KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
Surat Al An Nisa’ 183
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا (النساء ٣٦)
“Sembahlah Allah dan jangnlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu-bapa, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba shayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.(Qs. An Nisa’ 183).
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا“Sembahlah Allah dan jangnlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun”. Berupa berhala atau lainnya, baik syirik jaliy (jelas yaitu kufur) atau khafiy (samar yaitu riya’).
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا “Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu-bapa”, Yaitu berbakti kepada kedua orang tua (dan memenuhi hak keduanya) dengan sebaik-baiknya.
وَبِذِي الْقُرْبَى “karib kerabat”, (Kerabat se nasab atau se Agama).
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى“anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat”, Yaitu orang yang tempat tinggalnya dekat dari tempat tinggalmu. Dan dikatakan; Ia adalah tetangga dekat se nasab atau se Agama. “وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى “ boleh dibaca “وَالْجَارَ ذَا الْقُرْبَى “ karena ikhtishash (menjadi maf’ul bihnya fi’il “أَخُصُّ “ yang dibuang) karena mengagungkan menjaga haknya.
وَالْجَارِ الْجُنُبِ “dan tetangga yang jauh”, Atau orang yang tidak ada hubungan kekerabatan. Diriwayatkan dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam; “Tetangga ada tiga macam; 1) Tetangga yang memiliki tiga hak yaitu; Hak tetangga, hak kerabat dan hak sesama Islam. 2) Tetangga yang meiliki dua hak yaitu; Hak tetangga dan hak sesama Islam. 3) Tetangga yang memiliki satu hak yaitu; Hak tetangga, ini umum termasuk Ahlul Kitab.
وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ “dan teman sejawat”, Teman dalam kebaikan seperti teman belajar, usaha, bekerja atau teman seperjalanan karena ia menemanimu dan berada disisimu. Dan dikatakan; Ia adalah istri.
وَابْنِ السَّبِيلِ “ibnu sabil”, Musafir atau tamu.
وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ “dan hamba shayamu”, Laki-laki atau perempuan.
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”, Memandang rendah pada kerabat, tetangga, dan teman-temannya dan tidak peduli terhadap mereka.
فَخُورًا “dan membangga-banggakan diri”. Terhadap mereka.(Qadli Baidlawi).
________________________________
Diriwaytkan dari ‘Amir bin Rabi’ah ia berkata; Aku mendengar Rasulullah ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka para malaikat akan mendo’akannya sebagaimana ia bershalawat kepadaku, maka ucapkanlah shalawat baik sedikit atau banyak”.(Syifa’un Syarif).
Allah Ta’ala berfirman;
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا، وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (الإسراء ٢٣-٢٤)
“dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘Ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah; ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku diwaktu kecil”.(Al Isra’ 23-24).
وَقَضَى رَبُّكَ “dan Tuhanmu telah memerintahkan”, Dengan perintah yang pasti.
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا “supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”, Berbuat baik kepada ibu bapak karena keduanya terlibat sebagai sebab wujud dan hidup (mu).
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ “jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘Ah’, Maka janganlah kamu meresa jenuh dari apa yang dianggap kotor dari keduanya dan tidak keberatan dari menanggung biaya keduanya. “أُفٍّ “ adalah kata-kata yang menunjukkan berkeluh kesah.
وَلَا تَنْهَرْهُمَا “dan janganlah kamu membentak mereka”, Dan janganlah mencegah keduanya dari apa yang tidak kamu sukai dengan kasar.
وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا “dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. Dengan halus (lemah lembut penuh hormat).
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua”, Ya’ni berendah dirilah kamu dalam menghadapi kefuanya.
مِنَ الرَّحْمَةِ “dengan penuh kesayangan”, Dengan penuh kasih sayang kepadanya, karena keduanya butuh pada orang yang paling butuh diantara makhluk Allah Ta’ala kepada keduanya.
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا “ucapkanlah; ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua”, Berdo’alah kepada Allah Ta’ala agar Allah Ta’ala mengasihi keduanya dengan kasih sayang-Nya yang abadi.
كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا “sebagaimana mereka berdua telah mendidikku diwaktu kecil”. Kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka mengasihiku, mendidikku dan menunjukkanku diwaktu aku masih kecil.(Qadli Baidlawi).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu Ta’ala ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda; “Sembahlah Allah Ar Rahman”.(HR. Tirmidzi). Maksudnya; Murnikanlah ‘ibadahmu hanya kepada Allah Ar Rahman, karena Dialah Allah Ta’ala yang berhak disembah, barangsiapa yang menyekutukan ‘ibadah kepada Tuhannya dengan sesuatu, maka ‘amalnya tidak diterima dan diakhirat ia termasuk orang yang merugi sebagaimana Allah Ta’ala berfirman; “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan leburlah ‘amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.(Qs. Az- Zumar 65). Bagi orang yang ber’akal hendaklah memurnikan ‘ibadah kepada Tuhannya sebagaimana Allah Ta’ala berfirman; “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan ‘amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam ber’ibadah kepada Tuhannya”.(Qs. Al Kahfi 110).(Zubdatul Wa’idzin).
Dikatakan; Hak kewajiban seorang anak terhadap orang tua ada sepuluh; 1). Memberi makan jika ia membutuhkan. 2). Melayani jika ia membutuhkan. 3). Menjawab jika ia memanggil. 4). Mentha’ati jika ia memerintahkan selian bermakshiyat. 5). Berbicara dengannya dengan halus tidak kasar. 6). Jika ia membutuhkan pakaian, maka memberinya pakaian jika mampu. 7). Berjalan dibelakangnya. 8). Meridlanya sebagaimana meridlai dirinya sendiri. 9). Membencinya sebagaimana membenci dirinya sendiri. 10). Mendo’akannya dengan maghfirah sebagaimana mendo’akan dirinya sendiri.(Tanbihul Ghofilin).
Dari Al Faqih Abul Laits ia berkata tentang ibu bapak yang apabila keduanya meninggal dunia dalam keadaan murka terhadap seorang anak, apakah ada kemungkinan bagi anak untuk mendapatkan ridla ibu bapak setelah keduanya meninggal dunia? Dikatakan; Seorang anak masih memungkinkan untuk mendapatkan ridla ibu bapak setelah keduanya meninggal dunia dengan tiga cara; 1). Menjadi anak yang shalih. 2). Menyambung sanak keluarga serta sahabat kedua ibu bapak. 3). Memohonkan ampun, mendo’akan dan bershedekah untuk keduanya. (Tanbihul Ghofilin).
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Iman seorang hamba tidak akan lurus hingga lurus hatinya dan hati tidak akan lurus hingga lurus lisannya dan seorang mu’min tidak akan masuk surga hingga tetangganya aman dari lisannya”.
Dan Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Barangsiapa memuliakan tetangganya, maka wajib baginya masuk sorga, namun barangsiapa yang menyakiti tetangganya, maka Allah, para malaikat dan manusia semua mela’natnya”.(Hayatul Qulub).
Dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Barangsiapa yang menafkahkan hartanya satu dirham kepada tamu, seakan-akan ia menafkahkan seribu dirham dijalan Allah”.
Dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Tidaklah seseorang yang kedatangan tamu lalu ia memuliakannya melainkan Allah akan membuka pintu sorga untuknya”.
HIKAYAT
Diceritakan bahwa ‘Umar bin Khatthab radliyallahu ‘anhu apabila kedatangan tamu, ia berdiri melayaninya sendiri, lalu ditanyakan kepadanya kenapa ia berdiri? Ia menjawab; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Para malaikat berdiri disuatu rumah yang didalamnya ada tamu”, maka aku malu bila aku duduk sesmentara para malaikat berdiri.(A’rajiyyah).
Dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Jibril ‘alaihissalam memberi kabar kepadaku bahwa apabila tamu telah masuk kerumah saudaranya sesama muslim, maka bersamaan dengannya masuklah pula seribu Baraka dan seribu rahmat, dan Allah akan mengampuni dosa ahli rumah itu walaupun dosa mereka sebanyak buih dilautan, walaupun sebanyak daun pepohonan, dan Allah Ta’ala akan memberinya pahala seribu orang mati syahid, menacatat setiap suap makanan yang dimakan tamu, baginya pahala hajji mabrur dan ‘umrah maqbul, dan Allah Ta’ala membangunkan baginya sebuah kota disorga, dan barangsiapa yang memuliakan tamu, maka seolah-olah ia memuliakan 70 Nabi”.(Kanzul Akhbar).
Diriwayatkan dari Abu Huarairah dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Apabila anak Adam meninggal maka ‘amalnya terputus kecuali dari tiga perkara; Shedekah jariyah, anak Shalih yang mendoakannya dan ‘ilmu yang bermanfa’at”.(Tanbihul Ghofilin).
Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Bershedekahlah kalian semua karena shedekah dapat membebaskan dari api neraka”.
Diriwayatkan dari sebagian ahli ‘ilmu ia berkata; ‘Amal yang paling utama ialah melaparkan perut yang kenyang dengan puasa.(Akhlashul Kholishoh).
Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Ketika beliau menghimbau orang-orang untuk bershasaqah pada saat hendak berangkat menuju perang Tabuk, ‘Abdur Rahman bin ‘Auf datang dengan membawa uang sebesar 4000 dirham lalu berkata; Wahai Rasul Allah, aku memiliki uang sebesar 8000 dirham, yang 4000 dirham aku simpan untuk kebutuhanku dan keluargaku dan yang 4000 dirham lagi akan aku hutangkan kepada Tuhanku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Wahai ‘Abdur Rahman, semoga Allah memberkahi apa yang kamu simpan dan apa yang berikan”. Dan shahabat ‘Utsman bin ‘Affan berkata; Wahai Rasul Allah, atas dirikulah biaya perlengkapan orang yang tidak memiliki perlengkapan. Lalu turunlah ayat ini; “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.(Qs. Al Baqarah 261).
Al Faqih Abul Laits berkata; Orang yang bershedekah bagaikan orang yang bercocok tanam, apabila ia pandai mengelolanya, bibitnya unggul dan tanahnya subur, maka tanamannyapun akan tumbuh subur dan hasilnya akan berlimpah, demikian pula dengan shedekah, apabila orang yang bershedekah adalah arang shalih, hartanya baik dan halal, dan disalurkan pada tempatnya, maka pahalanya akan berlimpah.(Syifa’ Andaw’i).
Al Faqih Abul Laits berlata; Allah Ta’ala telah menjelaskan didalam kitab Taurat, Zabur, Injil, Al Furqan dan semua kitab-kitab Allah, Dia memerintahkan didalam semua kitab-kitab-Nya dan memberi wahyu kepada semua utusan-Nya dengan menjadikan ridla-Nya tergantung pada ridla kedua orang tua dan murka-Nya tergantung pada murka kedua orang tua”. Dan Nabi ‘alaihishshalatu wassalam ditanya; Amal apakah yang lebih utama? Nabi ‘alaihishshalatu wassalam menjawab; Shalat tepat pada waktunya kemudian berbakti kepada kedua orang tua kemudian berjihad dijalan Allah”. (Tanbihul Ghofilin).
Dan dikatakan; Ada tiga ayat yang turun secara bergandengan dengan dua perkara, yang salahsatunya tidak akan diterima bila tanpa bersamaan dengan lainnya;
1) “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”.(Qs. Al Baqarah dll). Barangsiapa yang mendirikan shalat namun tidak menunaikan zakat, maka shalatnya tidak diterima.
2) “Tha’atilah Allah dan tha’atilah rasul (Nya)”.(Qs. An Nisa’ dll). Barangsiapa yang tha’at kepada Allah Ta’ala namun tidak tha’at kepada rasul (Nya), maka ketha’atannya kepada Allah tidak diterima.
3) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmuu”.(Qs. Luqman 14). Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah Ta’ala namun tidak bersyukur kepada kedua orang tuanya, maka syukurnya sitolak.
Adapun dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Barangsiapa yang kedua orang taunya ridla kepadanya maka Allah pun ridla kepadanya dan barangsiapa yang kedua orang tuanya murka kepadanya maka Allah pun murka kepadanya”.(Tanbihul Ghofilin).
HIKAYAT
Diriwayatkan bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihissalam melakukan perjalanan diantara langit dan bumi hingga sampai disuatu lautan yang sangat dalam yang ombaknya terlihat mengerikan, kemudian ia memberi perintah kepada angin agar diam, anginpun diam, lalu ia memerintahkan kepada ‘Ifrit untuk menyelam kedalam lautan itu, dan ‘Ifrit segera menyelaminya, ketika telah sampai didasar lautan, ‘Ifrit melihat suatu Qubah dari intan putih yang tidak meiliki satu lobangpun, lantas ‘ifrit membawanya keluar dan meletakkannya dihadapan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, menyaksikan hal itu Nabi Sulaiman ‘alaihissalam kagum lalu berdo’a kepada Allah, lantas pintu Qubah itu terbuka, dan ternyata didalamnya ada seorang pemuda yang sedang bersujud. Maka Nabi Sulaiman ‘alaihissalam bertanya; Siapakah dirimu, apakah dari golongan malaikat, jin atau menusia? Pemuda itu menjawab; Akan tetapi aku dari golongan manusia. Nabi Sulaiman ‘alaihissalam bertanya lagi; Sebab apakah engkau bisa mendapatkan kemuliaan ini? pemuda itu menjawab; Sebab berbakti kepada kedua orang tua. Lalu pemuda itu bercerita; Ketika ibuku mulai lumpuh, aku senantiasa menggendongnya diatas punggungku (hingga ajal menjemputnya), dan saat itu ibu mendo’akanku; Ya Allah, semoga Engkau menjadikannya orang yang Qona’ah dan menempatkannya setelah aku mati pada suatu tempat tidak dibumi tidak pula dilangit. Setelah ibuku wafat, aku pergi ketepi pantai dan disana aku melihat Qubah dari intan, maka aku mendekatinya, lalu pintu Qubah itu terbuka dan akupun masuk kedalamnya, lantas dengan idzin Allah Ta’ala pintu Qubah itu tertutup rapat dan aku tidak tahu apakah aku berada diudara atau dibumi namun Allah senantiasa memberiku rizki. Lalu Nabi Sulaiman ‘alaihissalam bertanya; Bagaima cara Allah ta’ala memberimu rizki disana? Pemuda itu menjawab; Apabila aku merasa lapar, disana Allah Ta’ala menciptakan pohon yang berbuah, dari pohon itulah Allah Ta’ala memberiku rizki, dan apabila aku haus,mengalirla air yang lebih putih dari susu, lebih manis dari madu dan lebih dingin dari salju. Nabi Sulaiman ‘alaihissalam kembali bertanya; Bagaimana engkau bisa mengetahui siang dan malam? Pemuda itu menjawab; Apabila fajar subuh telah terbit, Qubah ini menjadi putih, lalu aku mengerti bahwa waktu itu adalah siang, dan apabila matahari terbenam, Qubah ini menjadi gelap, lalu aku mengerti bahwa malam telah tiba. Kemudian Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berdo’a kepada Allah Ta’ala, lantas Qubah tersebut tertutup rapat dan pemuda itu tetap berada didalamnya sepeti sediakala.(Majma’ul Latha’if).
HIKAYAT
Dicertakan bahwa Nabi Musa ‘alaihissalam berkata; Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku teman dekatku disorga. Lalu Allah Ta’ala berfirman; Pergilah kenegri fulan dan pasar fulan, disana ada Qosshob (tukang jagal), wajahnya begini dan begini, dialah teman dekatmu disorga. Lantas Nabi Musa ‘alaihissalam pergi menuju sebuah toko dan diam disana sampai matahari terbenam, lalu Qosshob mengambil sepotong daging dan memasukkannya kedalam Zanbil (sejenis keranjang dari jerami). Ketika Qosshob hendak pergi, Nabi Musa ‘alaihissalam bertanya; Apakah engkau ada tamu? Qosshob menjawab; Ya, lalu mereka berdua pergi bersama hingga masuk kerumahnya, dan Qosshob langsung memasak daging tersebut dimasak kuah. Kemudian Qosshob mengeluarkan Zanbil dari dalam rumahnya dan didalam Zanbil itu ada seorang wanita yang lumpuh, lemas tidak berdaya bagaikan anak unggas yang belum tumbuh bulu, lantas Qosshob mengeluarkannya, lalu mengambil sendok dan menyuapinya hingga kenyang, iapun mencuci bajunya, mengeringkannya dan memakaikannya kemudian meletakkannya didalam Zanbil, lalu wanita itu menggerak-gerakkan bibirnya. Nabi Musa ‘alaihissalam berkata; Aku melihat bibir wanita itu membaca; ‘Allahummaj’al ibniy jalisa Musa fil jannati’ (Ya Allah, jadikanlah putraku teman dekat Nabi Musa didalam sorga). Kemudian Qosshor membawanya dan menggantungkannya diatas paku. Lantas Nabi Musa ‘alaihissalam berkata; ‘Ada sebuah kabar gembira bagimu, aku adalah Musa dan kamu adalah teman dekatku disorga’. Semoga Allah Ta’ala memudahkan jalan kita menuju sorga lantaran Asma-Asma Allah yang bagus dan lantaran manusia sebaik-baik manusia. Inilah hakayah lembut yang disebutkan dalam kitab Az Zubdah, maka hendaklah kamu membenarkan dan berpedoman kepadanya.
HIKAYAT
Diceritakan bahwa seorang Majusi datang kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan meminta jamuan, maka Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata; ‘Aku tidak akan menjamumu hingga kamu keluar dari Agamamu dan meninggalkan Agama Majusi’, lalu pergi. Lantas Allah Ta’ala memberi wahyu; “Wahai Ibrahim, engkau tidak memberi suguhan kepada Majusi hingga ia keluar dari Agamanya, apasih ruginya bila engkau menyuguhnya malam ini, padahal Aku senantiasa memberinya makan minum selama 70 tahun sedangkan ia kafir kepada-Ku?”. Pada pagi harinya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam segera mencari Majusi dan menemukannya lalu bersumpah kepadanya, maka Majusi bertanya; Sungguh mengherankan kelakuanmu, kemaren engkau menolakku tapi kin engkau mencariku? Kemudian Nabi Ibrahim mengabarkan kepadanya bahwa; Allah Ta’ala memberi wahyu kepadaku berkaitan denganmu begini dan begini. Majusi berkata; Apakah Tuhan semua Tuhan meperlakukan aku dengan perlakuan seperti ini sedangkan aku kafir kepada-Nya? Ulurkanlah tanganmu (wahai Ibrahim), Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan-Nya.(Demikianlah yang terdapat dalam sebagin kitab Mau’idzah dan Asy Syaikh Su’da juga menyebutkan dalam kitab Bustan nya).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Didalam shedekah terdapat lima keutamaan; Menambah banyak harta, menyembuhkan penyakit, dijauhkan dari bala’, melewati Shirath bagaikan kilat menyambar dan masuk sorga tanpa hisab dan siksa”. Sungguh benar apa yang disabdakan Rasulullah.
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “’Amal yang paling utama adalah shalat lima waktu dan akhlak yang paling utama adalah tawadlu’ (rendah diri)”. Shadaqa Rasulullah. (Daqo’iqul Akhbar).