan sebagai kuncinya adalah cinta terhadap dunia, dan seluruh kebaikan dijadikan berada dalam suatu rumah, dan dijadikan sebagai kuncinya adalah zuhud terhadap dunia”.
وقال رحمه الله: لو كانت الدنيا ذهباً يفنى والآخرة خزفاً يبقى لكان ينبغي لنا أن نؤثر خزفاً يبقى على ذهب يفنى، فكيف والدنيا خزف يفنى والآخرة ذهب يبقى؟.
Dan Fudlail bin ‘Iyadl rahimahullah berkata; “Andaikan dunia ini adalah emas yang fana dan akhirat adalah tembikar yang kekal, niscaya kita lebih memilih tembikar yang kekal daripada emas yang fana, lalu bagaimana jika dunia ini adalah tembikar yang fana dan akhirat adalah emas yang kekal?”.
وقال رحمه الله: لو أُتِيت بالدنيا وقيل لي خذها حلالاً بلا حساب، لكنت أستقذرها كما يستقذر أحدكم الجيفة إذا مر بها أن تصيب ثوبه.
Dan Fudlail bin ‘Iyadl rahimahullah berkata; “Jika dunia dibawa ke hadapanku dan di katakan padaku; ‘Ambillah ia, ia adalah halal serta tanpa hisab’. Niscaya aku merasa jijik terhadapnya sebagaimana salah seorang dari kalian merasa jijik terhadap bangkai ketika ia melewatinya agar jangan sampai mengenai bajunya”.
وقال الإمام الشافعي رحمه الله: لو كنت الدنيا تباع في السوق لما اشتريتها برغيف. لِمَا أرى فيها من الآفات،
Imam Syafi’i rahimahullah berkata; “Seandainya dunia dijual di pasar, pasti aku tidak akan membelinya walau dengan harga sepotong roti, karena aku melihat didalamnya terdapat banyak penyakit”.
وقال رحمه الله:
ومن يجهل الدنيا فإني عَرَفْتُها # وسِيق إلينا عذبها وعذابها
فلم أرها إلا غروراً وباطلاً # كما لاح في ظهر الفلاة سرابها
وما هي إلا جيفة مستحيلة # عليها كلاب همهن اجتذابها
فإن تجتنبها عِشتَ سلمًا لأهلها # وإن تجذبها جاذبتك كلابها
Imam Syafi’i rahimahullah berkata dalam sya’irnya;
Siapa yang tidak mengenal dunia? Sungguh aku pun telah mengenalnya # Dan aku telah merasakan manisnya serta siksaannya
Ternyata, aku tidak melihatnya kecuali penuh dengan tipuan dan kebathilan # Laksana pancaran fatamorgana yang nampak di tengah padang pasir
Dunia tiada lain hanyalah setumpuk bangkai yang berubah bentuk # Di sekelilingnya adalah anjing-anjing yang saling berhasrat untuk menguasainya
Apabila kamu menjauhinya hidupmu akan selamat dari amukan anjing-anjing penguasa bangkai # Namun apabila kamu pun ikut memperebutkannya, maka anjing-anjing itu akan mencabik-cabikmu
وقال بشر بن الحارث رحمه الله: من سأل ربَّه الدنيا فقد سأله طول الوقوف بين يديه، يعني: للحساب،
Bisyr bin aI Harits al Hafi rahimahullah berkata; “Barangsiapa yang memohon dunia kepada Tuhannya, maka sesungguhnya ia telah memohon kepada-Nya untuk berdiri lebih lama di hadapan-Nya”. Ya’ni; Lama karena hisab.
وكان ينشد هذه الأبيات:
أقسم بالله لرضخ النوى # وشربُ ماء القُلُب المالحهْ
أحسن للمؤمن من حرصه # ومن سؤال الأوجه الكالحهْ
فاستغنِ بالله تكنْ ذا غنىً # مغتبطاً بالصفقة الرابحهْ
اليأس عزٌّ والتقى سؤددٌ # ورغبة النفس لها فاضحهْ
من كانت الدنيا له برَّةً # فإنها يوماً له ذابحهْ
Dan Bisyr bin aI Harits al Hafi rahimahullah pernah membawakan bait-bait sya’ir berikut ini;
Aku bersumpah demi Allah, sungguh pecahan biji kurma # Dan seteguk air sumur yang asin
Lebih baik bagi orang mu’min daripada ketamakannya # Dan meminta-minta kepada orang yang bermuka masam (kikir)
Cukupkanlah hanya dengan Allah, niscaya kamu akan menjadi kaya # Menjadi bahagia dengan setiap keuntungan yang di peroleh
Putus harapan dari selain Allah adalah kemuliaan, dan taqwa adalah kehormatan # Sedangkan hasrat hati terhadap dunia adalah suatu keburukan yang nyata
Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai panutannya # Maka sesungguhnya suatu saat dunia akan membinasakannya
وكان ينشد هذين البيتين لبعض السلف، رضوان الله عليهم:
مكرم الدنيا مهان # مستذل في القيامهْ
والذي هانت عليه # فله ثَمَّ الكرامهْ
Dan Bisyr bin aI Harits pernah membawakan dua bait sya’ir berikut ini milik sebagian ‘ulama’ salaf, semoga Allah Ta’ala meridlai mereka semua;
Kehinaanlah bagi orang yang memuliakan dunia # Kelak pada hari kiamat semakin di hinakan
Sedangkan orang yang menganggap dunia hina # Kelak di sana akan mendapatkan kemuliaan
وقال ضِرَارُ بن ضَمُرة يصف علياً، كرم الله وجهه:
كان يستوحش من الدنيا وزهرتها ويأنس بالليل وظلمته، وأشهد لقد رأيته في بعض مواقفه، وقد أرخى الليل سدوله وغارت نجومه، يتململ تململ السليم، ويبكي بكاء الحزين، قابضاً على لحيته قائلاً: يا دنيا غُرِّي غيري: أَلِي تعرَّضتِ ، أم إليَّ تشوَّفت قد بَتَتُّكِ ثلاثاً لا رجعة فيها، فعمرُك قصير، ومجلسك حقير ، وخطرك كبير.آهٍ آهٍ من قلة الزاد ، وبعد الطريق، ووحشة السفر .
Dlirar bin Dlamrah menceritakan kepribadian Imam ‘Aliy karramallahu wajhah; Beliau tidak merasa senang dengan dunia dan kemewahannya, dan beliau merasa senang dengan malam dan kegelapannya. Aku bersaksi, sungguh aku telah melihatnya beberapa kesempatan, saat itu malam telah melabuhkan tirainya, dan bintang-bintangnya telah terbenam, beliau meliuk-liuk dengan liukan yang sehat dan menangis seperti tangisan orang yang di timpa kesedihan sambil memegang jenggotnya seraya berkata;Wahai dunia, tipulah orang selain aku, apakah engkau menawarkan diri kepadaku, ataukah engkau berhias untukku? Sungguh aku telah menthalakmu dengan talak tiga yang tidak ada ruju’ (kembali) lagi di dalamnya, umurmu pendek, tempatmu hina, dan bahayamu besar. Aduuh… aduuh… alangkah sedikitnya bekalku ini, alangkah jauhnya perjalanan ini, dan alangkah sunyinya jalan ini.
وقال بعض السلف: مسكين ابن آدم رضي بدار حلالها حساب وحرامها عذاب، إن أخذه من حِلِّه حُوسِبَ بنعيمه، وإن أخذه من غير حِلِّه عُذِّب به.
Sebagian ‘ulama’ salaf berkata; “Sungguh kasihan anak Adam, ia rela tinggal di suatu tempat yang barang halalnya terdapat hisab, dan barang haramnya terdapat siksa, apabila ia mengambilnya dari jalan yang halal, maka ia akan di hisab karena keni’matannya, dan jika ia mengambilnya dari jalan yang tidak halal, maka ia akan di ‘adzab karenanya”.
وقال المأمون رحمه الله: ما أحسب أحداً يصف الدنيا - يعني من الشعراء- بمثل ما وصفها به الحسن بن هانئ في قوله :
إذا امتحن الدنيا لبيب تكشفت # له عن عدو في ثياب صديقُ
وما الناس إلا هالكٌ وابنُ هالكٍ # وذو نسب في الهالكين عريقُ
AI Ma’mun rahimahullah berkata; “Aku mengira bahwa tidak seorang pun dari para penya’ir yang menggambarkan dunia dengan gambaran yang lebih baik dari apa yang di gambarkan oleh Hasan bin Hani’ dalam syi’irnya;
Apabila orang yang ber’akal menguji dunia, maka tersingkaplah ia baginya # Ia tidak lebih dari musuh yang bersembunyi di balik pakaian seorang teman
Manusia tidak lain hanyalah orang yang akan binasa putra orang yang binasa # Yang memiliki nasab dan keturunan orang-orang yang berada dalam kebinasaan
وقال يحيى بن معاذ - رحمه الله -: ليكن نظرك في الدنيا اعتباراً، وزهدك فيها اختياراً، وأخذك منها اضطراراً.
Yahya bin Mu’adz rahimahullah berkata; “Hendaklah pandanganmu terhadap dunia di jadikan sebagai i’tibar (pelajaran), sikap zuhudmu terhadapnya sebagai pilihan, dan pencarianmu terhadapnya sebagai keterpaksaan”.
وقال - رحمه الله -: تركت الدنيا لكثرة عنائها، ولقلة غنائها، ولسرعة فنائها، ولحسد شركائها.
Dan berkata Yahya bin Mu’adz, semoga Allah mengasihinya; “Aku meninggalkan dunia karena banyak kepayahannya, karena sedikit manfa’atnya, karena cepat sirnanya, dan karena kejahatan oran-orang yang bersekutu dengannya”.
وقال أيضاً: الدنيا حانوت إبليس، من أخذ منه شيئاً تبعه حتى يأخذه. الدنيا من أولها إلى آخرها لا تساوي غم ساعة، فكيف بغم عمرك مع قلة نصيبك منها؟
Beliau juga berkata: “Dunia adalah warungnya iblis, barangsiapa yang mengambil sesuatu darinya, maka ia akan mengikutinya ia merampasnya kembali. Dunia sejak awal sampai akhirnya tidak sebanding dengan kesusahan walau hanya sesaat, lalu bagaimana dengan kesusahan sepanjang hidupmu jika dibanding dengan sedikitnya bagianmu dari dunia?”/
وقال بعض الصالحين:
ومن يحمد الدنيا لعيش يسرُّه # فسوف لعمري عن قريب يلومها
إذا أدبرتْ كانتْ على المرء حسرةً # وإن أقبلتْ كانتْ كثيراً همومُها
Sebagian orang-orang shalih berkata;
Barangsiapa memuji dunia lantaran kehidupan yang menyenangkannya # Maka tidak lama lagi karena suatu alasan ia akan mencelanya
Apabila dunia pergi menjauh ia membuat seseorang merasa sedih # Apabila datang menghampiri ia menimbulkan bermacam-macam keseusahan
ودعا الرشيد بشربة ماء، فأتي بها ـ وكان ابن السماك عنده ـ فقال له: أرأيت لو حيل بينك وبين هذه الشربة، أكنت تشتريها بملكك؟
قال : نعم. فقال ابن السماك: أفٍ لدنيا لا تساوي شربة ماء.
Pernah suatu ketika khalifah Harun Al-Rasyid meminta pelayannya agar membawakannya segelas air, lalu air itu dihidangkannya, pada saat itu Ibnu Sammak berada di hadapannya, lalu ia (Ibnu Sammak) berkata kepadanya; “Bagaimana pendapat anda bila anda terhalangi dari mendapatkan air ini, apa anda akan membelinya dengan seluruh harta yang anda miliki?”. “Ya”. Jawab Harun Al Rasyid. Lantas Ibnu Sammak berkata; “Ah…! Ternyata dunia ini tidaklah berharga dibanding dengan segelas air”.
وقيل لبعض المتقدمين ممن طال عمره: صف لنا الدنيا، فقال : بيت له بابان، دخلت من أحدهما وخرجت من الآخر، ورأيت سنيات بلاء وسنيات رخاء، ومولود يولد وهالك يهلك، فلولا من يلد مابقي منهم أحد، ولولا من يهلك ما وسعتهم الدنيا.
Swbaian dari orang-orang terdahulu yang dikaruniai umur panjang pernah ditanya; “Beritahukan kepada kami tentang shifat dunia”. Ia menjawab; “Dunia bagaikan sebuah rumah yang memiliki dua buah pintu, dimana aku masuk dari salah satu pintu dan keluar dari pintu yang lain, aku melihat beberapa tahun bencana dan beberapa tahun kema’muran, ada kelahiran dan ada kematian, kalau bukan karena orang-orang yang lahir niscaya tidak seorangpun yang tinggal di dunia ini, dan kalau bukan karena orang-orang yang mati niscaya dunia tidak akan cukup menampung mereka”.
وقال بعض الحكماء : الدنيا خراب، وأخرب منها قلب من يعمرها. والآخرة عمار، وأعمر منها قلب من يطلبها.
Sebagian orang bijak berkata; “Dunia pasti hancur, dan yang lebih hancur darinya adalah hati orang yang mema’murkannya. Dan akhirat sangatlah ma’mur, dan yang lebih ma’mur darinya adalah hati yang mencarinya”.
وقيل لحكيم آخر: الدنيا لمن ؟ قال: لمن تركها، قيل: فالآخرة لمن ؟ قال: لمن طلبها.
Seorang bijak yang lain ditanya; “Dunia ini milik siapa?”. Ia menjawab; “Milik orang yang meninggalkannya”. Ia ditanya; “dan akhirat itu milik siapa?”. Ia menjawab; “Milik orang yang mencarinya”.
وقيل لبعض الزهاد: كيف رأيت الدنيا ؟ قال: تخلق الأبدان، و تجدد الآمال، وتقرب المنية، وتبعد الأمنية، قيل: فما حال أهلها ؟
قال: من ظفر بها تعب، ومن فاتته نصب.
Salah seorang zuhud pernah ditanya; “Bagaimana pandanganmu terhadap dunia?”. Ia menjawab; “Membuat tubuh jadi lapuk, memperbarui angan-angan, mendekatkan pada kematian dan menjauhkan harapan”. Ditanyakan lagi padanya; “Lalu bagimana keadaan pecinta dunia?”. Ia menjawab; “Barangsiapa yang memperolehnya ia akan merasa susah, dan barangsiapa yang tidak memperolehnya ia pun merasa susah”.
ولله دَرُّ من يقول:
أرى الدنيا لمن هي في يديه # عذاباً كلَّما كَثُرَتْ عليهِ
تُهِين المُكْرِمِينَ لها بصُغْرٍ # وتُكرِمُ كلَّ من هانت عليهِ
إذا استغنيتَ عن شيء فَدَعْهُ # وخُذْ ما أنتَ محتاجٌ إليهِ
Sungguh indah gubahan salah seorang penyair:
Aku perhatikan dunia ini, kepada siapa ia jatuh ketangannya # Semakin banyak, maka semakin tersiksalah ia
Dunia akan membuat orang-orang yang memuliakannya menjadi rendah dan hina # Dan dunia akan memuliakan setiap orang yang menganggap dunia ini hina
Apabila kamu tidak membutuhkan sesuatu pun darinya, maka tinggalkanlah ia # Dan apabila kamu membutuhkannya, maka ambillah sebatas apa yang kamu butuhkan
قال الإمام حجة الإسلام في الإحياء: أما بعد ، فإن الدنيا عدوَّةٌ لله ، وعدوَّة لأولياء الله ، وعدوَّة لأعداء الله .
Al Imam Hujjatul Islam al Ghazali berkata dalam kitab Ihya’nya; “Amma ba’du; Sesungguhnya dunia adalah musuh bagi Allah Ta’ala, musuh bagi wali-wali Allah Allah Ta’ala, dan musuh bagi musuh-musuh Allah Ta’ala”.
أمَّا عداوتها لله : فإنها قطعت الطريق على عباد الله ، ولذلك لم ينظر إليها مذ خلقها .
Adapun yang di maksud dunia adalah musuh bagi Allah Ta’ala ialah; Karena sesungguhnya ia dapat memutuskan jalan bagi hamba-hamba Allah yang menuju kapada-Nya, oleh karena itu Allah Ta’ala tidak pernah memandangnya sejak Dia menciptakannya.
وأمَّا عداوتها لأولياء الله : فإنها تزينت لهم بزينتها ، وعمَّتهم بزهرتها ونضارتها ، حتى تجرَّعوا مرارة الصبر في مقاطعتها .
Dan yang di maksud dunia adalah musuh bagi wali-wali Allah Ta’ala ialah; Karena sesungguhnya ia senantiasa berhias terhadap mereka dengan segala macam perhiasannya, dan berupaya menenggelamkan mereka dengan kemegahan serta kemewahannya hingga mereka menelan pahitnya kesabaran di saat menjauh darinya.
وأمَّا عداوتها لأعداء الله : فإنها استدرجتهم بمكرها ومكيدتها ، واقتنصتهم بشبكتها ، حتى وثقوا بها وعوَّلوا عليها، فخذلتهم احوج ما كانوا إليها ، فاجْتَنَوا منها حسرة تتقطَّع منها الأكباد ، ثمَّ من السعادة أبدَ الآباد ، فهم على فراقها يتحسرون ، ومن مكائدها يستغيثون فلا يُغاثون ، بل يُقَالُ لهم :(اخْسَؤُوا فِيهَا وَلا تُكَلِّمُونِ) [المؤمنون: ١٠٨]، (أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُاْ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآَخِرَةِ فَلاَ يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلاَ هُمْ يُنصَرُونَ)[البقرة: ٨٦]. انتهى .
Sedangkan yang di maksud dunia adalah musuh bagi musuh-musuh Allah Ta’ala ialah; Karena sesungguhnya ia mengumbar mereka dengan tipu daya dan kelicikannya, dan menjebak mereka dengan perangkapnya, sehingga mereka mempercayainya dan bergantung kepadanya, dan dunia lalu membiarkan mereka merasa semakin kurang dengan apa yang telah mereka peroleh, sampai akhirnya mereka menuai penyesalan sangat mendalam yang mengakibatkan hati mereka terputus darinya, kemudian mereka terputus dari kebahagiaan abadi selama-lamanya, mereka pun menyasali atas perpisahan mereka dengannya, dan akibat dari tipu dayanya mereka meminta pertolongan tetapi mereka tidak mendapatkan pertolongan, bahkan dikatakan kepada mereka; “Tinggallah dengan hina didalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku”.(Qs. Al-Mu’minun: 108).
“Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong”.(Qs. Al-Baqarah: 86)
وعلى الجملة فالآيات والأخبار والآثار في هذا الباب أكثر من أن تُحصى ، وأبعد من أن تستقصى ، وفيما أشرنا إليه كفاية، وعبرة لمن يعتبر ، وتذكرة لمن يتذكَّر ؛(وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَن يُنِيبُ ) [غافر: ١٣].
Sebenarnya, ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi maupun atsar-atsar para shahabat yang menjelaskan tentang bab ini jauh lebih banyak lagi dari apa yang di utarakan. Dan apa yang telah kami sebutkan merupakan suatu kecukupan dan sebagai pelajaran bagi orang yang mengambil pelajaran, serta sebagai peringatan bagi orang yang mendapat pelajaran. “Dan tidalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)”. (Qs. Ghafir / Al Mu’min: 13).